Hai, Changemakers!
Indonesia menyimpan ribuan panorama alam nan indah, dari Sabang sampai Merauke. Salah satu tempat indah yang dimiliki oleh Indonesia adalah Gunung Rinjani yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Siapa yang nggak kenal dengan keindahan Gunung Rinjani. Rocky Gerung, yang dikenal dengan narasi kritisnya, mengakui jika Gunung Rinjani memberikan kesan karena panoramanya yang menawan.
Banyak hal yang membuat Gunung Rinjani bisa memikat orang. Menurut Rocky Gerung, Gunung Rinjani dilihat dari sudut mana saja, tetap terlihat indah. Salah satu tempat di Rinjani yang menawarkan keindahan adalah perbukitannya, yang biasa disebut dengan Bukit Teletubbies.
Tempat lain yang memukau dari Gunung Rinjani adalah Danau Segara Anak yang terletak di kawahnya. Danau Segara Anak mempunyai warna air yang biru nan jernih.
Selain dikenal dengan panoramanya yang menawan, indah, dan memesona, Gunung Rinjani juga menyimpan legenda tentang istana ratu jin. Eh, gimana tuh? Coba kita bahas!
Sumber gambar: Kaloka Tour
Cerita Pengangkatan Ratu Jin
Begini. Menurut cerita rakyat yang beredar, di Gunung Rinjani bersemayam Dewi Anjani. Masyarakat memercayai bahwa Dewi Anjani adalah ratu dari bangsa jin yang dipercayai baik.
Menurut penelitian yang terpublikasi di Conference: Nahdlatul Wathan International Confrence on Education, Culture and Religius Movement tentang masyarakat Suku Sasak, mereka memiliki persepsi bahwa Dewi Anjani adalah Wali Kutub dan Khalifahdi Lombok. Masyarakat Suku Sasak juga memiliki persepsi jika Dewi Anjani merupakan seorang manusia yang berpindah ke alam jin dan penunggu Gunung Rinjani.
Pengangkatan Dewi Anjani sebagai ratu jin, memiliki peristiwa yang menarik.
Dikisahkan bahwa Dewi Anjani merupakan anak dari Datu Tuan dan Dewi Mas, seorang raja dan permaisuri dari kerajaan Lombok. Awalnya, Datu Tuan dan Dewi Mas hidup dengan nyaman dan tentram. Tapi keduanya belum dikaruniai anak.
Dewi Mas meminta agar Datu Tuan menikahi perempuan lain. Akhirnya Datu Tuan memilih untuk menikah dengan Sunggar Tutul.
Setelah menikah dengan Sunggar Tutul, Dewi Mas hamil. Nggak puas melihat kehamilan Dewi Mas, Sunggar Tutul menghasut raja. Entah mengapa raja termakan hasutan Sunggar Tutul. Akhirnya raja mengusir Dewi Mas dari kerajaan.
Dewi Mas terusir ke daerah Gili. Suatu ketika, Dewi Mas ditemukan oleh seorang nahkoda. Nahkoda tersebut membawa Dewi Mas ke Bali. Di sana, Dewi Mas melahirkan anak kembar, satu laki-laki dan satu perempuan. Anak laki-laki diberi nama Raden Nuna Putra Janjak yang lahir ditemani sebilah keris. Anak perempuan bernama Dewi Anjani yang lahir dengan busur anak panah.
Waktu berjalan, hingga Dewi Anjani dan Raden Nuna Putra Janjak tumbuh dewasa. Mereka bertanya pada ibunya, “Siapa ayah mereka?” Dewi Mas bercerita jika ayahnya adalah seorang raja kerajaan di Lombok yang bernama Datu Tuan.
Setelah mengetahui, Raden Nuna Putra Janjak pergi ke Lombok menemui ayahnya. Setelah tiba, keduanya saling berperang. Hingga akhirnya, ada bisikan gaib yang membisiki Datu Tuan. Bisikan yang mengatakan, bahwa laki-laki di hadapannya adalah anak kandungnya. Setelah mengetahui, keduanya berdamai.
Datu Tuan menjemput Dewi Mas ke Bali. Datu Tuan memboyong sang istri dan Dewi Anjani ke istana. Dewi Mas yang baik hati, memilih untuk memaafkan Sunggal Tutur.
Kemudian Datu Tuan memilih Raden Nuna Putra Janjak untuk menggantikan posisinya. Setelah menyerahkan tahtanya ke anak laki-lakinya, Datu Tuan mengajak Dewi Anjani memilih menyepi di puncak gunung untuk bersemedi. Di sana, Dewi Anjani diperhatikan oleh para jin. Para jin mengetahui kesaktian dan kesungguhan Dewi Anjani dalam berdoa, akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya sebagai ratu kerajaan jin di gunung.
Konon, pada waktu tertentu, istana tersebut bisa dilihat secara kasat mata. Tapi jangan sekali-kali tertarik untuk mendatanginya karena dipercaya akan tersesat di dunianya (istana jin).
Ada Masjid Gaib dan Sembilan Desa Nggak Terlihat
Sumber gambar: Kumparan
Masyarakat juga percaya jika di area Danau Segara Anak, terdapat masjid gaib yang dibangun oleh bangsa jin. Masjid tersebut dipercaya sebagai tempat pertemuan para wali yang sudah hidup dan meninggal. Para wali tersebut dipercaya yang menjaga Gunung Rinjani.
Ada cerita lain dari masyarakat yang percaya jika di puncak Gunung Rinjani terdapat sembilan desa yang nggak bisa dilihat oleh manusia. Masyarakat percaya hanya orang-orang terpilih yang bisa melihat sembilan desa tersebut. Meski nggak terlihat oleh manusia, masyarakat meyakini jika sembilan desa tersebut memiliki kehidupan yang harmonis dan damai.
Terlepas dari perdebatan, legenda yang beredar benar atau salah, kita nggak bisa memberi stigma orang yang memercayainya. Setiap orang memiliki pemaknaan berbeda-beda yang dibentuk oleh faktor sosial budaya. Maka dari itu, kita harus belajar terbuka terhadap keyakinan dan pemaknaan orang lain.
Kalau semuanya harus seragam, justru akan menimbulkan tragedi penyingkiran dan pengekangan. Seperti yang terjadi di Suku Karo, Sumatra Utara. Di sana ada kepercayaan pamena. Sayangnya, masyarakat melakukan penyingkiran secara kekerasan simbolik.
Ayo bantu sebarkan semangat toleransi menerima perbedaan untuk menghargai kepercayaan setiap orang. Caranya, ikut dan selesaikan Challenge Bantu BOPM Wacana Suarakan Agama Lokal di Sumatera Utara dari Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana. Dengan menyelesaikan Challenge akan membuka donasi sebesar Rp40 ribu yang didanai oleh A Better World Foundation. Donasi digunakan untuk operasional peliputan, pengembangan media, dan pengembangan rumah ibadah.