Hai, Changemakers!
Kalian sudah tau kan, kalau bumi kita sedang nggak baik-baik aja? Seiring berjalannya waktu, sakitnya makin bikin was-was. Nggak, nggak mau nakut-nakutin, tapi menurut studi yang dipublikasikan jurnal ilmiah Science, diperkirakan akan ada 1,3 miliar ton sampah plastik yang akan memenuhi bumi di tahun 2040.
Bayangin, bumi kita aja yang makin penuh penduduk, puyengnya bukan main. Lah ini, harus ditumpuk dengan 1,3 miliar ton sampah plastik, apa nggak “meledak” kepala kita?
Itu sebabnya, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi resolusi untuk mencanangkan setiap tanggal 30 Maret diperingati International Day of Zero Waste. International Day of Zero Waste bertujuan untuk menyoroti pentingnya memperkuat pengelolaan sampah secara global, mempromosikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan, dan meningkatkan kesadaran dalam berkontribusi terhadap agenda pembangunan berkelanjutan 2030.
Tujuannya memang baik, tapi apakah mudah buat dicapai? Kok rasa-rasanya sulit, ya. Bukannya Champ pesimis, tapi kalau lihat realitanya, masih banyak di antara kita yang belum menerapkan gaya hidup ramah lingkungan salah satunya mencoba zero waste.
Tapi, apakah benar mengurangi sampah memang sulit? Coba kita kepoin pandangan dari Kak Sarah, seorang penggiat gaya hidup minimalis di Women Empower Women At Work, Lyfe With Less, dan Saling Silang.
Pandangan Kak Sarah Perihal Masalah Sampah
Menurut Kak Sarah, persoalan sampah memang mengkhawatirkan. Melihat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah sudah menggunung. Ditambah lagi dengan minimnya kesadaran dan pendidikan lingkungan, serta belum adanya peraturan dan alokasi anggaran untuk pengelolaan sampah.
Permasalahan sampah menjadi semakin mengkhawatirkan dengan adanya sikap konsumtif yang menjangkiti masyarakat. Yang pada akhirnya menciptakan konsumsi berlebihan. Itu sebabnya, menurut Kak Sarah harus bijak berkonsumsi dan belajar jadi minimalis. Biar apa? Biar nggak terjebak pada konsumsi yang berlebihan.
Konsumsi berlebihan disebabkan oleh kemajuan teknologi. Contohnya, belanja online. Menurutnya, belanja online nggak bisa dihilangkan, tapi bisa ditekan dengan nggak membeli sesuatu hal yang nggak penting.
Lalu, gimana caranya bijak berkonsumsi dan belajar jadi minimalis?
Barang Preloved untuk Kebaikan Bumi
Belajar dari Kak Sarah, dia lebih menggunakan barang preloved. Menggunakan preloved bagi Kak Sarah menjadi alternatif yang bisa dilakukan agar memperpanjang manfaat sebuah barang. Dengan begitu, bisa memperlambat limbah untuk sampai ke TPA.
Nah, yang harus kalian ketahui, barang preloved ternyata berbeda sama thrifting. Kalau barang preloved, kita bisa mengetahui pemilik sebelumnya. Sedangkan barang thrifting, biasanya berasal dari luar negeri yang menjadi limbah pakaian dari negara asalnya.
Kak Sarah memberikan tips buat kita yang ingin memakai barang preloved.
Pertama, adopsi dari orang yang dikenal. Kedua, selektif melihat kondisi barang. Ketiga, cuci bersih barangnya sebelum digunakan.
Nggak Nyampah Waktu Jajan
Selain menggunakan barang preloved, Kak Sarah juga mengajak buat jajan tanpa nyampah dengan membawa tumbler, kotak makan, dan alat makan sendiri.
Memang, buat melakukan kebiasaan tersebut nggak mudah. Harus butuh pembiasaan dahulu. “Kita bisa pilih bahan wadah reusable yang ringan dan kecil agar praktis dibawa ke mana-mana,” saran dari Kak Sarah.
Selain menyarankan untuk menggunakan barang-barang yang nggak sekali pakai, Kak Sarah juga menyarankan agar membawa bekal dari rumah untuk mengurangi jajan di luar.
Dari apa yang diomongin sama Kak Sarah, sebenarnya mengurangi sampah bukan hal yang begitu sulit. Hanya butuh dua hal, yakni berani memulai dan konsisten. Berani memulai dan konsisten buat mengurangi sikap konsumtif dan mengurangi produk yang sekali pakai.
Seperti yang dikatakan Kak Sarah, “Mendukung zero waste nggak harus sempurna, justru bisa dimulai dengan belajar tentang mindfulness dan gaya hidup minimalis.”
Jadi, masih pesimis buat beraksi untuk mengurangi sampah? Rugi, dong! Kalau nggak dimulai dari sekarang, mau kapan? Jangan sampai bumi lebih cepat mengalami krisis kehidupan.
Soalnya, bagi Kak Sarah, dunia yang lebih baik ketika saling peduli dengan sesama manusia dan lingkungan dengan hidup lebih berkesadaran.
Biar kalian makin peka terhadap permasalahan lingkungan, Champ mau ajak buat menyelesaikan Challenge PilahSampahDamai Ciptakan Lingkungan Hidup yang Merangkul Semua Agama dan Keyakinan. Challenge bertujuan buat menjaga lingkungan dengan pendekatan beragama dan berkeyakinan masing-masing individu.
Jika kamu menyelesaikan Challenge, akan membuka donasi sebesar Rp20ribu yang disponsori oleh Search for Common Ground, Indika Foundation, dan Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi akan digunakan untuk edukasi pengelolaan sampah terpadu di Desa Cipanjalu, Kabupaten Bandung. Yuk, ikut dan selesaikan Challenge-nya!
Referensi:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53522290
https://sdg.iisd.org/events/international-day-of-zero-waste-2024/
https://www.instagram.com/sarsasof?igsh=Y2RlaGU2YXBnZ29i
https://unhabitat.org/international-day-of-zero-waste