Hai, Changemakers!
Tanggal 2 Desember kemarin menjadi peringatan Hari Penghapusan Perbudakan Internasional. Meski kehidupan sudah berada di era modern, menurut laporan International Labour Organization, di tahun 2021 ada lima puluh juta orang menjadi korban perbudakan di seluruh dunia.
Memangnya perbudakan di era modern itu gimana, sih? Jadi gini, perbudakan era modern yang sering terjadi berupa kerja paksa, eksploitasi seksual perempuan, dan pernikahan paksa.
Kok ngeri, ya! Makanya, Majelis PBB menetapkan 2 Desember sebagai Hari Penghapusan Perbudakan Internasional pada tahun 1995. Tujuannya, untuk meningkat nilai kemanusiaan.
Karenanya, setiap individu punya kesempatan untuk menghapuskan perbudakan. Baik itu orang introvert, ekstrovert, dan ambivert. Ketiganya sama-sama bisa menjadi agen untuk menghapuskan perbudakan.
Di Balik Sikap Dingin Introvert
Lantas, apakah bisa introvert, si pendiam, menjadi bagian dalam memerangi perbudakan? Jangan salah, di balik diamnya, ada sisi lain si introvert menjadi bagian dari perlawanan kasus perbudakan.
Changemakers harus tau, orang introvert bisa menjadi pendengar yang baik. Menurut Buelow, penulis buku The Introvert Entrepreneur, ketika ada orang lain bercerita, orang introvert mengolah argumen secara positif agar nggak menjatuhkan mental orang yang bercerita tadi.
Artinya, orang introvert nggak langsung menghakimi orang lain saat bercerita. Nggak menghakimi lawan bicara menjadi modal penting dalam mengatasi perbudakan.
Sebab, nggak semua korban perbudakan, berani memprosesnya dengan jalur hukum. Ada yang lebih memilih bercerita pada orang yang mau mendengarkan keluh kesahnya.
Kalau Changemakers juga mau berpartisipasi membangun argumen yang positif, bisa juga ikutan Challenge Berkomentar Dengan Hati Dimulai Dari Jari yang digagas oleh Teman Gagal. Tujuannya untuk menyadarkan pentingnya berkomentar secara positif di media sosial.
Challenge yang selesai akan dikonversi menjadi donasi sebesar Rp20 ribu yang disponsori Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi akan digunakan sebagai pelatihan mengelola stres bagi orang tua yang memiliki anak tunarungu.
Sumber: Pinterest
Kerennya lagi, orang introvert juga dikenal memiliki kreativitas tinggi dalam memecahkan masalah. Orang introvert memiliki perenungan dan perefleksian mendalam. Kreativitasnya yang tinggi, berpotensi menghasilkan gagasan untuk menyelesaikan perbudakan.
Kalau Changemakers suka dalam mengeksplorasi pemikiran dan mengedepankan rasa ingin tau, bisa juga mengikuti Challenge #KurioKuDirayakan yang digagas oleh Kurio Academy. Challenge bertujuan menciptakan pendidikan yang bermakna dan menyenangkan.
Penyelesaian Challenge akan membuka donasi Rp30 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi akan digunakan untuk pendanaan Kurio Academy.
Ekstrovert: Bersuara dan Berkolaborasi
Nah, kalau peranan introvert terkesan berada di belakang layar dalam menyelesaikan perbudakan. Beda halnya dengan orang ekstrovert. Mereka dikenal lantang bersuara. Tanpa keberanian bersuara, perbudakan sulit menjadi perhatian publik.
Buat Changemakers yang lantang bersuara, cocok buat menyelesaikan Challenge Bagikan Perjalanan Mimpimu untuk Menginspirasi Mereka. Komunitas Bahagia Bareng yang menggagasnya. Challenge-nya mengajak Changemakers untuk berani menyampaikan mimpi.
Setiap menyelesaikan Challenge akan membuka donasi Rp24 ribu yang disponsori Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi digunakan untuk Youth Mentoring Program di Panti Asuhan KH Mas Mansur, Malang yang akan berjalan selama 12 bulan.
Sumber: Pinterest
Selain itu, orang ekstrovert juga pandai dalam melakukan kolaborasi untuk mencapai tujuannya. Kepandaian dalam berkolaborasi disebabkan oleh karakteristiknya yang mudah bergaul. Tanpa adanya kolaborasi, sulit untuk menyelesaikan kasus perbudakan.
Sama sulitnya untuk mengurangi emisi karbon, tanpa adanya kerjasama. Makanya, yuk ikutan Challenge dari fisipcintalingkungan tentang Emit Less, Live More: Bersama, Kita Kurangi Dampaknya! untuk mengurangi emisi karbon.
Challenge disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Setiap menyelesaikan Challenge akan membuka donasi sebesar Rp12.500 yang nantinya digunakan sebagai penanaman bakau, pengedukasian masyarakat, serta pembersihan pantai kepada masyarakat pesisir.
Ambivert Si Penggerak
Kayaknya, kalau mau ada perubahan, harus ada penggeraknya, deh. Terus siapa? Tenang, Changemakers. Orang ambivert bisa menjadi penggerak melawan perbudakan. Soalnya, orang ambivert punya empati tinggi. Orang yang memiliki rasa empati tinggi pada umumnya peduli dan pandai memahami perasaan orang lain.
Sumber: Pinterest
Buat Changemakers yang ingin membangun kepekaan kayak si ambivert, bisa ikutan Challenge Together with Ruang Internasional, #LetsAppreciate Yourself and People around You! Inisiasi challenge dilakukan oleh Ruang Internasional dengan tujuan membangun kepekaan dalam memberikan apresiasi.
Challenge yang selesai akan membuka donasi Rp20 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi digunakan sebagai pemberdayaan pemuda di Indonesia dan Kamboja melalui pelatihan, edukasi, kolaborasi, dan pemberdayaan kepada masyarakat.
Referensi:
https://bakai.uma.ac.id/2022/04/07/mengenal-kepribadian-ambivert-kombinasi-ekstrovert-dan-introvert/
https://news.detik.com/berita/d-7060762/sejarah-hari-penghapusan-perbudakan-internasional-tanggal-2-desember
https://mediaindonesia.com/humaniora/552430/ini-perbedaan-ekstrovert-introvert-dan-ambivert
https://www.kompas.id/baca/opini/2020/09/12/ambivert-lebih-baik
https://time.com/5373403/surprising-benefits-introvert/
https://www.youngontop.com/10-kelebihan-dari-menjadi-ekstrovert/