Hai, Changemakers!
Mungkin membaca dan memiliki buku merupakan hal yang wajar menurut kita karena sejak kecil kita dilatih untuk bisa membaca dan menulis. Tapi faktanya nggak semua anak-anak di Indonesia mendapatkan privilege ini. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program of International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019, minat baca Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara. Dengan kata lain, Indonesia masuk dalam bagian 10 negara yang memiliki tingkat literasi terendah di antara negara-negara yang disurvei.
Padahal seperti yang kita ketahui di berbagai belahan dunia mana pun kemampuan literasi mengentaskan angka buta huruf. Untuk memerangi fenomena buta huruf sedini mungkin setiap anak harus harus diperkenalkan dengan aktivitas membaca dan menulis.
Champ juga percaya kita udah melakukan beragam cara untuk menurunkan angka buta huruf. Dilansir dari Kompas data survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan angka buta huruf penduduk berumur 10 tahun sebesar 3,18 persen yang merupakan angka terendah dalam kurun waktu 12 tahun terakhir. Angka ini turun sebesar 3,26 persen dibandingkan pada 2011. Adapun angka buta huruf tertinggi itu terjadi pada 2011 sebesar 6,44 persen.
Foto: Kompas.com
Angka buta huruf yang tergolong tinggi melebihi kisaran 5 persen pada 2023 tersebar di lima provinsi di Indonesia. Kelima provinsi tersebut adalah Provinsi Papua (15,12 persen), Provinsi Nusa Tenggara Barat (9,79 persen), Provinsi Jawa Timur (5,83 persen), Provinsi Sulawesi Selatan (5,62 persen), dan Provinsi Jawa Tengah (5,18 persen).
Hemmm, kok bisa ya, kelima provinsi tersebut masuk dalam provinsi buta huruf tertinggi?
Coba kita lihat lebih dekat. Salah satu faktornya yaitu rendahnya kualitas pendidikan dari segi kualitas sarana dan prasarana dalam mendukung kegiatan belajar mengajar dan media pembelajaran di sekolah. Selain itu, faktor lainnya yakni tingkat kehadiran dan keaktifan guru dalam kegiatan belajar mengajar dinilai sangat minim terutama pada jenjang sekolah dasar. Hal ini berdampak pada murid lulusan sekolah dasar banyak yang ditolak ketika mendaftar ke jenjang sekolah menengah pertama karena belum memiliki kemampuan membaca dengan baik. Hingga faktor kemiskinan.
Apa yang bisa kita lakukan?
Banyak jalan menuju roma, begitu juga banyak cara untuk kita membantu permasalahan buta huruf di Indonesia. Kamu bisa:
1. Menyebarkan pentingnya baca dan tulis
Apa yang selalu dekat dengan tangan kamu? Yup! Pasti handphone! Nah, kamu bisa mulai menyebarkan konten-konten seputar pentingnya literasi hingga baca dan tulis. Jangan lupa konten-konten tersebut dibuat target audience yang kamu inginkan, ya. Kalau audience kamu menyasar anak-anak coba lah membuat konten yang mudah dimengeri dengan tampilan yang colorful. Dengan begitu kamu bisa menyuarakan isu ini hingga ke pelosok negeri.
2. Buat ruang membaca atau mendonasikan buku
Kamu punya buku-buku yang menumpuk di rumah? Duh, daripada nggak terpakai dan didiamkan begitu aja. Kamu bisa membuat ruang membaca yang bisa dinikmati setiap kalangan. Nggak ada waktu dan tempatnya? Tenang, kamu bisa mendonasikan buku-bukumu itu ke lembaga sosial yang terpercaya dan nantinya bukunya akan jadi harta karun bagi mereka yang membutuhkan. Bye-bye buku-buku numpuk di rak buku!
3. Ikut kerelawanan
Selain cara di atas kamu juga bisa turun ke lapangan langung untuk mengajarkan baca dan tulis ke daerah-daerah di Indonesia. Karena faktanya banyak organisasi dan komunitas sosial yang melakukan kegiatan ini. Kamu tinggal pantengin kapan open recruitment-nya dan coba aja daftar. Seru pasti!
4. Ikut Challenge
Nggak ada waktu dan masih bingung gimana jadi relawan. Tenang, kamu masih bisa membantu dengan ikutan Challenge Buka Jendela Dunia untuk Anak di Jeneponto dari komunitas Gugah Nurani Indonesia. Dengan mengikuti dan menyelesaikan Challenge ini kamu udah membuka donasi sebesar Rp17.500 yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik.
Seluruh donasi yang terkumpul akan disalurkan dalam bentuk buku bacaan dan alat peraga belajar untuk membantu mereka mendapatkan akses buku bacaan dengan layak dan pelajaran tambahan diluar sekolah untuk membaca.
Siap untuk memerangi buta huruf di Indonesia?