Hai, Changemakers!
Coba lihat foto di bawah ini👇
Apa sih, yang kamu ingat dengan pertanian? Pak tani? Sawah, orang tua? Eitsss… yang terjun ke pertanian nggak melulu orang tua, loh. Soalnya anak muda zaman sekarang juga bisa buat inovasi untuk pertanian di Indonesia. Apalagi kalau pertanian yang kita jaga bisa turut melestarikan Bumi.
Sebelum bahas pertanian dan Bumi. Coba perhatikan lagi detail di kaosnya. Ada tulisan apa?
Kaos hitam yang dipakai oleh Kak Dimas, seorang engineer social innovator, terdapat tulisan “PETANI ODJO DIPATENI''. Yang kalau diartikan, berarti: petani jangan dimatikan. Kalimat singkat yang memiliki makna mendalam.
Pentingnya Pertanian untuk Kehidupan
Di Hari Bumi Sedunia yang bertepatan di hari ini, sudah seharusnya kita sadar betapa pentingnya pertanian untuk keberlangsungan semesta. Bumi bukan hanya tentang objek lingkungan, melainkan juga tentang makhluk hidup.
Jika pertanian mengalami “kematian”, bisa menimbulkan dampak besar bagi kehidupan. Kak Dimas menjelaskan bahwa pertanian menjadi sumber kehidupan manusia.
Bukan hanya itu. Waktu Champ baca artikel ilmiah dari Ayu dan Heriawanto, lahan pertanian yang berkurang, bisa mengancam keseimbangan ekosistem dan terjadinya peningkatan urbanisasi. Kalau urbanisasi meningkat, salah satu dampaknya akan terjadi anomi, terutama di perkotaan.
Dari sini kita bisa semakin melihat betapa pentingnya pertanian bagi kehidupan.
Apa yang Membuat Pertanian Mengalami Krisis?
Cuman, pas ngobrol bareng Kak Dimas, pemuda yang sedang mengurus TRB (komunitas dan perusahaan yang fokus pada sampah, pertanian, peternakan, dan energi) dan Wehasta (NGO yang fokus pada sampah) ini bercerita kalau dunia pertanian kita mengalami krisis.
Krisis pertanian Indonesia bisa dilihat dari adanya campur tangan politik, seperti kebijakan revolusi hijau masa Orde Baru. Menurutnya, tujuan revolusi hijau sebenarnya baik. Yakni, untuk membangun swasembada. Hanya saja, pemerintah nggak melakukan riset terhadap dampaknya.
Sudah seharusnya pemerintah membuat regulasi yang berpihak pada lingkungan. Serta membuat kebijakan tata niaga yang nggak merugikan petani. Kak Dimas bercerita jika keuntungan yang didapat petani kurang maksimal karena nggak sesuai antara harga produksi dengan harga jualnya.
Belum lagi kerusakan pertanian yang disebabkan oleh petani sendiri. Kak Dimas masih melihat perilaku petani yang berlebihan menggunakan pupuk kimia. Selain menggunakan pupuk kimia berlebihan, petani juga sering menggunakan racun, misalnya herbisida. Penggunaan herbisida dalam jangka panjang akan berdampak buruk karena membuat tanah menjadi padat.
Pemakaian racun serta pupuk kimia secara berlebihan akan membuat tanah menjadi rusak.
Champ melontarkan pertanyaan, “Serusak apa tanah pertanian kita?” Kak Dimas hanya menyinggung dari satu aspek saja, bahwa secara PH, tanah kita sudah asam. Itu masih satu aspek, belum aspek yang lainnya.
Dari sisi pengairan, juga mengalami kerusakan karena masyarakat hanya bisa mengeksploitasi, tapi lupa untuk menabung air. Penyebab lain yang membuat pengairan mengalami kerusakan adalah pengelolaan sumber mata air yang keliru.
Pengairan yang rusak, akan berdampak pada proses penanaman. Champ pernah dapat cerita dari petani Lumajang, kalau sekarang susah buat mengairi sawahnya. Sehingga, sering mengalami gagal panen.
Mengembalikan Material Organik
Meski telah terjadi kerusakan pertanian, masyarakat masih belum menyadari betapa pentingnya untuk mengembalikan material organik.
“Gimana caranya untuk mengembalikan material organik?” tanya Champ pada Kak Dimas.
Kak Dimas menjelaskan bahwa yang utama adalah membangun kesadaran pada masyarakat. Masyarakat harus sadar bahwa kita lahir, berkembang, dan meninggal, nggak bisa terlepas dari tanah. Kita makan dari hasil yang ditanam dari tanah dan meninggal juga kembali ke tanah.
Karena manusia nggak bisa terpisah dari tanah, udah seharusnya merawat tanah. Jangan hanya mengeksplorasi tanah. Caranya mudah. Kita kembalikan sampah-sampah organik ke bumi. Atau kalau petani ada kenalan dengan peternak, gunakan kotoran hewannya untuk diletakkan di lahannya. Semudah itu buat mengembalikan unsur material organik.
Hilangnya Generasi Petani Muda
Krisis tanah, pengairan, dan harga, jika dibiarkan begitu saja, klimaksnya akan terjadi penurunan minat anak muda buat menjadi petani. Soalnya, kalau ada anak muda mencoba bertani, kemudian gagal panen karena lahannya udah rusak, akhirnya mereka memilih untuk berhenti menjadi petani.
Belum lagi masalah kekerasan simbolik pada petani berupa stigma bahwa petani miskin, jelek, kerjanya panas-panasan. Serta terjadinya pengebirian budaya pertanian. Akan semakin menutup kemungkinan anak muda berminat menjadi petani.
Kalau petani kita tidak mengalami regenerasi, pasokan pangan akan menyusut. Jika menyusut, maka harga barang pokok bisa meningkat.
Itu masih beras. Belum kebutuhan pokok lainnya. Bagaimana jika kehidupan ini benar-benar mengalami krisis pangan?
Duh… jangan sampai, deh.
Agar dunia kita menjadi lebih baik, kuncinya, manusia harus kembali menjalankan kegiatan hayati. Jangan berpikiran kita penguasa ekosistem, tapi kita adalah bagian dari ekosistem. Artinya, manusia harus hidup berkesinambungan dengan alam.
Untuk menjaga lingkungan, bukan perkara mudah. Sesama manusia, kita harus saling merangkul buat menjaganya, tanpa memandang perbedaan identitas sosial.
Biar makin paham arti menjaga lingkungan dalam perbedaan, Champ mau ajak kalian untuk mengikuti Challenge PilahSampahDamai Ciptakan Lingkungan Hidup yang Merangkul Semua Agama dan Keyakinan.
Dengan mengikuti Challenge yang diluncurkan oleh Kak Bea, kamu bukan hanya makin paham artinya kolaborasi menjaga lingkungan. Tapi, juga bisa membuka donasi sebesar Rp20 ribu yang disponsori oleh Search for Common Ground, Indika Foundation, dan Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang terkumpul dialokasikan untuk edukasi pengelolaan sampah di Desa Cipanjalu, Kabupaten Bandung. Yuk, ikut dan selesaikan sekarang!
Referensi:
Ayu, I.K, & Heriawanto, B.K. Perlindungan Hukum terhadap Lahan Pertanian Akibat Terjadinya Alih Fungsi Lahan di Indonesia. Jurnal Ketahanan Pangan 2(2), 122 – 130