Hai, Changemakers!
Hari AIDS Sedunia (World AIDS Day) diperingati setiap tanggal 1 Desember. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih aware terhadap bahaya HIV dan AIDS. Tapi, bukan berarti membolehkan kita untuk mendiskriminasi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), ya!
Segala bentuk diskriminasi nggak diperbolehkan. Yuk, kita baca artikel ini sampai selesai biar lebih paham.
Kok bisa ada stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?
Sebenarnya, ada banyak faktor yang melatarbelakangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Sebagian besar disebabkan karena ketidaktahuan orang tentang fakta-fakta HIV dan AIDS. Misalnya, mitos kalau kita bersentuhan dan berpelukan dengan ODHA bisa bikin ketularan atau nggak mau pakai toilet bekas ODHA karena takut mereka meninggalkan virus di dalamnya.
Selain itu, stigma di masyarakat menyatakan kalau penyakit ini adalah bentuk “hukuman” karena perilaku buruk yang udah mereka lakukan. Padahal, nggak sedikit penderita HIV dan AIDS disebabkan karena kekerasan seksual atau keturunan. Jadi, nggak bisa dinilai dari satu sisi aja. Kita perlu cari tau lagi nih fakta-fakta tentang HIV dan AIDS!
Terus, efeknya apa dari stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?
Studi di Cina menyatakan bahwa orang yang melakukan stigmatisasi dan mendiskriminasi ODHA lebih berisiko tinggi untuk tertular HIV dan AIDS. Kok bisa? Hasil penelitian di Afrika Selatan dan Prancis menunjukkan kalau ODHA yang mengalami stigma dan diskriminasi cenderung nggak mau mengungkapkan status HIV dan AIDS mereka kepada teman, keluarga, bahkan ke pasangan seksual mereka sendiri.
Akibatnya, orang-orang disekitar mereka jadi nggak tau kalau mereka hidup berdampingan dengan ODHA. Jadi, penularan HIV dan AIDS kemungkinan besar bisa terjadi. Bahkan dalam uji coba VOICE di Afrika Selatan, stigma adalah alasan utama mengapa ODHA enggan menjaga diri. Mereka takut kalau pemakaian obat ini membuat mereka diisolasi dan didiskriminasi.
Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan menargetkan eliminasi HIV dan AIDS sebesar 95%. Namun, dilaporkan baru ada 75% ODHA yang nge-cek status HIV dan AIDS mereka. Lalu baru ada 39,6% ODHA yang melakukan pengobatan Antiretroviral (ARV).
Menurut Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, rendahnya target eliminasi ini dipengaruhi stigma dari keluarga, petugas kesehatan maupun masyarakat luas terhadap ODHA. Minimnya dukungan dari orang sekitar juga jadi faktor rendahnya tingkat kepatuhan ODHA melakukan pengobatan ARV. Jadi Changemakers, yuk akhiri stigma dan diskriminasi terhadap ODHA!
Kasus HIV dan AIDS meningkat! Gimana cara mengatasinya?
Laporan Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan, jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia mencapai 9.901 kasus pada 2022. Sedangkan pada tahun 2023, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus HIV dan AIDS di Indonesia meningkat 35%.
Nah, untuk mengatasi hal ini, Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk melakukan eliminasi AIDS pada tahun 2030 mendatang. Beberapa kegiatan yang udah disusun Kemenkes, yaitu menerbitkan RAN Eliminasi HIV dan AIDS, perluasan akses pencegahan, layanan diagnosis HIV dan infeksi oportunistik, serta melakukan inovasi pencegahan dan pengendalian HIV dan AIDS. Harapan dari kegiatan ini adalah berakhirnya stigma dan diskriminasi pada pasien HIV dan AIDS, serta meningkatkan akses pelayanan pada HIV dan AIDS yang bermutu.
Kita juga bisa membantu mencegah peningkatan kasus HIV dan AIDS ini, loh! Salah satu caranya dengan memahami HIV dan AIDS itu sendiri, seperti mengetahui bahwa virus HIV hanya dapat tertular melalui cairan tubuh seperti darah, cairan pada organ reproduksi, dan ASI. Selain itu, penting untuk menjaga komunikasi yang baik terhadap orang dengan HIV dan AIDS. Menanggapi dengan bijak dan nggak ngasih komentar negatif.
Sambil hentikan diskriminasi ODHA, sempatkan waktumu untuk mengambil Challenge From Plate to Purpose: Embracing Sustainability Save Life in Gaza. Dengan menyelesaikan Challenge ini kamu sudah membuka donasi sebesar Rp47.500 yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk mendukung korban kelaparan dan kekurangan gizi di Gaza. Yuk, langsung tuntaskan aksinya untuk dunia yang lebih baik!
Referensi:
Stigma and Discrimination Against Women Living with HIV | The Well Project
Stigma Negatif Masyarakat Hambat Eliminasi HIV AIDS di Indonesia – Sehat Negeriku (kemkes.go.id)
FIK UI Mengabdi: Menghilangkan Stigma HIV/AIDS di Masyarakat - Universitas Indonesia
Pengidap AIDS Indonesia Terbanyak dari Kelompok Usia Milenial (katadata.co.id)