#ForABetterWorldID

Membongkar Tantangan Literasi Indonesia Bersama Duta Baca Jakarta 2023!

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers! 


Kamu tahu nggak, sih? Minat baca dan literasi Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara lainnya. Berdasarkan hasil PISA atau Programme for International Student Assessment, Indonesia masih menduduki 11 peringkat terbawah dari 81 Negara yang didata. Nah, lalu sebenarnya apa sih, tantangan terbesar dalam menumbuhkan minat baca di Indonesia?


Terkait hal tersebut, Champ berkesempatan untuk mengobrol dengan Duta Baca DKI Jakarta 2023, yaitu Kak Hestia Istiviani. Dalam artikel ini kita juga membahas soal solusi yang bisa dibangun dengan gerakan literasi hingga membahas klub buku senyap pertama di Indonesia. Penasaran kan sama pembahasannya? Yuk, kepoin di bawah ini: 


Lebih Dekat Mengenal Hestia Istiviani 

image

Warga Jakarta mana suaranya??? Pasti udah familiar dong sama Kak Hestia. Yap, jadi, Kak Hestia adalah Duta Baca DKI Jakarta 2023 sekaligus inisiator dari Baca Bareng Silent Book Club Jakarta. Saat ini, Kak Hestia sibuk jadi pekerja lepas dan kreator konten bebukuan di balik akun media sosial @hzboy1906. 


Minat Kak Hestia terhadap buku dilatarbelakangi oleh Kak Hestia yang dibesarkan oleh kedua orang tua yang gemar membaca. Jadi, sedari kecil Kak Hestia sudah melihat orang membaca sebagai “sesuatu yang wajar” sehingga mindset tersebut sudah tertanam pada Kak Hestia sejak kecil. 


Perlunya Andil Banyak Pihak atas Minat dan Daya Baca 


Menurut Kak Hestia, minat dan daya baca masyarakat Indonesia bukan hanya dipengaruhi oleh individu atau personal, tetapi nggak lepas juga dari andil banyak pihak, khususnya bagaimana negara menyediakan akses terhadap literasi. 


“Seringkali yang aku temukan adalah sesama individu saling menyalahkan atas minat baca masyarakat. Padahal perlu dilihat juga apakah akses literasinya sudah setara atau belum, apakah ketersediaan literasinya sudah merata atau belum, dan hal-hal lain yang sebenarnya bersifat struktural.” 


Kak Hestia bilang kalau hal ini dapat dilihat dari sudah adanya beberapa teman-teman pegiat literasi yang juga aktif membuka taman baca dan lapak baca. Dan dari laporan mereka, warga antusias untuk datang dan membaca. “Jadi, hal ini membuktikan kalau kita nggak bisa hanya menyalahkan masyarakat saja. Lagi-lagi, perlu melihat kehadiran negara.”


Pandangan Kak Hestia terhadap Tantangan dalam Membangun Minat dan Kebiasaan Membaca 


image

Tantangan utama dalam membangun minat dan kebiasaan membaca di Indonesia menurut Kak Hestia adalah akses terhadap literasi. Karena Kak Hestia tinggal di Jakarta, yang mana hingga hari ini masih merupakan pusat perputaran ekonomi dan informasi, maka akses terhadap literasi termasuk lebih mudah dan cepat dibanding wilayah lain.


“Ketika aku membagikan resensi di media sosial, akan ada respon-respon terkait akses itu. Entah itu soal harga ataupun ketersediaan dalam bahasa tertentu.”


Nah, hal tersebut juga nggak bisa lepas dari peran pemerintah. Bisa dilihat dari harga buku yang semakin mahal serta biaya produksi dan bahan baku (kertas) yang juga harganya semakin naik. Di sisi lain, perpustakaan juga belum dimaksimalkan, penegakan hukum terhadap pembajak buku belum berjalan, dan hal-hal lain yang merugikan pelaku (industri) literasi. 


“Jadi, bisa dipahami jika masyarakat menganggap kalau akses terhadap literasi (nggak hanya buku, melainkan kanal informasi lain seperti koran) termasuk kebutuhan tersiernya tersier.”


Emang ada klub buku tapi diem-dieman? 


Seperti yang udah Champ mention sebelumnya, Kak Hestia merupakan inisiator Baca Bareng. Tapi, apa sih, sebenernya Baca Bareng itu? FYI, Baca Bareng hadir pada Agustus 2019 sebagai bentuk moving forward yang Kak Hestia lakukan setelah diputusin. 🫠


“Besar dengan orangtua yang gemar membaca, kegiatan membaca di ruang publik/kedai kopi adalah rutinitas yang kerap kami lakukan. nggak ada bahasan tentang buku yang kami baca. Hanya saling duduk-baca saja. 


