Hai, Changemakers!
Tren melahirkan dengan bantuan dan pendampingan bidan masih berjalan hingga kini. Peran bidan bagi perempuan nggak hanya terbatas pada membantu proses persalinan, tapi juga memberikan konseling dan pelayanan terkait kontrasepsi pada perempuan.
Nah, masih dalam rangka merayakan Hari Bidan Nasional yang jatuh pada 24 Juni kemarin, Champ berkesempatan untuk ngobrol bareng Bidan Mila. Selain menjalani peran sebagai bidan, perempuan yang mendapat julukan “bidan kesayangan artis Indonesia” ini juga berstatus sebagai seorang istri dan ibu. Kali ini, Champ dan Ibu Mila bakal ngobrolin soal tips sukses membagi waktu bagi perempuan multiperan. Udah penasaran sama cerita Ibu Mila? Yuk, kepoin artikel berikut ini!
Yuk, Kenalan dengan Ibu Mila!
Perempuan yang berprofesi sebagai bidan ini bernama Jamilatus Sa'diyah atau biasa dipanggil Mila. Saat ini, Ibu Mila lebih banyak fokus edukasi melalui media sosial (medsos) di platform @bumilpamil.id. Kalau biasanya kelas kehamilan hanya ditujukan kepada ibu hamil, di sini juga menyasar ayah. Sebab, dalam mempersiapkan kelahiran sang buah hati perlu kesiapan dari ibu dan ayah.
“Dan aku fokus sekarang lagi mengembangkan pendampingan persalinan. Jadi kita dampingi pasien, itu mulai dari hamil, melahirkan, sampai menyusui. Ada beberapa tim yang sudah gabung di @bumilpamil.id,” ujar Ibu Mila.
Kenapa Bisa Tertarik dengan Bidang Kebidanan?
Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Ibu Mila memang menyukai bidang kesehatan. Setelah kakaknya melihat kalau Ibu Mila ini punya passion di bidang tersebut, akhirnya dia diarahkan ke kebidanan. Saat mempelajari ilmu kebidanan, dia menyadari bahwa menjadi bidan nggak cuman belajar soal ilmu klinis di kebidanan, tapi juga persiapan secara holistik, yakni body, mind, and spirit yang pasti berpengaruh pada perjalanan perempuan untuk menjadi ibu.
“Ditambah aku ketemu sama mentor namanya Ibu Lanny Kuswandi. Dia adalah pengembang hypnobirthing di Indonesia yang membuat aku banyak melihat persalinan itu berubah banget ya, yang tadinya menegangkan, menyakitkan, ternyata kalau disiapin itu bisa menjadi proses yang bisa dilalui lah sama seorang perempuan, bisa jadi pengalaman yang positif, bukan yang trauma gitu. Jadi, itu yang bikin aku sampai sekarang semangat untuk menjalani profesi ini,” ujar Ibu Mila.
Perjalanan Karier sebagai Seorang Bidan
Awalnya, Ibu Mila mengenyam pendidikan D III Kebidanan di Cipto Mangunkusumo. Setelah itu dia bekerja di salah satu praktik mandiri bidan kurang lebih selama dua tahun. Lebih lanjut, Ibu Mila bertemu dengan Ibu Lanny Kuswandi untuk belajar tentang hypnobirthing dan beberapa asuhan yang melengkapi ilmu kebidanan, seperti pre-postnatal yoga & pilates, konsul laktasi, dan teknik untuk mengoptimalkan posisi janin.
“Dan, memang udah mulai medsos itu dari tahun 2014 ya, sampai sekarang. Jadi, lumayan 10 tahun menggunakan medsos untuk edukasi. Makanya mungkin banyak pasien-pasien yang tahu layanan yang kami buat, salah satunya memang dari medsos gitu. Sampai akhirnya kita bikin platform namanya @bumilpamil.id pada Oktober 2022,” kata Ibu Mila.
“Yang memang sekarang sudah jauh lebih fokus kelasnya beragam, online, offline. Jadi, teman-teman nggak hanya yang di Indonesia dan Jakarta ikutan, tapi dari berbagai negara bisa ikutan. Terutama kelas online, ya. Tapi, kalau yang kelas offline, itu ada jadwal private, ada kelas grup gitu sih biasanya,” imbuhnya.
Momen Paling Berkesan atau Inspiratif Selama Menjadi Bidan
Ibu Mila mengaku hampir semua pengalamannya sebagai bidan itu berkesan dan bermakna. Dia pernah presentasi di Spanyol dan menjadi satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang ikut serta di sana, bahkan menjadi best speaker. Selain itu, dia senang bisa berkontribusi sampai ke berbagai negara. Nggak berhenti di situ, penelitiannya juga diterima di Kongres Kebidanan Eropa, sampai presentasi di Yunani. Wah, hebat banget ya, Ibu Mila ini. 😍
Ibu Mila juga merasa terkesan saat bisa mendampingi proses melahirkan pasien-pasien yang benar-benar berdaya. “Teman-teman yang memang mau berdaya, ternyata proses persalinannya itu nggak semenakutkan yang kita bayangkan gitu. Apalagi aku nemuin banyak pasien yang takut sekali melahirkan normal karena stigma atau persepsinya melahirkan normal itu menyakitkan, menegangkan, nggak safety gitu. Padahal kan, kita tahu persalinan itu sebenarnya alamiah gitu. Tapi memang perlu disiapkan,” kata Ibu Mila.
Suka Duka Jadi Bidan
Saat menjalani suatu profesi pasti ada suka dukanya dong ya. Nah, begitu juga Ibu Mila yang merasa waktunya lumayan terkuras ketika harus mendampingi seseorang melahirkan. Sebab, proses melahirkan terjadi pada waktu yang nggak menentu, bisa pagi, siang, atau malam.
“Terus jadinya harus benar-benar adjust waktu yang cukup maksimal karena harus berbagi peran sebagai istri, ibu, bidan. Sekarang aku juga lagi kuliah, sebagai mahasiswa. Jadi challenge-nya di situ sih. Beberapa waktu yang memang biasanya main sama anak lebih lama, ini mungkin kepotong untuk tugas-tugas lainnya. Itu yang dukanya ya,” ungkap Ibu Mila.
Tips Sukses Membagi Waktu bagi Perempuan Multiperan
Sebagai manusia biasa, tentunya Ibu Mila juga merasakan stres ketika harus menjalani beberapa peran dalam satu waktu. Tapi, menurutnya hal tersebut bisa saja dijalani oleh seorang perempuan ketika ada support system.
“Yaitu suami, ibu, keluarga yang bisa lumayan cukup membantu. Ketika aku misalnya nggak bisa nganter anak sekolah, jagain, main, dan lain-lain gitu. Yang kedua prioritas, mau nggak mau memang kita harus kayak adjust lagi prioritasnya. Mana sih, tugas yang bisa kita handle atau urgent. Mana yang bisa didelegasikan gitu, karena sebenarnya sebagai leader itu perlu belajar delegasi dan membuat tim, sehingga semuanya itu nggak dikerjain sendiri. Nah itu yang aku pelajari banget sih, mengenai prioritas dan delegasi,” ungkap Ibu Mila.
Harapan di Hari Bidan Nasional
Ibu Mila berharap semoga siapapun yang berprofesi sebagai bidan mau terus belajar dan memberikan layanan secara responsif. Jadi, para bidan respect sama ibunya, memberikan asuhan yang penuh cinta, empati, kasih sayang, sehingga pasien merasa bahwa bidan-bidan tersebut adalah partner-nya, berada sejajar dengan ibunya.
“Kalau sejajar artinya kita mendengar pendapat ibunya. Mendengar metode persalinan yang dia inginkan seperti apa, gitu ya. Jadi, kita benar-benar menghargai pilihan ibu,” ungkap Ibu Mila.
Lalu, harapannya para bidan juga mau memberdayakan perempuan dan keluarganya agar bayi yang dilahirkan nggak hanya sehat secara physical aja, tapi secara mental dan emosional. “Sebagai tenaga kesehatan, kadang kita melihat sesuatu hanya secara physical. Oh yaudah yang penting ibu dan bayinya sehat. Tapi, kita lupa, abai dengan jiwanya. Misalnya sehat, tapi ibunya trauma. Nah itu kan juga sebenarnya masalah gitu,” ungkap Ibu Mila.
Dunia yang Lebih Baik Menurut Ibu Mila
Dunia yang lebih baik menurut Ibu Mila adalah saat bayi yang dilahirkan dari seorang ibu hamil dilahirkan dengan nyaman, minim trauma atau penuh kelembutan, penuh rasa cinta dari sekelilingnya. Bukan hanya dari ibunya, tapi dari bidannya, keluarganya gitu ya, sehingga bayi yang lahir harapannya bisa sehat secara fisik dan mental.
“Karena aku inget banget nih pesan dari guru aku, dia adalah psikiater anak dan remaja, dr. Erwin Tubagus Kusuma. Dia bilang, anak-anak yang lahir di tahun 2000 ke atas tuh banyak banget yang cerdas gitu. Tapi kenapa masih banyak yang teroris, banyak sekali terjadi peperangan. Nah, jangan-jangan kita sebagai tenaga kesehatan lupa untuk menyehatkan jiwanya, emosionalnya. Jadi, dunia yang lebih baik itu saat kita, ibu, bidan, dan semuanya mengupayakan agar generasi yang hadir itu sehat secara lahir dan batin,” kata Ibu Mila.
Nggak kerasa nih, ngobrol-ngobrol Champ bareng Ibu Mila harus berakhir. Dari obrolan ini, Champ semakin yakin kalau perempuan itu bisa menjalani multiperan dengan adanya support system. Coba dong, kasih pendapat kamu di bawah soal perempuan yang menjalani multiperan.
Selain itu, kamu bisa ikutan Challenge Sehatkan Mata Cegah Katarak Bersama Perdami. Jumlah donasi yang akan disalurkan oleh Ishk Tolaram, Yayasan Dunia Lebih Baik (YDLB), dan A New Vision setelah kamu menyelesaikan Challenge ini adalah Rp25 ribu. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk mendukung Perdami dalam menjalankan lebih banyak proyek terkait pengobatan katarak di berbagai wilayah di Indonesia. Yuk, selesaikan Challenge-nya!