βHai, Changemakers!
Kamu tahu pasti dong, agama yang diakui pemerintah saat ini ada 6? Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu dan Konghuchu. Tapi diluar keenam agama tersebut ada loh agama lokal yang sampai saat ini masih dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia. Dilansir dari Tirto.id menurut Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2003, pernah ada 245 agama lokal di Indonesia. Karena nggak diakuinya agama lokal, muncul anggapan kalau orang Indonesia nggak beragama sebelum abad pertama.
Nah, karena realita inilah yang membuat Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana berkolaborasi dalam kampanye #Friendship4Peace dan membuat Challenge Bantu BOPM Wacana Suarakan Agama Lokal di Sumatera Utara. Nggak cuma itu ternyata selama ini BOPM Wacana turut menegakkan nilai-nilai toleransi sebagai bentu aksi nyata penegakan hak asasi manusia. Nggak usah berlama-lama mending kita ngobrol-ngobrol langsung aja bareng Kak Rachel Caroline L.Toruan, pimpinan umum Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) seputar aksi-aksi BOPM Wacana untuk suarakan toleransi.
Q: Halo teman-teman Badan Otonom Pers Mahasiswa Wacana bisa perkenalkan diri secara singkat, kesibukan saat ini dan di organisasi Badan Otonom Pers Mahasiswa Wacana sebagai apa, kamu melakukan apa aja di sana?
A: Saya Rachel Caroline L.Toruan, saat ini sebagai Pimpinan Umum di Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana dan kini memasuki semester 7 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Selain berkuliah, rutinitas saya saat ini memantau aktivitas organisasi yang saya pegang, BOPM Wacana. Tak hanya menulis pemberitaan tentang kampus dan kota, nyatanya dalam kinerjanya saya berperan memantau aktivitas dan kinerja anggota Wacana guna meningkatkan kapasitas kemampuan anggota sebagai jurnalis mahasiswa.
Q: Apa yang membuat Badan Otonom Pers Mahasiswa WacanaΒ tertarik mengikuti program BDW #Friendship4Peace
A: Sebagai organisasi yang berdiri berlandaskan perjuangan Hak Asasi Manusia (HAM), Wacana dalam komponennya sebagai pers tentu berperan dalam penyuaraan isu-isu sosial dan HAM, terkhusus bagi kelompok minoritas, kelompok marginal, dan kelompok rentan. Hal ini juga digambarkan dengan budaya organisasi Wacana yang aktif mengikuti beragam diskusi dan aktivitas bersama instansi luar, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang sering menyoroti berbagai macam bentuk perampasan HAM. Isu keberagaman untuk perdamaian menjadi fokus kami dalam menjalankan roda organisasi, hal ini dilihat dari produk jurnalistik yang sering kami hasilkan. Oleh karena itu, program BDW #Friendship4Peace tentu sangat sejalan dengan misi Wacana dalam mewujudkan perdamaian melalui penyuaraan isu kebaragaman, dalam hal ini kelompok minoritas beragama.Β
Q: Bagaimana kamu dan juga organisasi Badan Otonom Pers Mahasiswa Wacana memandang perbedaan antarumat beragama?
A: Pandangan saya terhadap perbedaan antar umat beragama yaitu sudah seharusnya dan selayaknya kita memandang perbedaan antar umat beragama dengan menghormati dan menghargai agama lain. Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati dan menghargai antara penganut agama lain, yang diwujudkan dalam Bhineka Tunggal Ika, "berbeda-beda tetapi satu.β Dalam konteks Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama, toleransi beragama sangat penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.Β
Q: Halo teman-teman Badan Otonom Pers Mahasiswa Wacana bisa perkenalkan diri secara singkat, kesibukan saat ini dan di organisasi Badan Otonom Pers Mahasiswa Wacana sebagai apa, kamu melakukan apa aja di sana?
