#ForABetterWorldID

Kenali, Cegah, dan Lawan Kekerasan Seksual!

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers!

Sebelum bulan Juni berakhir, ada satu momen yang penting buat dirayain bersama loh! Hayo, ada yang bisa tebak? Yap, di tanggal 19 Juni lalu, dunia merayakan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan Seksual dalam Konflik, sebuah peringatan yang ditetapkan untuk menyoroti dan mengatasi masalah kekerasan seksual yang terjadi di tengah konflik. Di hari ini, harapannya adalah agar bisa memperbarui komitmen global dalam memerangi kekerasan seksual. 

Nah, momen penting ini juga Champ rayakan dengan ngobrol bareng Kak Firda Ainun. Yuk, kepoin bagaimana kekerasan seksual lebih dalam lagi dan kenapa itu harus kita perjuangkan!

Champ: Halo kakak, boleh perkenalkan diri dan ceritain kesibukannya saat ini ngapain aja?

image

Kak Firda: Halo, Champ. Kenalin nama aku Firda Ainun. Saat ini aku sedang aktif bekerja untuk penghapusan kekerasan berbasis gender di Rifka Annisa WCC. Selain itu, aku juga aktif melakukan berkomunitas dan kampanye melalui media sosial.

Champ: Champ liat di media sosial, Rifka Annisa WCC punya banyak program seperti fundraising, kunjungan, dan podcast seputar penghapusan kekerasan, bagaimana awalnya Rifka Annisa WCC memulai program tersebut dan apa motivasinya?

Kak Firda: Rifka Annisa sendiri hadir karena keprihatinan yang dalam pada kecenderungan budaya patriarki yang pada satu sisi memperkuat posisi laki-laki tetapi di sisi lain memperlemah posisi perempuan. Akibatnya, perempuan rentan mengalami kekerasan baik fisik, psikis, ekonomi, sosial, maupun seksual seperti pelecehan dan perkosaan. Adanya persoalan kekerasan berbasis gender yang muncul di masyarakat mendorong kami untuk melakukan kerja-kerja dalam rangka penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

Champ: Berangkat dari hari Elimination Of Sexual Violence in Conflict. Bagaimana Kak Firda dan Rifka Annisa WCC melihat perkembangan kasus kekerasan seksual di Indonesia?

Kak Firda: Kasus kekerasan seksual di Indonesia saat ini sudah mulai memiliki payung hukum untuk penanganan kekerasan berbasis gender yang lebih banyak fokus menghukum pelaku, ketimbang memberikan proses pemulihan bagi korban kekerasan seksual. Data kasus kekerasan seksual di Indonesia cukup fluktuatif, tapi angkanya masih tinggi. Bisa dilihat dari data Rifka Annisa di bawah ini.


image

Champ: Wah, informatif banget Kak Firda. Kira-kira apa saja jenis layanan yang disediakan Rifka Annisa WCC untuk korban kekerasan seksual?


image

Kak Firda: Rifka Annisa WCC memberikan layanan kuratif dan preventif. Ada tiga level intervensi (intervensi individu, intervensi keluarga, intervensi negara).

Champ: Tentunya, Champ melihat kalau partisipasi dari semua pihak itu penting untuk penghapusan kekerasan. Bagaimana Rifka Annisa WCC melakukan penjangkauan komunitas atau kolaborasi untuk meningkatkan kesadaran tentang kekerasan seksual?


image

Kak Firda: Dalam upaya kuratif Rifka Annisa memiliki skema layanan tripartit yang dalam memberikan layanan bekerjasama dengan APH (aparat penegak hukum), rumah sakit atau puskesmas, dan lembaga bantuan hukum lainnya. Dalam memberikan layanan pendampingan, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan. 

Selain itu untuk kerja kerja preventif, Rifka Annisa memiliki program untuk komunitas remaja laki-laki, remaja perempuan, kelas ibu, kelas ayah, dah kelas pemimpin perempuan. Komunitas tersebut tersebar di beberapa wilayah diantaranya Gunungkidul, Kulonprogo, dan sleman. Program-program yang dilakukan mulai dari FGD, workshop, peningkatan bounding, pelatihan, dan audiensi.

