Hai, Changemakers!
Di tahun politik, berita bohong alias hoaks bertebaran di mana-mana. Menurut data Kementerian Kominfo di pemilu 2024 (1 Juli 2023 sampai 24 Januari 2024), ada 195 temuan isu hoaks. Di Jawa Pos edisi 15 Februari 2024 yang Champ baca, ada konten tentang isu Sri Mulyani yang mengajak mendukung paslon 01. Tapi, kenyataannya konten tersebut nggak benar.
Sebenarnya, kalau masyarakat Indonesia punya literasi politik yang kuat sih, nggak masalah. Masalahnya nih, masyarakat Indonesia masih minim buat literasi politik. Dari catatan Kompas, Ace Hasan Syadzily, politisi Golkar, menilai literasi politik masyarakat masih rendah. Akibatnya, pemilih melakukan pilihannya bukan berdasarkan rasionalnya, melainkan emosional semata. Nggak bahaya, ta?
Jangan dibiarkan terus-menerus. Harus ada aksi untuk menyelamatkan demokrasi di Indonesia dengan mencerdaskan pemilih agar menjadi rasional. Seperti kampanye sosial yang dilakukan oleh Literasi Pemuda Indonesia, siapa tau kamu dukung kampanye dari Literasi Pemuda Indonesia?
Kepo apa kampanye sosialnya? Yuk, simak obrolan keren Champ bareng Risma Mutia Andini, selaku Koordinator Social Media Literasi Pemuda Indonesia.
Champ: Halo, Kak. Champ mau tau kegiatan dari Literasi Pemuda Indonesia apa aja?
Literasi Pemuda Indonesia: Saat ini, kami sedang menunggu pengumuman seleksi program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) yang sudah kami lakukan dari awal Oktober 2023.
Kami juga aktif melakukan live Instagram yang berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Aji Indonesia, ICT Watch, dll. Kami juga sering melakukan forum diskusi publik yang berkolaborasi dengan Jabar Saber Hoaks, Jalahoaks, Kota Kabas Hoaks, Fact Checker Universitas Indonesia, dan beberapa stakeholder lain. Terakhir, Literasi Pemuda Indonesia, membuat webinar yang bernama SOLID (Sadar Olah Literasi Digital) yang juga bekerjasama dengan PPID DKI Jakarta.
Dan waktu menjelang pemilu ini, kami juga melakukan live fact checking bersama 24 pemeriksa fakta saat debat berlangsung.
Oh, ya. FYI Literasi Pemuda Indonesia mendapat penghargaan sebagai lembaga/organisasi teraktif dalam penanggulangan hoaks di Festival Literasi Digital Jawa Barat. Dan menjadi satu-satunya organisasi termuda yang menerima penghargaan itu.
Champ: Keren banget, Kak. Champ ucapin selamat, ya. Ngomongin masalah literasi dan hoaks dari tadi, Champ ingat sama Challenge dari Literasi Pemuda Indonesia. Bisa jelaskan tujuannya, Kak.
Literasi Pemuda Indonesia: Challenge Memilah Informasi untuk Demokrasi berangkat dari pemilu 2014 dan 2019 yang terjadi politik identitas dan fanatis terhadap ketokohan secara masif. Akibatnya, pemilu berlangsung dengan gagasan yang kurang terlihat dalam perdebatan atau nirprogram.
Kondisi ini diperkeruh dengan posisi media mainstream yang nggak netral melalui agenda setting, framing, dan priming-nya yang mengarah kepada calon kandidat atau partai tertentu. Ditambah lagi algoritma filter bubble dan echo chamber di media sosial yang membuat pemilih hanya berkumpul dengan pemilih yang sewarna, dan berjarak dengan informasi alternatif.
Selain itu, sebagai pemeriksa fakta, kami melihat artikel periksa fakta dari beberapa media yang lebih banyak menyentuh sisi sosiologis seperti SARA dan psikologis atau preferensi terhadap calon kandidat dan partai politik tertentu, membuat aspek gagasan atau program yang dimiliki para calon kandidat, khususnya terkait wawasan nusantara yang berasal dari faktor Astagatra untuk ketahanan nasional, yaitu geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta pertahanan dan keamanan kurang diperhatikan oleh pemilih dan para calon.
Maka dari itu, pada kampanye ini, kami ingin berpartisipasi meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia melalui pemilu, dibutuhkan pemilih yang dapat menyuarakan permasalahan dan tawaran solusi terkait kedelapan faktor Astagatra tadi.
Pemilih muda yang mayoritas terpenetrasi internet dan media sosial, tapi minim literasi politik berdasarkan fakta dan data di atas dapat diberdayakan dengan pendidikan politik yang membawa mereka menjadi pemilih kritis dan rasional. Caranya dengan menyuarakan permasalahan dan tawaran solusi terkait delapan faktor Astagatra yang disampaikan kepada para calon kandidat pada Pemilu 2024.
Champ: Champ angkat topi dengan Challenge Literasi Pemuda Indonesia. Terus tujuan Challenge-nya apa?
Literasi Pemuda Indonesia: Challenge kami bertujuan untuk mengajak pemilih muda untuk bersikap kritis dan rasional dengan memberikan dorongan untuk melakukan pemilahan informasi.
Harapan saya pada supporters yang sudah ikut Challenge ini, bisa mengajak teman yang lain untuk ikut berpartisipasi. Karena dengan tindakan kecil, seperti join Challenge kami, memberi arti ada kepedulian anak muda terhadap demokrasi.
Champ: Nantinya donasi yang terkumpulkan akan digunakan buat apa?
Literasi Pemuda Indonesia: Dari donasi yang didapat, sepenuhnya akan digunakan untuk kampanye #MEMILAHINFORMASIUNTUKDEMOKRASI melalui modul yang memfokuskan sasaran pada pemilih muda, agar pemilih ini nggak hanya mengonsumsi informasi, tapi juga mampu memilah informasi tersebut berdasarkan delapan faktor Astagatra.
Champ: Tadi menyinggung masalah pemilih muda, kalau kata kakaknya, anak muda sekarang itu gimana?
Literasi Pemuda Indonesia: Aku dulu berpikiran bahwa anak muda tugasnya hanya bermain saja untuk mendapatkan kesenangan. Hingga akhirnya tersadar bahwa aku salah dalam pergaulan dan memutuskan buat aktif dalam berorganisasi.
Meski begitu, aku masih menemukan anak muda yang enggan untuk berorganisasi. Waktu aku tanya alasannya, mereka berfikir ini sia-sia. Hanya dapat capeknya aja, serta nggak menentukan karir mereka di pekerjaan nanti. Jujur aku sangat menyayangkan karena menurutku masa muda tidak akan pernah terulang. Memang masa ini diciptakan untuk menikmati rasa lelah dengan banyak mencoba atau melakukan hal-hal positif. Masa muda memang harus banyak tangisnya karena ketika tua nanti mungkin banyak beban, bahkan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk melakukan hal- hal positif.
Champ: Betul. Masa muda jangan takut untuk mencoba hal positif. Ngomongin anak muda, nggak lengkap kalau nggak nyinggung pemilu 2024. Kalau menurut kakak, pemilu 2024 gimana?
Literasi Pemuda Indonesia: Ada keresahan di pemilu 2024 dengan tindakan buzzer dan framing media terhadap satu parpol atau pasangan. Apalagi pasca debat ketiga, ada capres yang menangis dan membuat framing di TikTok, akhirnya banyak anak muda yang ikutan.
Aku juga menyayangkan berbagai baliho dan banner yang ditempel di pohon. Soalnya merusak lingkungan.
Champ: Gagasan kakaknya reflektif banget. Champ jadi kepo, kalau bagi kakak, dunia yang lebih baik itu gimana?
Literasi Pemuda Indonesia: Dunia yang lebih baik ketikaa kesetaraan, keadilan, dan kerjasama sudah bisa kita pegang. Di sana, masyarakat saling menghormati perbedaan, lingkungan alam dijaga dengan bijaksana. Serta akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan peluang setara bagi semua. Dunia ideal tersebut juga mungkin dicirikan oleh perdamaian, kesempatan untuk berkembang bagi setiap individu, serta keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Aku dan teman-teman semua, sebagai salah satu agent of change memiliki peran penting dalam mewujudkan dunia yang lebih baik. Mulai dari level pribadi, kita bisa mempromosikan nilai-nilai kesetaraan, keadilan, dan keberlanjutan dalam tindakan sehari-hari. Selain itu, terlibat dalam kegiatan sosial, mendukung organisasi nirlaba, atau menjadi sukarelawan dapat menjadi langkah konkret untuk memberikan dampak positif pada masyarakat.
Nah, buat Changemakers ayo buruan ikut dan selesaikan Challenge dari Literasi Pemuda Indonesia. Karena Challenge-nya penting untuk menjaga kewarasan dan membangun demokrasi yang sehat. Yuk, selesaikan Challenge Memilah Informasi untuk Demokrasi! Setiap menyelesaikan Challenge akan dikonversi jadi donasi sebesar Rp28 ribu dari Yayasan Dunia Lebih Baik sebagai sponsor.
Referensi:
https://www.kompas.id/baca/utama/2019/10/10/literasi-menjadi-kunci-politik-yang-beradab
Jawa Pos edisi Kamis, 15 Februari 2024
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20240214172143-192-1062553/hoaks-turun-menkominfo-akui-pemilu-2024-lebih-adem