Inklusivitas memiliki pengertian harfiah “termasuk” yang dalam konteks kehidupan sosial, menjadi inklusif artinya melibatkan dan memperhitungkan seluruh elemen masyarakat supaya semuanya dapat memperoleh akses yang adil untuk meraih kesejahteraan hidup. Inklusivitas yang masih harus diupayakan menunjukkan bahwa saat ini realita kehidupan di sekitar kita masih belum ideal.
Salah satu upaya yang masih sangat membutuhkan perhatian adalah peningkatan fasilitas dan infrastruktur yang dapat diakses dengan mudah oleh orang dengan disabilitas. Sebagai contoh sederhana, fasilitas-fasilitas pelayanan publik seharusnya sudah menyertakan tulisan braille supaya dapat memberikan informasi kepada teman-teman tunanetra. Namun, sayangnya fasilitas tersebut belum disediakan secara merata oleh semua fasilitas kesehatan di Indonesia. Hal ini menjadi isu yang terbilang kompleks karena dimensi kesadaran masyarakat juga perlu dipertimbangkan dan sayangnya walaupun banyak orang yang sudah mulai menyadari pentingnya upaya penyetaraan, hal itu masih bisa kita tingkatkan lagi untuk mencapai perubahan yang lebih substansial. Kesenjangan ini juga dapat ditemukan di berbagai sektor kehidupan lain, baik dalam bentuk fasilitas aksesibilitas fisik maupun perubahan sistematis di dalam kebijakan.
Kenapa Menjadi Inklusif itu Penting?
Upaya pemerintah untuk menggalakkan program-program inklusivitas mencerminkan urgensi yang ingin digadang oleh pemerintah terhadap isu ini. Sebagai negara yang menjunjung tinggi kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya, kesadaran akan pentingnya mengupayakan pembangunan, kebijakan, dan kesempatan yang dapat diakses oleh semua elemen masyarakat merupakan perwujudan nyata yang harus kita capai untuk membuktikan asas negara kita. Secara filosofis, pemaknaan ini memberikan makna dan urgensi terhadap isu inklusivitas sebab identitas negara kita melekat pada seberapa sejahtera kelompok masyarakat yang membutuhkan perhatian khusus.
Jadi Harus Bagaimana?
Kesadaran diri akan isu-isu yang dialami oleh teman-teman dengan disabilitas merupakan kunci utama yang harus kita pegang sebagai dasar. Dengan memahami apa saja yang sedang terjadi, kita bisa menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat dengan lebih bijaksana. Pemahaman tersebut dapat dikembangkan dengan proses belajar maupun interkasi dengan teman disabilitas.
Oleh karena itu, SRASA mengadakan acara Srasasehan #2 yang mengangkat tema Inklusivitas: Setara atau Sama. Pada kegiatan ini, SRASA berupaya menciptakan ruang bagi Teman SRASA untuk bertukar pikiran mengenai isu inklusivitas. Dari acara ini, Teman SRASA banyak mengaji isu inklusivitas dalam berbagai bidang seperti, pendidikan, pelayanan publik, dan ketenagakerjaan. Bahkan salah satu peserta merupakan seorang tuna daksa dan memiliki kesempatan untuk bersuara mengenai keresahannya. SRASA akan terus bergerak dan menjadi ruang berbagi aspirasi mengenai isu disabilitas
Bagi yang belum berkesempatan bersua dengan SRASA, kamu dapat ikut berperan dalam campaign SRASA "Belajar Setara untuk Saling Berdaya".
Mari bergegas untuk
#SetaraBersamaSalingBerdaya