Hai, Changemakers!
Selain hari ini adalah hari Rabu yang bikin happy karena menjelang long weekend (lagi), tanggal 22 Mei juga menjadi hari spesial, loh. Kamu tau nggak, setiap tanggal 22 Mei diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia. Hari ini ditetapkan oleh PBB pada tahun 2000. Peringatan adanya hari ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran manusia akan pentingnya keanekaragaman hayati dimana makhluk hidup dan tumbuhan di dunia ini berperan penting akan keberlangsungan kehidupan.
Nah, tiap tahunnya, hari Keanekaragaman Hayati diperingati dengan berbeda tema. Kalau tahun ini, temanya adalah โJadilah Bagian dari Rencanaโ yang merupakan seruan tindakan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menghentikan dan memulihkan hilangnya keanekaragaman hayati dengan mendukung penerapan kebijakan nasional sesuai Kerangka Keanekaragaman Hayati. Rencana dari hari Keanekaragaman Hayati ini bisa dimulai dari berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, komunitas lokal, organisasi non-pemerintah, dunia usaha, bahkan individu.
Hayo, siapa yang mau ikutan menjadi bagian dari โrencanaโ memulihkan keanekaragaman hayati tapi bingung mulai dari mana? Kebetulan banget Champ abis ngobrol sama Ibu Britania Sari yang banyak share tips-tips menjaga keanekaragaman hayati lewat salah satu kegiatan asyik nan simpel: berkebun! Yuk, kepoin ceritanya di bawah ini ๐
Champ: Halo Bu Sari, boleh perkenalkan diri dan ceritain kesibukannya saat ini ngapain aja?

Ibu Sari: Halo, Champ! Salam kenal semuanya, saya Britania Sari. Saat ini domisili di Bogor dan aktif sebagai guru bahasa Perancis. Selain itu, dalam 10 terakhir ini saya juga aktif berkebun dan sedang banyak belajar mengenai tanah di bogor. Kenapa tanah di Bogor? Karena ternyata tanah di Bogor itu beda dari komposisi di tanah daerah lain. Makanya, saya mau mengaplikasikan teori dan ilmu berkebun yang sebelumnya saya pelajari.
Champ: Champ liat di media sosial, Ibu Sari aktif sebagai penggiat lingkungan dan pangan, mulai dari jadi Co-Founder Ketumbar Workshop, beberapa kali mengisi sharing session tentang pangan, seorang praktisi zero waste juga. Kira-kira apa yang melatarbelakangi awalnya Ibu Sari berkecimpung di dunia ini, bu?ย
Ibu Sari: Lebih ke nggak sengaja sih, hahaha. Jadi, waktu itu saya ikut seminar tentang manfaat berkebun untuk anak. Di sana juga diajarkan bagaimana proses makanan dihasilkan dari tanaman. Nah, setelah saya menekuni ilmu dari seminar tersebut, kok lama-lama menyenangkan dan challenging juga ya? Dari pengalaman pertama itu, saya mulai menanam brokoli di Bogor dan hasilnya luar biasa! Tentunya saya melalui banyak proses dalam pembelajaran berkebun ini. Misalnya, ada mindset saya yang ikut berubah. Dulu, saya anggap kalau serangga itu ganggu karena mereka hama. Eh, ternyata serangga juga bisa bermanfaat buat penyerbukan bunga dan lain halnya. Sampai sekarang, saya kalau berkebun jadi selalu membiarkan apapun tumbuh dan hidup di lahan saya, deh!
Champ: Berangkat dari tema Hari Keanekaragaman Hayati tahun ini, yang mengangkat soalย "Dari Kesepakatan Menjadi Aksi: Membangun Kembali Keanekaragaman Hayati", salah satu tindakan nyata yang Champ liat dari aksi-aksi Ibu Sari adalah soal mendukung ketahanan pangan. Menurut Ibu Sari, kondisi ketahanan pangan di Indonesia, terutama di keluarga-keluarga kecil gimana?

Ibu Sari: Dengan penduduk lebih dari 100 juta, penduduk itu udah harus paham dengan pangan. Jangan ketergantungan dengan impor. Selain itu, kondisi tanah di indonesia juga memprihatinkan, banyak yang rusak. Keinginan dari konsumen yang pengennya pangan yang besar juga menuntut petani untuk memberi pupuk kimia supaya pertumbuhannya cepat. Tren 2030 pun menunjukkan bahwa akan ada krisis pangan. Nah, lewat kegiatan yang saya dan komunitas saya promosikan, harapannya dapat mengatasi kondisi ketahanan pangan tersebut dengan memulai mandiri pangan lewat halaman rumah.
Champ: Wah, menarik banget tuh bu soal mandiri pangan! Kalau menurut Ibu Sari, bagaimana peran penting ketahanan pangan yang bisa dibina melalui program mandiri pangan dalam pembangunan konservasi keanekaragaman hayati?

Ibu Sari: Ketika kita mulai belajar mandiri pangan, ada banyak pelajaran yang didapat. Kalau saya dan komunitas saya sendiri jadi tahu kalau kangkung bisa ditanam berdampingan sama kacang-kacangan. Bukan cuma pengetahuan, tapi manusia juga bisa dapat lebih banyak hasil panen. Nah, kalau bunga juga unik. Ketika menanam bunga, ruang untuk lingkungan hidup makhluk lain bisa tercipta. Misalnya, rumah untuk serangga-serangga yang bermanfaat untuk ekosistem. Bahkan, dulu saya pernah menanam pohon dan ada tumbuh tiri bumi di sekitarnya. Berkebun itu bikin kita jadi rencana dalam memperkaya keanekaragaman hayati di lingkungan kita.
Champ: Ternyata banyak banget ya, manfaat dari berkebun itu sendiri. Menarik banget! Tentunya dalam membangun konservasi dan restorasi keanekaragaman hayati, pasti butuh kolaborasi dari semua pihak untuk mewujudkannya ya, bu. Bagaimana Ibu Sari memandang peran perempuan dalam ketahanan pangan dan bagaimana meningkatkan partisipasi mereka dalam sektor ini?
Ibu Sari: Sangat penting, pastinya. Dalam banyak masyarakat patriarkal, peran domestik perempuan dianggap sebagai kewajiban utama perempuan, dengan mengabaikan atau meremehkan keterlibatan mereka dalam kegiatan ekonomi produktif di luar rumah. Berkebun seringkali dianggap menjadi salah satu peran domestik perempuan di dalam rumah dan seringkali tidak dianggap sebagai pekerjaan yang memiliki nilai ekonomi setara dengan pekerjaan yang dilakukan di luar rumah. Makanya, pemberdayaan bagi ibu-ibu dan perempuan di luar sana tentang manfaat dari berkebun itu penting. Bagaimana berkebun bisa mencakup pendidikan, membuka lapangan kerja baru, bahkan membangun kreativitas dan daya kritis.
Berkebun juga mendorong inovasi ibu-ibu di luar sana, loh! Saya pernah buat kelas pengolahan pangan yang konsepnya mirip acara masterchef. Ibu-ibu dibagi ke dalam beberapa kelompok, nanti saya suruh cari bahan masak dari kebun di rumah mereka, terus mereka masak sendiri dengan peralatan masak yang sudah kami siapkan. Jadi konsepnya learning by doing, dan ilmu ini bisa diterapkan ke anak mereka nantinya!

Champ: Dipahami dan diresap baik-baik ya, Changemakers! Sebelum kita masuk ke pertanyaan terakhir, Champ penasaran apa harapan Ibu terhadap pangan dan lingkungan hidup di Indonesia? Dan apa pesan yang ingin Ibu sampaikan terkait peran generasi muda?
Ibu Sari: Masih banyaknya kasus Stunting dan kelaparan di Indonesia bisa jadi gambaran nyata kalau keanekaragaman hayati di Indonesia masih belum dimaksimalkan. Ini miris loh karena mengingat begitu banyaknya keanekaragaman hayati di Indonesia yang beragam di seluruh daerah. Mandiri pangan bisa menjadi solusinya. Karena saya melihat memulai kebiasaan pangan lokal bukan hanya untuk perihal konsumsi, tapi juga berdampak pada lingkungan dengan jejak karbonnya yang minim. Semoga ke depannya bisa ada kolaborasi antara petani kebun dan komunitas lokal agar bisa sama-sama mengajak masyarakat bisa berdaya dalam menggunakan keanekaragaman hayati.
Champ: Menurut Ibu Sari, dunia yang lebih baik itu seperti apa?
Ibu Sari: Dunia yang lebih baik itu adalah kondisi dimana dunia masih sama (atau bahkan lebih baik) dan dapat diwariskan ke generasi mendatang.
Setelah ngobrol-ngobrol bareng Ibu Sari, Champ jadi makin semangat mau coba berkebun, deh! Tapi, kalau dipikir-pikir, sebelum belajar untuk merawat keanekaragaman hayati, kita harus punya mata yang sehat dulu nggak, sih? Nah, Champ mau ajakin kamu yang peduli keanekaragaman hayati buat peduli juga untuk kesehatan mata di Indonesia, nih. Melalui Challenge Peduli Kesehatan Mata Indonesia, aksi-aksi kamu akan didonasikan sebesar Rp25 ribu untuk pemeriksaan mata dan bantuan kacamata untuk yang membutuhkan.
Yuk, jangan lupa untuk merawat kesehatan mata dan membantu sesama kita dalam menjadi bagian dari rencana memulihkan keanekaragaman hayati, ya!๐