Hai, Changemakers!
Siapa nih, yang nungguin cerita-cerita keren dari Tim Campaign? Nah, kali ini, Champ berkesempatan buat ngobrol bareng Kak Annisa Salsabila dari Graphic Designer Intern tentang hobi dan karya-karyanya.
Bocoran dikit deh, siapa yang setuju kalau perempuan bisa graphic design dan olahraga itu punya daya tarik unik? Kalau kamu setuju, dijamin cerita tentang perjalanan Kak Annisa menyelami dunia sport design bakal bikin kamu tertarik! Yuk, langsung aja kepoin di bawah:
Kak Annisa dan Keseruannya Saat ini

Kak Annisa Salsabila atau yang akrab dipanggil dengan nama Nasik adalah seorang Graphic Designer Intern di Campaign. Selain magang di Campaign, Kak Nasik juga sedang mencoba mengisi waktu sebagai freelancer setelah resign dari pekerjaan sebelumnya di awal tahun ini. Wih, produktif banget, ya!
Dari Kim Yeon-Koung ke Poster Timnas: Perjalanan Nggak Sengaja di Dunia Sport Design
Pernah denger nggak sih, kata-kata soal “cobain aja dulu, tau cocok atau nggaknya belakangan”. Nah, Champ rasa persis nih, kayak apa yang dilalui Kak Nasik. Sejak dulu, Kak Nasik memang banyak mengulik desain, khususnya desain-desain yang berbau dunia olahraga. “Kebetulan, aku juga suka sih sama olahraga, jadi sekalian aja hahaha”.
Permulaan mencari-cari jati diri dalam desain ini kemudian dilengkapi dengan momen skripsian. Ketika Kak Nasik lagi nyiapin skripsinya, kebetulan ada pertandingan KOVO V-League, yang udah ditonton dari zaman Covid-19, tayang di TV. Jadi, Kak Nasik sempet nostalgia dulu pernah suka banget sama Kim Yeon-koung. Awalnya, ngefans sama Kim Yeon-koung membuat Kak Nasik mulai coba karya ilustrasi hand drawing. Setelah nonton KOVO V-League, Kak Nasik akhirnya mutusin buat beralih ke poster digital di tahun 2022. Nggak cuma voli aja, ternyata Kak Nasik juga sedang mencoba membuat poster sepak bola untuk timnas.
Inspirasi dari Lapangan untuk Proyek Kreatif

Penasaran nggak sih, kalau pekerja kreatif itu selalu ada aja idenya darimana? Menurut Champ, proses kreatif waktu membuat proyek itu ibarat naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Awalnya, semangat dan ide segar berhamburan. Lalu, datanglah fase "blank stare" di layar monitor, bertanya-tanya apakah kopi cukup menyelamatkan ide brilian ini. Di tengah perjalanan, selalu ada momen "aha!" saat di kamar mandi, seolah shower itu pancuran ide. Jangan lupa sesi "tunda dulu deh," alias scrolling Instagram dengan dalih mencari inspirasi.
Ternyata, proses mencari ide itu lumrah loh, dengan up and downs-nya. Kak Nasik sendiri juga ngalamin itu. Kak Nasik yang memang menggeluti bidang sport design selalu mencari ide momentum dari para atlet.
Misalnya, ketika ada match, Kak Nasik akan mengolah data statistiknya jadi infografis yang sederhana. Mulai dari skornya, komposisi timnya, atau data-data di lapangan lainnya. Misal kalau ada pemain senior yang pensiun juga menjadi inspirasi Kak Nasik buat dibikin seperti journey gitu.
“Nah, kalau referensi di Indonesia sendiri sebenernya udah mulai banyak yang fokus ke sport design jadi referensinya ada dimana-mana khususnya di instagram timnas hahahaha.”
Cinta Pertama Kak Nasik Sebenarnya Bukan Desain, Tapi Nulis😱

Kalau kamu kepoin akun Instagram punya Kak Nasik, kamu bakal nemuin beberapa portofolio tulisan Kak Nasik. Nah, ini yang bikin Champ juga kepo. Dan, ternyata.. Kak Nasik memang mulai serius nulis duluan dibanding desain.
Sebelumnya, Kak Nasik ambil jurusan New Media yang jadinya juga banyak belajar tentang jurnalistik. Kebetulan waktu kuliah, ada mata kuliah creative writing, dan Kak Nasik dapet dosen yang merupakan mantan jurnalis Jawa Pos. Dari beliau, Kak Nasik diperkenalkan gaya menulis features yang mana itu adalah gaya menulis yang juga disukai Pak Dahlan Iskan. Ibarat langsung nagih, Kak Nasik jadi keterusan belajar nulis model features. “Aku—sampai sekarang meski udah lulus—masih sering belajar dan bedah tulisan bareng Pak Doan kalau beliau ada waktu. Jadi karena features itu model menulis yang gampang-gampang susah tapi seru, akhirnya keterusan.”
Selain features, Kak Nasik juga banyak belajar soal penulisan tentang lifestyle. Dulu, Kak Nasik berkesempatan untuk bekerja di medianya Pak Dahlan Iskan dan disana ketemu sama Mba Retna Christa yang juga mantan jurnalis Jawa Pos. Dari beliau lah, Kak Nasik banyak menulis soal konser hingga review film yang digeluti sampai sekarang. “Pokoknya, pas dapet kesempatan ini, aku seneng banget soalnya bisa terus belajar menulis meskipun aku seorang graphic designer.”
Punya banyak hobi yang saling relate emang menyenangkan, ya!

