Hai, Changemakers!
Siapa yang di sini, masih sering kesulitan gimana ya, cara meningkatkan marketing penjualan? Ditambah banyak banget di luar sana dengan produk yang serupa juga memiliki strategi marketing yang nggak kalah menarik.
Eitss, tenang-tenang soalnya di sini Champ mau share taktik human-centric marketing yang harus kamu ketahui untuk meningkatkan brand di era digital seperti sekarang ini.
Berdasarkan masterclass “Networking for Impact: Connect, Collaborate, and Amplify Your CSR Efforts” bersama Helena Rahayu Wonoadi (Former CSR Director Reckitt Benckiser Indonesia) yang diselenggarakan oleh Campaign dan Markplus. Kak Helena menjelaskan betapa pentingnya human-centric marketing yang bisa kita bangun. Karena dengan pendekatan human-centric marketing, kita jadi mengetahui apa yang dibutuhkan oleh customer.
Jadi kurang lebih realita baru di era digital seperti ini:
Situasi (Sisi customer): Customer nggak sempurna. Brand rentan terhadap taktik marketing
Implikasi (Pembentukan komunitas): Customer membentuk komunitas untuk memperkuat posisi mereka dan melindungi diri dari taktik marketing.
Solusi (Human-centric brands): Suatu brand perlu menjadi lebih otentik dan jujur juga memperlakukan customer sebagai teman agar lebih manusiawi.
Konsep human-centric marketing setiap manusia ada kebutuhan dalam jiwanya dalam benaknya dalam hatinya. Jadi kamu bisa mendekati customer dengan pendekatan hati dan juga jiwa.
Nah, contoh dari human-centric marketing ini bisa kamu temui di artificial intelegent (AI) yang sudah kita pakai sehari-hari. Kecerdasan buatan ini mempermudah kehidupan manusia sehari-hari dari membantu pekerjaan juga kegiatan sehari-hari. Tapi tantangannya adalah bagaimana kecerdasan buatan ini menyentuh sisi manusia dari customer.
Brand attraction melalui human-centric marketing mwmbantu bagaimana kita membangun ketertarikan brand melalui langkah-langkah yang kita pahami dari customer kita sebagai manusia. Di era digital dikenal dengan istilah human-centric marketing yang pertama harus ketahui adalah:
Digital anthropology: Yaitu menggali kebutuhan atau keinginan terdalam dari customer. Karena kadang kalau bisa aja customer lapar kita memberi makan tapi ternyata itu bukan kebutuhan sesungguhnya. Jadi kamu harus cari dan riset apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh customer kamu.
Atribut manusia pada brands: Menemukan atribut manusia pada brand menjadi salah satu yang harus kamu harus perhatikan. Bagaimana merasakan satu kesatuan antara brand dan ketertarikan customer kamu.
Metode digital anthropology
Menggali keinginan customer di digital anthropology kamu bisa menggunakan 3 cara ini.
Social listening: Monitoring apa yang sedang dibicarakan oleh media sosial dan komunitas online terhadap brand kita. Identifikasi komplain, anxieties dan desires terhadap brand dan apa kata mereka tentang content marketing kita.
Netnography: Observasi langsun perilaku online dari customer dengan langsung terlibat dengan online communities. Nggak hanya dari terlihat di conversations tapi bagaimanan pengalaman saat menadi anggota dari online communities tersebut.
Emphatic Research: Penelitian yang melibatkan para expert dan disiplin berbeda seperti psikolog, antropolog, marketers, engineers yang terlibat langsung dengan online communities dan bersama merumuskan insights.
Nah, itu dia strategi human-centric marketing yang bisa kamu terapkan di brand yang sedang kamu bangun. Kira-kira mana aja nih, yang udah kamu terapkan? Coba tulis di kolom komentar.
Kabar baiknya brand kamu juga bisa berkolaborasi bersama Campaign untuk membuat dampak sosial dan meningkatkan human-centric brand marketing yang udah kita bahas di atas. Untuk informasi kolaborasi selengkapnya kamu bisa klik https://campaign.com/sponsor .
Yuk, jadi bagian perubahan untuk dunia yang lebih baik!