Champ: Kalau melihat diskursus kekerasan selama ini yang umumnya menyasar perempuan dan anak, padahal berdasarkan Laporan Studi Kuantitatif Barometer Kesetaraan Gender yang diluncurkan Indonesia Judicial Research Society (IJRS) dan INFID Tahun 2020 ada 33% laki-laki yang mengalami kekerasan seksual. Apa pandangan Rifka Annisa WCC dan kakak terkait kekerasan yang dialami laki-laki?

Kak Firda: Saya pribadi meyakini bahwa kekerasan seksual bisa menimpa siapa saja dan layanan bagi laki-laki perlu ditingkatkan, terlebih pelibatan semua kelompok untuk mencegah kekerasan seksual. Rifka Annisa WCC dalam memberikan layanan kuratif dan preventif pun juga menyasar kelompok laki-laki. Sebelum COVID-19, Rifka Annisa memiliki layanan konseling laki-laki dan juga dalam upaya preventif ada kelas remaja laki-laki dan kelas ayah untuk mengajak laki-laki untuk terlibat dalam pencegahan kekerasan berbasis gender khususnya KDRT.
image

Champ: Apa tantangan yang dihadapi Rifka Annisa WCC dalam mengadvokasi perubahan kebijakan terkait kekerasan seksual di tingkat lokal maupun nasional?

Kak Firda: Ada 3 yang terutama. Pertama, perspektif aparat penegak hukum dalam memberikan layanan hukum. Perspektif pengambil keputusan di level lokal dan nasional. Terakhir, isu kekerasan berbasis gender belum dianggap penting sehingga dibutuhkan komitmen dari berbagai pihak mulai dari penyediaan regulasi, penyediaan layanan dan juga penyedian anggaran untuk penghapusan kekerasan berbasis gender.

Champ: Menurut Kakak, bagaimana cara yang tepat bagi anak muda untuk memperingati World Elimination Of Sexual Violence in Conflict Day’s?

Kak Firda: Menurut saya, perubahan bisa kita mulai dari hal kecil, kita bisa mulai dari diri sendiri dulu, kita bisa mulai belajar dan meningkatkan pengetahuan terkait isu kekerasan berbasis gender, kemudian kita internalisasi dan mulai perilaku yang tidak mendiskriminasi seseorang. Misal tidak ikut tertawa saat ada candaan yang seksis, berani bilang enggak ketika ada hal yang membuat tidak nyaman. 

Nggak cuma buat anak muda aja, pokoknya jangan tinggal diam dan selalu berpihak ke korban, ya!

Champ: Sepakat, kita harus mengadvokasi dari hal sekecil apapun untuk membela korban. Nah, apa harapan dan pesan yang ingin kakak sampaikan mengenai pencegahan kekerasan seksual?

Kak Firda: Harapannya kita semua memulai internalisasi kesadaran gender mulai dari diri sendiri. Kekerasan seksual tidak terjadi begitu saja, kekerasan seksual terjadi karena ada budaya yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dibanding jenis kelamin lainnya. Setara bisa dimulai dari kita, mari menjadi manusia yang berdaya, tak mudah diperdaya dan mampu memberdayakan.

Champ: Menurut kakak, dunia yang lebih baik itu seperti apa?

Kak Firda: Dunia lebih baik menurut saya adalah dunia yang berupaya mewujudkan keadilan bagi siapa saja tanpa memandang kelas sosial. Dunia akan menjadi lebih baik jika sesama manusia kita saling mengerti dan memahami. Dunia akan lebih baik jika kekerasan seksual tidak menimpa anak, cucu, orang terdekat kita, atau siapapun.


Gimana, Changemakers? Makin semangat buat menciptakan ruang aman buat masyarakat kita?

Kamu juga bisa ikut menciptakan ruang tersebut dengan ikutan Challenge Mata Sehat Tanpa Katarak dengan Lentera Mata Indah! Aksi yang kamu lakukan akan dikonversi sebesar Rp25 ribu dan  digunakan oleh Lentera Mata Indah untuk memperluas proyek-proyek pengobatan katarak di berbagai daerah di Indonesia. Yuk, jadi bagian perubahan, sekarang juga.
heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone