#ForABetterWorldID

Emang Iya Gen Z Mengidap Penyakit Suka Minder Terhadap Pencapaian Teman?

profile

campaign

Update

​Hai, Changemakers!

Menurut sumber dari Data Indonesia, Gen Z suka merasa minder dengan pencapaian temannya. Masa, sih?

Karena banyak banget yang cerita persoalan ini ke Champ, Champ coba mewawancarai lima anak Gen Z. Kelimanya mengakui kalau pernah merasakan minder terhadap pencapaian temannya. Kebanyakan, rasa minder Gen Z baru muncul ketika memasuki fase remaja akhir, berkisar umur 20-22 tahun. Itu menjadi wajar, mengingat di fase ini mungkin banyak di antara kita mengalami quarter life crisis.

Penyebab Rasa Minder

Rasa minder Gen Z biasanya terjadi ketika temannya sudah mendapatkan pekerjaan, tapi dirinya belum mendapatkan pekerjaan, maka di situ muncul rasa minder.

Rasa minder semakin terbentuk ketika ada teman yang bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan hobinya. Sebab, saat ada temannya yang bekerja sesuai dengan hobinya, artinya sudah bisa menikmati pekerjaannya dengan baik.

“Mereka menikmati pekerjaan yang menguntungkan. Dalam hal materiel dan non-materil. Hal materiel tentunya uang. Sedangkan non-materiel adalah memberi kesenangan bagi diri sendiri,” ungkap salah satu narasumber.

Faktor pekerjaan memang sering membuat Gen Z menjadi minder. Kenapa? Soalnya, Gen Z sering mendapatkan tekanan karena kondisi keuangannya belum mapan.


image

Sumber: Quora

Tapi, bukan hanya faktor pekerjaan yang membuat Gen Z minder dengan temannya. Penyebab lain Gen Z merasa minder adalah ketidakmampuannya mencapai ekspektasi dari identitas sosialnya.

Misalnya, cerita dari AL. AL bercerita kalau dirinya minder dengan teman angkatannya yang bisa mempublikasikan tulisannya di media atau memenangkan perlombaan menulis. Rasa minder AL muncul karena dirinya adalah seorang mahasiswa.

Dan mahasiswa sering dituntut untuk bisa menulis secara mendalam dan reflektif. Sehingga, saat AL nggak bisa menerbitkan tulisan di media dan nggak mampu menjuarai lomba menulis, rasa minder akan muncul.

Rasa minder Gen Z akibat ekspektasi identitas sosial juga terjadi apabila ada temannya yang sudah skripsian dengan waktu singkat. Saat ada teman yang sudah selesai skripsi, dalam hati berkecamuk untuk menyalahkan diri sendiri, bahwa merasa dirinya sudah gagal menjadi mahasiswa.

Media Sosial yang Menghancurkan

Ditambah lagi dengan masifnya Gen Z menggunakan media sosial. Bisa dibilang kalau media sosial menjadi faktor eksternal terbesar Gen Z merasakan minder pada pencapaian temannya.

Champ sempat bertanya, “Kenapa media sosial bisa memicu terjadinya rasa minder?”

Ternyata, di media sosial bertebaran postingan temannya yang sudah bisa menggapai cita-citanya. Saat postingan tersebut dilihat, memunculkan rasa untuk menyalahkan diri sendiri.

Duh, media sosial kok, jadi seram gitu, ya, Changemakers. Sampai bisa membuat seseorang menyalahkan dirinya sendiri.



image

Sumber: Majalah Sunday

Cara Berdamai dengan Rasa Minder

Untungnya, meski ada rasa minder terhadap diri sendiri waktu melihat pencapaian teman, para Gen Z yang Champ wawancara, nggak sampai menghadirkan rasa dengki. Justru, sebaliknya. Yakni, memicu semangat untuk memperbaiki diri.

Nah, agar bisa membangun semangat untuk memperbaiki diri, ada tiga cara yang bisa dilakukan. Pertama, nggak menjadikan teman sebagai musuh, melainkan menjadi teman diskusi untuk bertukar pengalaman. Sehingga, bisa menambah wawasan dan skill.

Kedua, menemukan jati diri. Dengan menemukan jati diri, bisa memahami hal apa yang bisa dilakukan untuk menggapai cita-cita.

Ketiga, mengolah pikiran. Mengolah pikiran berguna untuk membangun rasa percaya diri terhadap diri sendiri. Ada banyak cara untuk mengolah pikiran, seperti merenung dan membaca buku bertopik self-improvement atau manajemen kehidupan.

Changemakers butuh referensi buku bertopik manajemen kehidupan? Champ kasih tau, nih. Kalian bisa baca buku Filosofi Teras, Secukupnya: Filosofi Hidup Santuy Kaum Rebahan, dan The Psychology of Money.

Semoga para Gen Z nggak lagi terus-menerus merasa minder terhadap pencapaian teman. Ingat, kalian luar biasa! Setiap manusia punya prosesnya masing-masing. Setiap manusia punya impiannya masing-masing. Jadi, jangan menyamakan dengan pencapaian orang lain.



image

Sumber: Pinterest

Kalau kalian ingin berbagi cerita tentang mimpi yang ingin dicapai, bisa ikutan Challenge Bagikan Perjalanan Mimpimu untuk Menginspirasi Mereka yang digagas oleh Komunitas Bahagia Bareng. Challenge berangkat dari kondisi nggak semua anak Indonesia berani bermimpi akibat kurangnya motivasi. Dengan mengikuti Challenge ini, kalian bisa memotivasi anak Indonesia untuk bermimpi.

Setiap menyelesaikan Challenge, akan membuka donasi Rp24 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi akan digunakan dalam pelaksanaan Youth Mentoring Program di Panti Asuhan KH Mas Mansur, Malang yang akan berjalan selama 12 bulan meliputi beasiswa pendidikan, konsumsi operasional, kompensasi mentoring dan pemateri talkshow. Yuk, segera selesaikan Challenge-nya!



Referensi:

https://dataindonesia.id/varia/detail/ini-sederet-masalah-yang-bikin-gen-z-dan-milenial-rentan-stres

https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/23/081500565/ramai-soal-fase-quater-life-crisis-dalam-kehidupan-remaja-apa-itu?page=all



heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone