Hai, Changemakers!
Seperti yang kita tau, Bumi sedang nggak baik-baik saja. Cuaca makin nggak menentu, bencana krisis iklim yang menghantui, polusi yang kian parah, hingga deforestasi jadi berita sehari-hari. Dengan berbagai persoalan yang ada, kemarin KPU mengangkat tema debat cawapres tentang lingkungan. Meliputi: pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.
Debat cawapres dibuka dengan penyampaian visi dan misi. Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar mengawali penyampaian visi dan misi dengan mengutip pemikiran KH Hasyim Asy’ari bahwa petani adalah penolong negeri. “Tapi, hari ini pemerintah abai pada petani dan nelayan,” ucap Imin dengan tegas.
Imin juga menyindir masalah food estate yang dianggap mengabaikan masyarakat adat dan menciptakan kerusakan lingkungan. Untuk mengembalikan marwah lingkungan, perlu adanya etika lingkungan. Bagi Imin, etika lingkungan penting karena mengedepankan keseimbangan alam dan manusia.
Sumber gambar: Kompas
Selepas Imin menyampaikan visi dan misinya, giliran cawapres nomor urut 2 menyampaikan visi dan misi. Gibran memulai argumen bahwa Indonesia punya SDA yang kaya. Gibran menitikberatkan pada perekonomian hijau dengan memanfaatkan energi hijau dan pekerjaan hijau.
Sumber gambar: Kompas
Cawapres nomor urut 3, Mahfud, kemudian menyampaikan visi dan misinya dengan mengatakan bahwa Indonesia memiliki kearifan lokal yang mengajarkan untuk menjaga lingkungan. Menurut Mahfud, SDA harus berpihak pada rakyat, tapi pada kenyataannya masih menjadi sengketa yang merugikan masyarakat. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, ada dua kata kunci, “komitmen dan keberanian,” tutur mantan ketua MK tersebut.
Sumber ganbar: Antara News Makassar
Sesi tanya jawab
Di sesi kedua, masing-masing cawapres mendapatkan pertanyaan yang dibuat dari panelis.
Sesi kedua dimulai dari pertanyaan pada Gibran. Wali Kota Surakarta tersebut mendapat pertanyaan tentang strategi pembangunan rendah karbon yang berkeadilan.
Orientasi jawaban Gibran berfokus pada pendorongan energi hijau dengan menggunakan bahan baku nabati. Tapi, tantangannya menurut Gibran adalah mencari keseimbangan alam.
Jawaban Gibran mendapat tanggapan dari Mahfud dan Imin. Mahfud menanggapi jika persoalannya ada pada pengelolaan berkelanjutan. Tak jauh berbeda dengan Imin yang menanggapi jika komitmen pemerintah untuk energi terbarukan masih belum serius.
Selanjutnya giliran Mahfud yang menjawab pertanyaan. Mahfud mendapat pertanyaan tentang strategi menyelesaikan praktik ilegal untuk mewujudkan keberlanjutan SDA.
Mahfud menceritakan pengalamannya sewaktu menegakkan kasus lingkungan yang penuh kongkalikong. Sehingga, harus ada penanganan menyeluruh dari hulu sampai hilir agar SDA yang berkelanjutan bisa diwujudkan.
Apa yang disampaikan Mahfud, mendapat tanggapan dari Imin. Imin menilai ada kegagalan dalam melakukan hilirisasi. Sedangkan, gibran mengusulkan untuk mencabut IUP (Izin Usaha Pertambangan).
Sumber gambar: Tempo
Di akhir sesi kedua, Imin mendapatkan pertanyaan tentang strategi menghadapi dampak perubahan iklim yang mempengaruhi produksi dan kualitas pangan.
Imin memberikan solusi melalui peningkatan produksi pupuk dengan harga murah. Serta memberikan perlindungan pada petani saat mengalami kegagalan panen.
Ide Imin direspon oleh Gibran yang juga berfokus pada penggejotan industri pupuk. Berbeda dengan Mahfud yang menyampaikan masalah berkurangnya petani akibat menipisnya lahan pertanian.
Di sesi ketiga, para cawapres masih menjawab pertanyaan dari panelis. Awal sesi ketiga, Mahfud yang mendapat pertanyaan pertama. Beliau mendapat pertanyaan perihal strategi memulihkan hak-hak masyarakat adat.
Persoalan masyarakat adat bagi Mahfud harus dilakukan penertiban birokrasi dan aparat hukum. Karena masih ditemukan penegak hukum yang acuh menjalankan putusan hukum.
Imin dan Gibran punya tanggapan yang sama, yakni menjadikan masyarakat adat sebagai subjek. Tapi, Gibran lebih berfokus pada RUU masyarakat adat.
Untuk Imin, dia mendapat pertanyaan soal strategi agar masyarakat desa mau tinggal di desa. Pentolan PKB tersebut lebih berfokus pada pengalokasian anggaran dana desa untuk meningkatkan potensi desa. Sehingga, masyarakat bisa mendapatkan pendapatan di desa.
Mahfud dan Gibran menanggapi dengan jawaban yang sama. Yakni, optimalisasi potensi desa.
Pada penghujung sesi ketiga, Gibran menjawab pertanyan perihal pengembalian reforma agraria. Strategi Gibran dengan melakukan sertifikasi dan redistribusi tanah.
Yang menarik dan hangat, saat memasuki sesi tanya jawab antar cawapres. Terjadi saling sindir antar cawapres.
Bahkan, antara Gibran dan Mahfud terjadi gimmick sedang mencari jawaban. Ini terjadi manakala Gibran bertanya perihal green inflation. Gibran nggak menemukan jawaban dari argumen Mahfud, sehingga berpura-pura mencari jawaban. Akhirnya, Gibran memberikan contoh.
Tapi, contoh yang dijabarkan Gibran juga dianggap tidak menjawab pertanyaannya sendiri. Hingga Mahfud menganggap pertanyaan Gibran receh, kemudian mengatakan, “Nggak ada gunanya menjawab.”
Begitu pun Imin dan Gibran. Imin menyindir masalah etika debat, bahwa dalam debat orientasinya menanyakan kebijakan, bukan definisi konsep. Sindiran Imin berawal waktu Gibran bertanya tentang LFP (lithium ferro-phosphate).
Closing statement masing-masing cawapres
Di penghujung debat, masing-masing cawapres memberikan closing statement. Mahfud menyatakan bahwa akar persoalan lingkungan disebabkan oleh hukum yang tumpul.
Imin memberikan closing statement tentang pembangunan berkelanjutan dengan tidak meninggalkan masyarakat kelompok rentan.
Closing statement Gibran menggaungkan hilirisasi untuk kesejahteraan masyarakat.