Hai, Changemakers!
Cung tangan, siapa yang kangen ngobrol-ngobrol sama tim Campaign? Tenang, hari ini kangen kalian bakalan terobati, karena Champ udah datengin Kak Allan buat sharing ceritanya tentang pengalaman internasionalnya, nih. Kalau kalian belum tahu, Kak Allan ini punya segudang pengalaman, baik akademis maupun non akademis, di luar negeri, loh!
Sebelum nyelam lebih dalam ke cerita-cerita asyik dari Kak Allan, yuk kita cari kenalan dulu dengan Kak Allan dan kesibukannya saat ini!
Mahasiswa Semester 6, Banyak Kesibukan, Siapa Takut!

Siapa bilang kalau mahasiswa angkatan tua cuma sibuk persiapan skripsi? Di samping menekuni tanggung jawab akademisnya pada studi FISIPOL Universitas Gajah Mada, Kak Allan juga sebagai Outreach Intern di Campaign yang bertugas untuk menyusun strategi dalam menjangkau komunitas sosial di Indonesia.
Wah, gimana ya, kira-kira membagi waktu untuk magang sambil kuliah? Eits, Kak Allan nggak cuma magang sambil kuliah aja, tapi juga aktif kuliah-magang-organisasi! Saat ini, Kak Allan sedang meng-handle 3 organisasi sekaligus, loh! Di antaranya ada United Nations Association in Indonesia dan Student Catalyst. Belajar politik iya.. Belajar kepemimpinan organisasional iya… Belajar komunikasi iya.. Champ makin kagum banget sama Kak Allan yang suka belajar, nih. 😍
Eh, masih belum selesai. Ada satu lagi yang otentik dari pengalaman Kak Allan, yaitu… studi luar negerinya! Abis ngobrol bareng Kak Allan, Champ itung-itung pengalaman internasional Kak Allan bisa lebih dari 5, loh! Penasaran ‘kan gimana seribu satu cerita di balik pengalaman Kak Allan? Kepoin, yuk. 😆
Ketagihan Ikut Kegiatan Berbasis Internasional Sejak Kelas 12 SMA

“First international exposure itu waktu SMA ketika ikut pertukaran pelajar ke Amerika 1 tahun, bisa dibilang itu pengalaman yang akhirnya membuka peluang lainnya untuk ke luar negeri”
Sebagai seorang pelajar yang memiliki ketertarikan utama pada bidang kesehatan mental dan hak-hak anak, motivasi terutama Kak Allan ikut berbagai program internasional adalah untuk mencari pengalaman di lingkungan akademik yang suportif. Setelah mengikuti pertukaran pelajaran ke Amerika, Kak Allan juga menambah list kegiatan internasionalnya dengan mengikuti konferensi lintas agama di Asia Tenggara sebagai konferensi internasional pertama.
Nah, ketika anak-anak kelas 12 SMA pada umumnya mungkin ketagihan push rank mobile legend, Kak Allan justru semakin ketagihan ikut program-program yang memiliki eksposur global lainnya. Diskusi bareng pembuat kebijakan dan konsultan bisnis di UNICEF tentang isu anak dan SDGs udah jadi makanan sehari-hari Kak Allan sejak SMA. Wah, seru banget masa muda Kak Allan dikelilingi sama orang dengan latar belakang yang berbeda-beda pasti!
Oh iya, ngomongin kegiatan luar negeri.. Changemakers pastinya bisa nebak dong program apa yang familiar? Yap, Indonesian International Student Mobility Award (IISMA). FYI, Kak Allan juga salah satu awardee IISMA, loh! Nggak tanggung-tanggung, Kak Allan berhasil diterima di salah satu kampus Ivy League, University of Pennsylvania. Psst, fun fact, salah satu dosen yang mengajar di mata kuliah yang diambil Kak Allan adalah penasihat terdahulu dari Joe Biden, loh. Koneksi Kak Allan pastinya nggak main-main, nih hihi.
Nonton d'Masiv di Amerika? Ketemu Komunitas Muslim dari Timur Tengah? Amerika Nggak Se-Homogen Itu!
Kalimat paling umum yang mungkin sering dilontarkan ibu-ibu ketika ada anaknya yang baru pulang dari studi luar negeri mungkin, “Gimana kamu makannya di sana? Cocok gak lidah kamu sama bumbu masakan di sana?” atau imbauan, “Jangan ikut budaya sana yang nggak bener ya!”
Ngomongin budaya, justru Kak Allan sangat tertarik persilangan budaya di kota-kota Amerika Serikat mulai dari mengikuti workshop tentang civic educational bersama anggota senator di AS waktu SMA. Oh iya, workshop ini bahkan menginspirasi Kak Allan untuk masuk FISIPOL UGM. Champ penasaran seseru apa ya kira-kira keragaman budaya di sana?

“Waktu IISMA ke Filadelfia, aku banyak ketemu diaspora penduduk Indonesia. Ini bikin aku kaget karena gak nyangka orang Indo di sini ternyata banyak juga, rasanya kayak ketemu temen lama deh! Waktu ngobrol sama mereka juga ternyata alasannya beragam loh, ada yang kabur dari kerusuhan tahun 98 dan gak balik-balik lagi, atau memang pure gak pernah pulang lagi aja..”
Dan, ternyata… komunitas orang Indonesia di sana masih kental juga budaya tanah airnya! Kak Allan ketemu dengan budaya gotong royong yang kuat, komunitas tari, hingga rasa bangga dengan artis lokal Indonesia (re: d'Masiv pernah tampil di sana juga). Wah, rasa-rasanya orang Indonesia lebih cinta Indonesia, ya!
Kalau soal penduduk di sudut kotanya gimana? Tentu, beda-beda juga. Misalnya, di tengah Amerika, penduduknya hampir mirip dengan orang Indonesia. Ramah banget. Kalau di daerah east cost (misalnya, New York), menurut Kak Allan masih sama dengan orang Jakarta. Khas perkotaan yang lebih individualis. Kalau mau ketemu orang Asia? Tinggal datang aja ke daerah Chinatown. Pokoknya, setiap sudut kota, beda juga komunitas warganya.
Ya, mirip-mirip sama Jakarta Selatan yang identik dengan sosialita keren di kafe-kafe cantik dibandingin sama Jakarta bagian lain, deh.
Tips Studi Luar Negeri: Siap-siap untuk Rajin, Jago Masak Mie Instan, dan Koleksi Stiker Negara! 📚✈️
Buat kamu yang mau kuliah di luar negeri kayak Kak Allan, yuk kepoin tips dan trik langsung darinya!
Pertama dan yang terpenting, bahasa Inggris is a must! Belajar bahasa Inggris bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat. Salah satu cara efektif untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris adalah dengan membaca buku, menonton film, atau mendengarkan musik dalam bahasa Inggris.
Kamu juga bisa belajar lewat aplikasi seperti Duolingo, ngobrol langsung dengan native speaker, dan jangan lupa untuk diverifikasi melalui sertifikasi resmi, ya!
Selain bahasa Inggris, Kak Allan juga reminder untuk selalu penuhi bekal kamu dengan beragam informasi yang bisa membantu kamu. Misalnya, informasi beasiswa luar negeri, informasi pertukaran pelajar, pelatihan di luar negeri, dan sebagainya. Dengan rajin-rajin mencari tahu info-info tersebut, peluang kamu untuk ke luar negeri bisa semakin besar!
Dunia yang Lebih Baik ketika Akses Terpenuhi Secara Adil

Kak Allan berharap agar ke depannya pendidikan di Indonesia bisa inklusif dengan berorientasi pada kemanusiaan. Pendidikan di Indonesia harusnya bisa mengakomodasi persoalan inklusivitas terkait sumber daya keluarga kurang mampu, keberagaman (misalnya, di sekolah bisa ada pelajaran toleransi agama instead of segmentasi agama-agama), perhatian terhadap disabilitas, dan kesehatan mental siswa.
“Kalau di Indo, anak nakal masuk ruang BK dihukum bersihin toilet.. Di Amerika, anak nakal masuk ruang BK disuruh ikut konseling biar refleksi terkait kesalahan dan permasalahannya.”
Karena versi dunia lebih baik menurut Kak Allan adalah ketika semua orang bisa punya akses. Akses terhadap apa saja? Akses terhadap semua hak-hak mendasar kita, mulai dari akses pendidikan, akses hidup aman, akses terhadap fasilitas publik yang ramah disabilitas, akses terhadap informasi, akses untuk menjamin kesehatan mental, hingga akses terhadap kesempatan ekonomi yang lebih layak. Setuju banget sama Kak Allan, ketika sudah bisa memberikan akses yang adil, dunia tentu bisa menjadi lebih baik!
Nah, untuk mendukung terpenuhinya akses-akses tersebut, pastinya kamu butuh kesadaran akan mental yang sehat juga dong untuk bertindak. Champ mau ajak kamu untuk ikut ambil aksi di Challenge SelfAwareness ForChange Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental. Nantinya, aksi kamu akan dikonversi menjadi donasi Rp45 ribu yang disponsori oleh CHANDLER dan Yayasan Dunia Lebih Baik untuk edukasi pentingnya kesehatan mental bagi remaja! Yuk, ambil aksimu sekarang juga!