#ForABetterWorldID

Guru Muda: Pahlawan Gen Z yang Nggak Mudah

profile

campaign

Update

​Hai, Changemakers!

Kamu tau nggak setiap tanggal 25 November, Indonesia merayakan Hari Guru Nasional. Merayakan Hari Guru sama dengan merayakan seorang pahlawan. Kok bisa? Karena guru adalah pahlawan bagi bangsa Indonesia. Rocky Gerung pernah mengatakan “Jika guru adalah alat bagi kemajuan peradaban bangsa Indonesia, tapi sayang hidupnya selalu miris.”

Emang benar ya, nasib guru itu hidupnya miris? Rasa-rasanya kalau bicara masalah penderitaan guru di Indonesia memang nggak ada habisnya. Belum lagi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru muda di Indonesia. Kali ini, Champ berkesempatan mendengarkan curahan anak muda yang bekerja sebagai guru.

Kenapa Champ mau mendengarkan curahan dari guru muda? Soalnya, guru muda adalah investasi bagi kemajuan bangsa. Dengan usianya yang masih muda, mereka punya jalan yang panjang untuk membenahi, meningkatkan, dan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.


Suara Nurani Guru Muda

Bisa dikatakan banyak anak muda yang memilih guru karena panggilan hati. Dengan menjadi guru, bisa menyalurkan ilmu pengetahuannya pada banyak orang. Sebab, selama menjadi mahasiswa, hati mereka teriris melihat pendidikan di Indonesia yang penuh problematika.

Akhirnya, memutuskan untuk menjadi guru. Apa tujuannya? Tujuannya sederhana, ingin mereformasi pendidikan yang membosankan, menjadi pendidikan yang membahagiakan. Kalau dulu model belajarnya searah, kini para guru muda mau menciptakan pendidikan yang dialogis dan nggak menciptakan jarak dengan murid.

Untuk membentuk pendidikan yang membahagiakan, guru muda menggunakan kreativitasnya demi menciptakan model belajar yang nggak menjenuhkan. Misalnya, diskusi film, diskusi musik, dan diskusi sastra.

Menciptakan pendidikan yang nggak membosankan adalah hal yang penting. Sebab, sekarang guru harus mengajar murid generasi Gen Z yang sulit diatur dan mudah bosan. Itu menjadi tantangan bagi guru muda. “Memang benar kalau murid Gen Z mudah bosan dan susah diatur. Makanya, sebisa mungkin membangun suasana belajar yang riang dan penuh gelak tawa,” tutur salah satu informan.



Birokrasi yang Menyengsarakan

Sayangnya, kreativitas guru muda harus terbatasi oleh beban birokrasi. Guru muda harus berhadapan dengan setumpuk kertas penilaian dan berkas administrasi.

Padahal, setumpuk birokrasi nggak ada korelasinya dengan peningkatan kualitas pendidikan. “Gimana mau menciptakan pembelajaran yang berkualitas, kalau masih harus menyelesaikan birokrasi yang bikin pusing,” ungkap salah satu informan.

Kehadiran birokrasi, juga menciptakan ketimpangan karir. Banyak guru muda yang berkualitas, tapi nggak bisa masuk Dapodik (Data Pokok Pendidikan) karena belum PPG atau karena gelar pendidikannya bukan Sarjana Pendidikan. Padahal, masuk dapodik menjadi “pintu gerbang” agar bisa meningkatkan kesejahteraan.

Memang, kesejahteraan guru muda bisa dikatakan memprihatinkan karena gajinya yang rendah. Bahkan, nggak sedikit yang di bawah Rp1 juta.

Coba Changemakers bayangkan, gaji di bawah Rp1 juta, bisa bertahan berapa lama di tengah tingginya harga barang pokok? Mau nggak mau, dengan gajinya yang kecil, mereka harus legawa. Hidup secukupnya.



image

Sumber: Acehsiana.com


Pembungkaman Melalui Senioritas

Prinsip hidup legawa juga diterapkan ketika mengalami korban senioritas di lingkungan sekolah. Nggak sedikit guru muda yang menjadi korban dari budaya senioritas.

Senioritas di sekolah memang nggak merugikan secara fisik, tapi merugikan secara mental. Guru muda lebih memilih diam saat berhadapan dengan guru senior. Baginya, mengemukakan argumen tiada artinya karena guru senior menilai guru muda belum cukup berpengalaman.

Padahal, tujuannya berargumen bukan mau membatasi peran dari guru senior. Justru ingin menyumbangkan ide untuk kemajuan pendidikan dan sekolah.

Senioritas di sekolah akhirnya menciptakan hilangnya sikap kritis. Sebagaimana kasus pemecatan guru honorer di SDN Cibeureum 1, Kota Bogor , bernama Mohamad Reza Ernanda. Dirinya dipecat karena melaporkan indikasi pungli kepala sekolahnya dalam PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Untungnya, nggak jadi dipecat setelah Wali Kota Bogor membatalkan pemecatannya.



image

Sumber: Pabelan Online


Dengan kata lain, masih banyak sisi kelam pendidikan Indonesia yang terjadi hingga sekarang. Itu sebabnya, ada harapan untuk pendidikan yang disampaikan oleh guru muda. Pertama, bisa meningkatkan kesejahteraan guru. Kedua, kurangi beban birokrasi. Ketiga, jangan sampai spirit dan idealisme guru muda hilang begitu saja.

Kalau Changemakers juga mau ikut ambil membangun pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi, bisa banget ikutan Challenge Cerita #JikaAkuSekolah untuk Bantu Pendidikan Anak Indonesia yang digagas oleh hoshizora.

Challenge yang berangkat dari fenomena sulitnya anak Indonesia mengenyam pendidikan karena keterbatasan ekonomi. Setiap menyelesaikan challenge, kamu akan membuka donasi Rp20 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang terkumpul akan digunakan sebagai beasiswa bagi Adik Bintang dan melakukan kelas pengembangan kapasitas.

Challenge yang berdampak baik bagi anak Indonesia. Tunggu apalagi, ayo selesaikan Challenge Cerita #JikaAkuSekolah untuk Bantu Pendidikan Anak Indonesia!



Referensi:

https://www.detik.com/jabar/berita/d-7050648/hari-guru-nasional-2023-tanggal-berapa-simak-jadwal-dan-sejarahnya#:~:text=Hari%20Guru%20Nasional%20diperingati%20setiap,pada%20Sabtu%2C%2025%20November%202023.

https://www.antaranews.com/berita/1180551/rocky-gerung-guru-adalah-rahim-bangsa

https://www.inews.id/news/megapolitan/kronologi-reza-guru-sd-di-bogor-pelapor-pungli-batal-dipecat-kepsek-terbukti-melanggar

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/15/141500565/guru-honorer-di-bogor-dipecat-usai-bongkar-pungli-kembali-mengajar-kepsek


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone