Hai, Changemakers!
Kamu pasti pernah denger dong, istilah ‘Bocah Kosong’? Nah, gimana jadinya kalau anak muda yang keren kayak kamu, dianggap ‘Bocah Kosong’ yang gampang dicurangi dalam politik? Pasti marah dong, ya. Tapi, tenang… jangan dulu marah sama Champ! Karena, Champ yakin udah banyak banget anak muda yang melek politik sehingga nggak gampang dicurangi. Tapi, gimana caranya biar melek politik? Tentunya harus dibekali dengan pendidikan politik yang baik.
Nah, ngomongin soal pendidikan politik, pas banget nih, Champ punya temen baru yang punya fokus isu di pendidikan. Temen baru Champ ini juga jadi guru dan punya komunitas yang bergerak untuk memajukan pendidikan di Indonesia, loh. Keren banget deh, pokoknya. 😍 Jadi, yuk, langsung aja kita ngobrol bareng!
Champ: Hola! 👋 Boleh perkenalkan diri dulu dan certain kesibukannya akhir-akhir ini?
Kak Rizki: Halo, Champ dan Changemakers! Perkenalkan, nama saya Rizki Azkia sebagai Ketua Wadah Pembaca Bernalar (WACANA). Salam kenal ya, semuanya! Saya baru aja selesai menjadi Panitia Pemungutan Suara (PPS) Pemilu di Desa Simpang Empat Lhokseumawe, Aceh. Selain itu, saya juga sebagai pengajar Ruang Guru, di pelajaran Sejarah, Sosiologi, dan Bahasa Indonesia.
Champ: Wah, lumayan sibuk, ya. Kalau boleh tau, di komunitas WACANA lagi ada program apa aja sih, yang lagi dijalankan?
Kak Rizki: Sebelumnya, saya mau ceritain dulu nih, kenapa akhirnya WACANA bisa berdiri. Jadi, WACANA itu berdiri karena kegelisahan saya pribadi melihat minimnya, bahkan bisa dikatakan, nggak adanya ruang diskusi di Kota Lhokseumawe. Kalaupun ada, itu seperti ada kotak-kotaknya atau sekatnya. Misal, ada ruang diskusi tapi hanya khusus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), atau khusus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), jadi khusus untuk organisasi tertentu aja. Kemudian, karena saya dan teman-teman kuliah di Yogyakarta terbiasa melakukan kegiatan diskusi setiap minggunya, jadi apa salahnya kebiasaan tersebut saya bawa ke Lhokseumawe. Sampai akhirnya, alhamdulillah WACANA ini berdiri dan udah berjalan lebih dari satu tahun untuk berdiskusi setiap Sabtu jam 04.30 sore di Kota Lhokseumawe.
Selain berdiskusi, kami juga punya kegiatan namanya Perpustakaan Wacana yang selalu berjalan di setiap minggu pagi, selama nggak ada hujan atau halangan lainnya, kami selalu buka lapak baca di Kota Lhokseumawe. Terakhir, kami juga ada kegiatan Sekolah Pesisir. Di Sekolah Pesisir ini, kami membagikan cerita menyenangkan atau ada juga yang mengajarkan anak-anak di Pusong untuk bernyanyi dan lain-lain. Dari kegiatan ini, kami ingin pelan-pelan menghapuskan stigma yang mengatakan orang Pusong itu ‘bodoh’ dan ‘kotor’.
Champ: Keren banget! 👏 Walaupun masih muda, Kak Rizky dan teman-teman mau bergerak untuk perubahan baik. Nah, ngomongin soal anak muda, menurut Kak Rizki gimana sih, anak muda Indonesia saat ini?
Kak Rizki: Menurut saya, saat ini anak muda di Indonesia, khususnya yang saya perhatikan di lingkungan saya, mereka itu punya semangat yang cukup tinggi untuk perubahan Bangsa Indonesia. Sayangnya, saya lihat perubahan itu hanya untuk individu. Belum banyak anak muda yang aware terhadap sesamanya, dan bagaimana mereka bisa berdampak untuk sekitarnya. Hal itu membuat mereka punya ambisi, tapi hanya ambisi untuk menjadikan dirinya sendiri lebih baik, sehingga terlihat lebih suka berkompetisi antar individu daripada kelompok, bukan secara kolektif yang mana seperti Bangsa Indonesia inginkan. Jadi, menurut saya, mungkin kedepannya, selain untuk dirinya sendiri, anak muda Indonesia juga bisa berdampak baik untuk khalayak ramai. Gitu, Champ!
Champ: Setuju banget, Kak. Anak muda harus bersama-sama membuat dampak baik! 🤩 Oh iya kak, tadi Kak Rizki bilang kalau baru aja selesai jadi PPS. Menurut pandangan Kak Rizki, gimana proses Pemilu 2024 saat ini?
Kak Rizki: Menurut saya pribadi, kalau melihat tahun 2019 yang hanya ada dua calon Presiden, itu pengkotakan lebih akan terlihat. Tapi, sekarang dengan adanya tiga calon Presiden, menurut saya pengkotakan ini semakin besar. Dengan begitu, menurut saya pemilu 2024 ini lebih hot isunya dari pada tahun 2019.
Lalu, kalau berbicara tentang perjalanan Pemilu, saya melihat di Kota Lhokseumawe ini masih minimnya pengawasan Bawaslu. Padahal udah jelas kalau pohon, tiang listrik, dan fasilitas umum lainnya nggak boleh digunakan untuk sarana kampanye. Tapi, Bawaslu sendiri masih seperti enggan untuk bertugas dan merapikan. Jadi, kebiasaan buruk ini masih ada dan terjadi.
Selain itu, menurut saya di Pemilu 2024 ini masih banyak yang belum diatur dengan baik. Seharusnya, KPU menjelaskan secara terang-terangan siapa aja sih, caleg yang pernah korupsi, sehingga masyarakat punya track record yang jelas. Walaupun emang mereka diperbolehkan di dalam undang-undang, menurut saya mereka punya ‘Buku Hitam’ sehingga hal ini bisa menjadi pertimbangan untuk masyarakat memilih.
Nah, kalau berbicara soal anak muda di Pemilu 2024, menurut saya ada perubahan. Sekarang udah mulai banyak anak-anak muda yang suka membahas politik, entah dari media sosial atau bagaimana, tapi mereka sedikit demi sedikit mulai berani mengemukakan pendapatnya. Karena saya juga mengajar di SMA, saya lihat anak muda ini udah nggak apatis terhadap pemilu. Walaupun mereka agak pesimis terhadap politik ke depannya, tapi mereka mau untuk membahas dan ada keinginan untuk mengikuti kegiatan atau seminar yang berhubungan dengan politik.
Champ: Sekarang, WACANA dan Campaign lagi kolaborasi untuk menciptakan dampak baik melalui Challenge Jadikan Pemilu menjadi Awal Membangun Negeri. Nah, Champ kepo deh, kenapa WACANA tertarik meluncurkan Challenge tersebut dan apa goals yang kalian ingin capai? 🤔
Kak Rizki: Alasan kami meluncurkan Challenge ini karena kami melihat anak muda umur 17-18 tahun udah boleh memilih, tapi negara belum mempersiapkan pendidikan politik yang cukup baik. Ibarat menjadi ‘Kolam Politik’ yang mudah diisi oleh siapa pun untuk bisa dicurangi. Misal, ada orang yang ingin money politic, pemilih muda ini bisa mudah terpengaruh. Jadi, menurut kami pendidikan politik sangat penting jadi kami ingin menghadirkan kekosongan pendidikan politik tersebut di Kota Lhokseumawe.
Melalui kampanye ini, kami ingin mengundang anak-anak SMA atau mahasiswa baru yang berumur sekitar 18 tahun-an untuk hadir dalam adu gagasan 5 caleg Lhokseumawe. Harapannya dengan kegiatan ini, pemilih muda punya pilihan untuk memilih dan mereka yang golput punya gambaran untuk memilih. Di sini, mereka juga bisa melihat, siapa aja sih, calon yang akan mereka pilih yang akan memimpin Aceh sampai Indonesia.
Selain itu, kami juga berharap pemilih muda punya pendidikan politik yang cukup. Kami juga mengadakan simulasi cara memilih, yang inginnya diberikan arahan langsung dari KPU, mulai dari mereka masuk sampai mereka selesai nyoblos. Begitu, Champ.
Champ: Lalu, kalau nanti Challenge-nya udah dikonversi menjadi sejumlah donasi, mau dipakai untuk apa aja?
Kak Rizki: Sesuai goals yang udah saya jelaskan tadi, donasinya akan kami gunakan untuk perlengkapan, penyewaan, dan konsumsi acara. Jadi, kalau misalnya tempat Rp500 ribu, snack Rp20 ribu bahkan bisa lebih karena targetnya adalah Gen Z, jadi otomatis snacknya nggak bisa yang biasa aja, untuk menarik minat mereka untuk ikut kegiatan kami. Kami juga akan menyewa proyektor, kamera, meja, mic, dan lain sebagainya. Untuk rincian lebih lengkapnya, bisa cek di Challenge Jadikan Pemilu menjadi Awal Membangun Negeri, jangan lupa juga sambil ambil aksinya, ya! 😉
Champ: Boleh langsung di ceki-ceki nih, buat tau rincian selengkapnya! 😄 Pertanyaan selanjutnya dari Champ, kan udah banyak nih yang ambil aksi di Challenge Jadikan Pemilu menjadi Awal Membangun Negeri. Nah, apa yang kalian ingin lihat dari para pendukung Challenge tersebut?
Kak Rizki: Kami berharap semua pendukung yang mendukung Challenge Jadikan Pemilu menjadi Awal Membangun Negeri, bisa benar-benar memilih dengan hati nuraninya, bukan karena feedback seperti money politic dan sejenisnya!
Champ: Champ juga setuju banget agar Indonesia punya pemimpin yang berkualitas! Nah, pertanyaan terakhir dari Champ, menurut Kak Rizki, dunia yang lebih baik itu kayak gimana?
Kak Rizki: Menurut saya, dunia yang lebih baik itu ketika politik nggak hanya dinikmati oleh orang-orang yang berkuasa dan ber-uang. Dunia yang lebih baik adalah ketika semua orang punya hak dan kesempatan yang sama. Bukan cuma di politik, tapi juga di pendidikan. Semua orang harus punya kesempatan dalam mengenyam pendidikan. Menurut saya, biaya pendidikan nggak usah mahal, karena nggak semua orang punya yang yang cukup untuk bisa sekolah. Semoga, kedepannya, dunia yang lebih baik dengan nggak ada lagi orang yang buta huruf, nggak ada lagi anak anak yang terlantar.
Terakhir, menurut saya, dunia yang lebih baik adalah saat semuanya tertata dengan lebih rapi dan nggak ada lagi orang-orang yang nggak berkesempatan untuk sekolah!
Itu dia cara Kak Rizki bersama WACANA untuk memberikan pendidikan politik biar anak muda nggak lagi menjadi target kecurangan. Kalau udah punya bekal pendidikan politik yang baik, Champ yakin kita semua bisa jadi pemilih yang bijak dalam menggunakan hak pilihnya. Walaupun Pemilu udah lewat, kita harus tetap jadi anak muda yang peduli dengan politik Indonesia. Salah satu caranya bisa dengan ikutan Challenge Jadikan Pemilu menjadi Awal Membangun Negeri dari WACANA. Yuk, langsung aja ambil aksimu sekarang juga!