A: Saya Rachel Caroline L.Toruan, saat ini sebagai Pimpinan Umum di Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana dan kini memasuki semester 7 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Selain berkuliah, rutinitas saya saat ini memantau aktivitas organisasi yang saya pegang, BOPM Wacana. Tak hanya menulis pemberitaan tentang kampus dan kota, nyatanya dalam kinerjanya saya berperan memantau aktivitas dan kinerja anggota Wacana guna meningkatkan kapasitas kemampuan anggota sebagai jurnalis mahasiswa.
Q: Apa yang membuat Badan Otonom Pers Mahasiswa WacanaΒ tertarik mengikuti program BDW #Friendship4Peace
A: Sebagai organisasi yang berdiri berlandaskan perjuangan Hak Asasi Manusia (HAM), Wacana dalam komponennya sebagai pers tentu berperan dalam penyuaraan isu-isu sosial dan HAM, terkhusus bagi kelompok minoritas, kelompok marginal, dan kelompok rentan. Hal ini juga digambarkan dengan budaya organisasi Wacana yang aktif mengikuti beragam diskusi dan aktivitas bersama instansi luar, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang sering menyoroti berbagai macam bentuk perampasan HAM. Isu keberagaman untuk perdamaian menjadi fokus kami dalam menjalankan roda organisasi, hal ini dilihat dari produk jurnalistik yang sering kami hasilkan. Oleh karena itu, program BDW #Friendship4Peace tentu sangat sejalan dengan misi Wacana dalam mewujudkan perdamaian melalui penyuaraan isu kebaragaman, dalam hal ini kelompok minoritas beragama.Β
Q: Bagaimana kamu dan juga organisasi Badan Otonom Pers Mahasiswa Wacana memandang perbedaan antarumat beragama?
A: Pandangan saya terhadap perbedaan antar umat beragama yaitu sudah seharusnya dan selayaknya kita memandang perbedaan antar umat beragama dengan menghormati dan menghargai agama lain. Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati dan menghargai antara penganut agama lain, yang diwujudkan dalam Bhineka Tunggal Ika, "berbeda-beda tetapi satu.β Dalam konteks Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama, toleransi beragama sangat penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.Β
Foto: BOPM Wacana mengikuti Aksi Kamisan di Medan
Q:Nilai-nilai toleransi seperti apa yang organisasi Badan Otonom Pers Mahasiswa Wacana terapkan di organisasi kalian?
Adapun nilai-nilai toleransi yang telah di terapkan yaitu :Β
1. Saling Menghargai dan Menghormati Perbedaan, dimana BOPM Wacana mengajarkan anggotanya untuk saling menghargai dan menghormati pandangan berbeda, tidak hanya dalam organisasi tetapi juga di luar kampus.
2. Penghargaan Terhadap Keragaman: BOPM Wacana mendorong anggotanya untuk menghargai keragaman dan mempromosikan toleransi beragama melalui kegiatan-kegiatan yang mengutamakan nilai-nilai toleransi.
3. Kegiatan Kemanusiaan dan Sosial: BOPM Wacana melibatkan anggotanya dalam kegiatan kemanusiaan dan sosial yang memperkuat kerja sama dan pengembangan kepemimpinan, serta mempraktikkan toleransi dalam interaksi dengan warga universitas dan masyarakat.
4. Komitmen Terhadap Nilai-Nilai Toleransi: BOPM Wacana berkomitmen untuk memperkuat budaya inklusif dan mendukung kebijakan yang mendukung keberagaman
Dengan menerapkan nilai-nilai toleransi ini, organisasi dapat membentuk sikap dan perilaku anggotanya yang lebih inklusif dan harmonis, serta berkontribusi pada pembangunan sosial yang inklusif di Indonesia.
Foto: Peliputan agama SikhΒ
Q: Apa kegiatan/project paling berkesan yang pernah organisasimu buat dalam mendukung toleransi?
A: Tahun lalu saya mengikuti program pelatihan menulis konten keberagaman yang diadakan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), saya termasuk salah satu penerima beasiswa liputan (story grant) terkait peliputan keberagaman. Dalam hal ini saya melakukan liputan keberagaman beragama di kota Medan, tentang perjuangan jemaat Gereja Elim Kristen Indonesia (GEKI) dalam meraih hak beribadahnya yang ditolak sama masyarakat sekitar. Hal ini paling berkesan bagi saya karena saya merasa tertantang dalam menyuarakan hak minoritas tanpa menutup telinga kepada masyarakat yang menentang. Menurut saya, sebenarnya tidak ada yang tidak menarik dari setiap kegiatan di Wacana. Mental dan nyali yang kuat adalah modal utama menjadi seorang jurnalis dalam melaksanakan investigasi, kegiatan inilah yang menurut saya berkesan karena saya merasa terpacu untuk menyuarakan fakta dari isu agama yang ada saat itu.
Q: Apa harapanmu terhadap Challenge Bantu BOPM Wacana Suarakan Agama Lokal di Sumatera Utara yang telah organisasimu buat di aplikasi Campaign #ForABetterWorld
A: Saya berharap kampanye yang Wacana hadirkan mampu menghadirkan perhatian dan awareness bagi audiens di dunia maya dan memupuk, meningkatkan, dan mempererat kapasitas toleransi beragama pada individu
Q: Bagaimana kondisi toleransi dan perdamaian di lingkungan organisasimu?
Di lingkungan organisasi tentu kondisi toleransi dan perdamaian baik. Adapun beberapa faktor yang mendukung hal ini, yaituΒ
1. Kesadaran tentang Keanekaragaman: Anggota memiliki kesadaran yang kuat akan keberagaman. Hal ini termasuk keberagaman latar belakang budaya, pengalaman, dan pendidikan. Kami menghargai perbedaan-perbedaan ini dan berusaha untuk memperlakukan semua orang dengan rasa hormat yang sama.
2. Keterbukaan dan Komunikasi:Β
Budaya keterbukaan dan komunikasi yang efektif sangat ditekankan. Anggota diundang untuk menyuarakan pendapat mereka dengan jujur dan terbuka, tanpa takut akan diskriminasi atau ketidaksetujuan.
3. Penanganan Konflik Secara Konstruktif: Ketika ada ketegangan atau konflik antara anggota, kami memiliki mekanisme yang mapan untuk menangani hal tersebut. Ini termasuk mediasi, dialog terbuka, dan penyelesaian masalah secara kolaboratif untuk mencapai solusi yang memuaskan semua para anggota.
4. Pelatihan dan Pendidikan:Β
BOPM Wacana memberikan pelatihan tentang kesadaran keberagaman dan keterampilan manajemen konflik kepada semua anggota tim. Hal ini membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya toleransi dan perdamaian di mana saja..
Dengan demikian, keseluruhan lingkungan kerja di organisasi kami diperkaya oleh atmosfer toleransi dan perdamaian yang memungkinkan setiap anggota tim untuk berkembang secara profesional dan pribadi tanpa hambatan yang tidak perlu.
Yuk, bantu Badan Otonom Pers Mahasiswa (BPOM) menyebarkan toleransi dengan mengenalkan agama lokal di Indonesia salah satunya yaitu Pamena.Β
Pemena adalah kepercayaan lokal yang masih hidup di hati masyarakat suku Karo di Sumatera Utara, berarti "pertama" atau "awal" dalam bahasa Karo. Sayangnya, Pemena sering disalahpahami sebagai penyembah setan sehingga memunculkan kekerasan simbolik di Desa Kidupen, Kabupaten Karo.
Mereka pun harusΒ menyembunyikan aktivitas peribadatan. Stigmatisasi menjadi sebuah kekerasan simbolik yang terus menerus mereka hadapi. Wujudnya bisa berupa bahasa, gaya hidup, cara berpikir, dan cara bertindak. Lewat peliputan media, kita berharap bisa membuka mata masyarakat tentang keindahan dan pentingnya agama lokal.
Dengan mengikuti dan menyelesaikan Challenge Bantu BOPM Wacana Suarakan Agama Lokal di Sumatera Utara kamu sudah membuka donasi sebesar Rp40 ribu yang didanai oleh A Better World Foundation. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk biaya operasional peliputan, pengembangan media, dan pengembangan rumah ibadah