Efek Megawati Bikin Semangat Kak Nasik Meningkat?
Setiap barang punya arti tersendiri, begitu pun juga dengan setiap karya seorang seniman! Kemarin, Champ sempet dikasih tau soal salah satu karya Kak Nasik paling memorable. Ceritanya, waktu nonton opening KOVO V-League yang pas banget pertandingan pertama ada Megawati, Kak Nasik agak shock karena dia orang Indonesia pertama yang bisa tembus abroad ke Korea dengan seleksi yang super panjang dan susah itu.
Sebagai salah satu sport infographic designer yang bekerja untuk salah satu media, Kak Nasik coba untuk nunjukin rasa bangga dan dukungan ke Megawati Hangestri dengan bikin poster statistik beliau setelah hasil pertandingan. Kejadian selanjutnya itu bikin Kak Nasik bener-bener nggak nyangka waktu itu.

“Ternyata semua karya aku itu dilihat sama salah seorang fans dan dia ajak aku untuk kolaborasi buat ngedesain videotron yang juga berisi dukungan untuk Megawati dan klubnya pas mereka mau datang ke Indonesia. Itu keren banget sih, Megawati effects!”
Menantang Stereotip: Perempuan Juga Bisa Berkarya di Dunia Sport Design!
Melihat rutinitas dan passion Kak Nasik di dunia sport design sejak lama, Champ jadi penasaran, kira-kira apa ya harapan Kak Nasik buat pekerja kreatif di Indonesia ke depannya?
Nah, sebagai salah satu perempuan yang aktif di male-dominated field (sport designer), Kak Nasik ternyata lumayan was-was karena sempet dapet banyak kontra tentang kesempatan, persaingan, kesejahteraannya sebagai designer. Di Indonesia sendiri, emang belum banyak perempuan yang aktif menggeluti sport designer.
Harapan Kak Nasik ke depannya adalah nggak ada lagi ketimpangan di antara semua pekerja kreatif, juga nggak ada lagi stereotip antara designer perempuan dan laki-laki. Karena design itu nggak ada yang jelek, masing-masing orang punya preferensi yang disukai.
Dunia Lebih Baik Menurut Kak Nasik
Menurut Kak Nasik, dunia yang lebih baik itu lingkungan yang sehat. Lingkungan yang memberikan rasa aman dan nyaman. Aman untuk melakukan apa yang kita suka, dan nyaman untuk memikirkan sesuatu yang kiranya memberikan inovasi dan membuka ruang kolaborasi sebesar-besarnya secara equal.
Nah, itu dia cerita seru dari Kak Nasik di bidang sport design. Setelah ngobrol-ngobrol bareng Kak Nasik, Champ jadi nggak bisa berhenti kagum nih sama perjuangan para perempuan di luar sana yang harus melawan stereotip karena hobi-hobi tertentu yang masih dipandang eksklusif. Kalau dari kalian gimana nih, Changemakers? Pasti jadi termotivasi untuk mengejar mimpi dan banyak berkarya buat hal yang positif, kan?
Ngomong- ngomong, buat mendukung kita supaya lebih produktif lagi, tentunya kita harus punya mata yang sehat juga dong. Champ ada rekomendasi nih buat kamu yang mau ikutan kontribusi untuk semua teman-teman di luar sana supaya sama-sama bisa meraih mimpinya! Yuk, ikut dan selesaikan Challenge Mata Sehat Tanpa Katarak dengan Lentera Mata Indah. Dengan menyelesaikan 3 aksi dari Challenge ini, kamu akan membuka donasi sebesar Rp25 ribu yang akan dikonversi oleh Yayasan Dunia Lebih Baik, Ishk Tolaram, dan A New Vision. Nantinya, donasi yang terkumpul akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan operasi katarak gratis, penyebaran informasi kesehatan mata, dan memperluas akses ke pelayanan kesehatan mata di wilayah-wilayah terpencil.
Jangan lupa ikutan, ya!💙