Ketika pindah dari Surabaya ke Jakarta, peran orangtua yang menemani tersebut digantikan oleh pacarku ketika itu. Namun, kemudian kami harus berpisah.”


image

Nah, dari situlah awal mula Kak Hestia menginisiasi Baca Bareng. Hal tersebut juga diperkuat berkat artikel New York Times yang menulis artikel perihal Silent Book Club yang berbasis di San Fransisco, AS. Jadilah Kak Hestia meniru konsep mereka dan mendaftarkan Baca Bareng sebagai cabang SBC di Jakarta.


Peran Gerakan Literasi Baca Bareng dalam Meningkatkan Minat Baca 


Kak Hestia cerita kalau sejak kuliah Ilmu Informasi dan Perpustakaan di Universitas Airlangga, Surabaya, Ia selalu percaya bahwa mengenalkan aktivitas membaca itu harus melalui pendekatan yang menyenangkan. Nah, itulah yang menjadi  spirit utama Baca Bareng. Berbeda dengan klub-klub baca yang sudah ada, Baca Bareng nggak memiliki sesi diskusi atau bahas buku. 


“Aku hanya ingin teman-teman atau partisipan merasakan serunya membaca di ruang-ruang publik. Kalau mengadopsi bahasa zaman sekarang, “Romanticising life.” 


image

Sesederhana duduk bersama di Taman Literasi dan kita membaca dalam senyap. Tenggelam dalam bacaan masing-masing selama kurang lebih 60 menit untuk kemudian bubar dan melanjutkan hidup.”


Klub buku Baca Bareng yang diinisiasi Kak Hestia pada tahun 2019 hingga kini memasuki usia 5 tahun ini mengalami pertumbuhan partisipan. Hal ini pun dapat dilihat dari gelaran bulanan Baca Bareng yang selalu ramai dengan partisipan. 


Tips and trick menemukan motivasi membaca ala Kak Hestia 


image

Buat kamu yang butuh motivasi untuk membaca, Kak Hestia membagikan tips and trick-nya, nih. Tips and trick dari Kak Hestia ini selalu Ia sampaikan kepada khalayak, yaitu baca apa pun yang bisa kamu akses, baca apa pun yang kamu ingin baca, dan baca apa pun yang membuatmu bahagia. 


“Kita berkenalan dulu dengan reading for pleasure supaya nantinya secara perlahan bisa menjadi long live reader.” 


Buku Favorit Kak Hestia 


Pada kepo nggak sih, sama buku favoritnya Duta Baca DKI Jakarta 2023 ini? Tenang aja, soalnya Kak Hestia yang spill sendiri kalau 3 buku favoritnya adalah Sihir Perempuan oleh Intan Paramadhita, Lebih Senyap dari Bisikan oleh Andina Dwifatma, dan You Do You oleh Fellexandro Ruby. 


image

Dunia Lebih Baik Menurut Kak Hestia 


Menurut Kak Hestia, dunia lebih baik itu ketika kita mengakui kesetaraan pada manusia dan makhluk hidup lainnya. Bahwa manusia nggak bisa serakah, menggerus alam dan asal memangsa hewan demi memuaskan perut. Bahwa perempuan dan kaum marjinal bukan warga negara kelas dua. 


“Bukankah manusia diberi otak dan akal untuk menjadi khalifah di muka bumi demi kesejahteraan semua makhluk? Bukan untuk menguasai dan mengopresinya?”


Nah, itu dia hasil ngobrol-ngobrol Champ sama Kak Hestia. Insightful banget kan, Changemakers??? Champ jadi makin tau kalau tantangan terbesar dalam menumbuhkan minat baca itu adalah akses terhadap literasi. Nah, oleh karena itu Champ mau ajak kamu untuk mengikuti Challenge Buka Jendela Dunia untuk Anak di Jeneponto. 


Dengan mengikuti Challenge ini kamu bisa membuka donasi sebesar Rp17,5 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang terkumpul akan disalurkan dalam bentuk buku bacaan alat peraga belajar untuk membantu anak-anak di Jeneponto mendapatkan akses buku bacaan dengan layak dan pelajaran tambahan di luar sekolah untuk membaca. Yuk, ikut dan selesaikan sekarang! 


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone