Hai, Changemakers!
Setiap memasuki Agustus, ada yang berbeda dengan wajah Indonesia. Di berbagai kabupaten, kota, kecamatan, sampai desa, riuh warna-warni merah putih. Bendera merah putih berkibar di sudut-sudut kota, pinggir jalan, depang gang, depan rumah, sampai di bawah pohon.
Sungguh pemandangan yang luar biasa. Ramainya merah putih, menjadi penanda betapa semangatnya masyarakat Indonesia menyambut perayaan hari kemerdekaan. Semangat masyarakat Indonesia juga bisa dilihat dari maraknya lomba 17 Agustus yang diikuti banyak kalangan lintas generasi.
Bicara tentang lomba 17 Agustus, ada banyak perlombaan yang biasa dilombakan. Umumnya dan yang sering dilombakan, ada lomba panjat pinang, tarik tambang, dan balap karung.
Ngomong-ngomong, nih, apakah kalian tau kalau lomba panjat pinang, tarik tambang, dan balap karung, ada sisi sisi kelam yang jarang terungkap? Sini ikut Champ. Biar Champ ceritakan.
1. Panjat pinang
Sumber gambar: Liputan6
Jangan mengira kalau lomba panjat pinang, baru seumur jagung. Jangan mengira juga, kalau panjat pinang merupakan tradisi asli Indonesia. Itu salah semua, kawan.
Kalau ditarik sejarahnya, sebenarnya panjat pinang merupakan identitas budaya Tionghoa. Panjat pinang udah ada sejak Dinasti Ming, tahun 1368-1644 dan terus bertahan sampai Dinasti Qing, tahun 1644-1911. Umumnya, panjat pinang sering dilakukan saat festival hantu.
Ada juga yang mengatakan kalau panjat pinang sudah dikenal di Malta pada abad pertengahan, atau ketika Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada abad ke-15 Masehi. Saat itu, panjang pinang diberi nama Gostra. Tujuan panjat pinang di sana untuk merayakan Festival Saint Juliant.
Terus, gimana panjat pinang bisa masuk ke Indonesia? Panjat pinang masuk ke Indonesia sejak masa penjajahan. Waktu itu panjang pinang diperkenalkan oleh Belanda pada tahun 1930. Waktu zaman penjajahan Belanda, perlombaan panjat pinang dikenal dengan nama de Klimmast, yang berarti, memanjat tiang.
Kalau sekarang panjat pinang dilakukan setiap perayaan 17 Agustus, dulu panjat pinang dilakukan setiap 31 Agustus. Sebagai hari perayaan ulang tahun ratu Belanda. Selain itu, panjat pinang pada zaman kolonial dilakukan saat orang belanda ada hajatan.
Nah, pada masa kolonial, panjat pinang menjadi acara hiburan bagi orang Belanda. Orang Belanda merasa terhibur menyaksikan masyarakat Indonesia berusaha berlomba-lomba menaiki tiang yang licin untuk mengambil barang-barang di atasnya.
Makanya, ada yang mengatakan jika lomba panjat pinang sebagai simbol dari “pelecehan” terhadap masyarakat Indonesia yang dilakukan oleh Belanda.
Meski sekarang, panjat pinang sudah memiliki perubahan makna. Masyarakat memaknai panjat pinang sebagai simbol perjuangan.
2. Tarik tambang
Sumber gambar: Jawa Pos
Sama halnya dengan panjat pinang, tarik tambang muncul di luar Indonesia. Ada yang mengatakan, jika tarik tambang merupakan kebudayaan kuno di Cina, India, dan Mesir. Di Cina, tarik tambang sudah ada sejak abad ke-8 Sebelum Masehi. Awalnya, tarik tambang diciptakan untuk melatih fisik tentara negara Chu. Baru pada masa Kaisar Xuanzong, tarik tambang menjadi media permainan.
Ada juga yang mengatakan jika tarik tambang, menjadi media latihan fisik di Yunani. Tepatnya sejak tahun 500 Sebelum Masehi. Sumber lain ada yang memperlihatkan jika tarik tambang, ada sejak 1.000 Masehi. Waktu itu, tarik tambang dimainkan oleh para juara dari negara Skandinavia dan Jerman di ajang Kratige Spiele.
Di Indonesia, tarik tambang baru dikenal pada masa penjajahan. Awalnya, masyarakat Indonesia dikenalkan dengan tali tambang untuk menarik benda berat, berupa batu, pasir, dan benda berat lainnya.
Seiring berjalannya waktu tali tambang beralih fungsi sebagai media hiburan.
Meski ada suara kegembiraan di tengah perlombaan tarik tambang, ada saatnya berubah menjadi suara duka. Nggak sedikit tarik tambang memakan korban, seperti patah tangan. Ada juga yang mengalami patah kaki, seperti yang terjadi di Desa Maccinibaji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa.
3. Balap karung
Sumber gambar: Samawa Rea
Permainan balap karung awalnya hanya dimainkan oleh anak-anak usia 6 sampai 12 tahun. Populernya permainan balap karung di kalangan anak-anak, lantaran misionaris Belanda sering memperkenalkan permainan balap karung ke sekolah-sekolah.
Menurut laporan Tirto, masyarakat yang sering memainkannya adalah masyarakat Betawi di Jakarta. Masyarakat Jakarta, terutama Betawi menyukai permainan balap karung karena nggak butuh biaya yang mahal. Alasan lainnya, balap karung nggak punya aturan yang rumit.
Meski nggak butuh peraturan rumit dan biaya mahal, bukan berarti balap karung memiliki nilai yang bahagia. Konon, balap karung menjadi simbol kekesalan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan. Waktu penjajahan, masyarakat Indonesia hidup dalam kemelaratan, hingga sukar mendapatkan pakaian.
Agar masyarakat bisa memiliki pakaian, mereka menggunakan karung goni. Kemudian karung diinjak-injak sampai bolong, lalu digunakan. Dari tindakan itu, akhirnya tercetus perlombaan balap karung yang gerakannya melompat-lompat.
Meski terselip sisi kepahitan di baliknya, setidaknya saat ini, lomba-lomba tersebut nggak lagi menjadi ruang untuk saling menjatuhkan, merendahkan, dan menjelek-jelekkan. Semangat dari perlombaan bukan untuk mencari siapa yang paling hebat, melainkan belajar untuk bersikap bijaksana, adil, dan menghormati. Nggak kalah pentingnya lagi, lomba hadir untuk melatih sikap saling membantu.
Sikap membantu penting untuk memberikan dampak pada orang lain, salah satunya membantu UMKM. Buat kamu yang ingin membantu UMKM, yuk ikut dan selesaikan Challenge Bantu UMKM di Jakarta Jadi Lebih Baik bersama Warung Merah. Challenge yang selesai akan dikonversi menjadi donasi sebesar Rp25 ribu yang didanai oleh Wahyoo dan Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi digunakan untuk pelatihan digital marketing agar UMKM Warung Merah bisa memperluas jangkauan di industri online.
Referensi:
https://tirto.id/sejarah-balap-karung-dari-zaman-belanda-hingga-lomba-17-agustus-guBH
https://regional.kompas.com/read/2016/08/18/12184041/ikut.lomba.tarik.tambang.warga.alami.patah.tulang.
https://www.idntimes.com/life/education/seo-intern/sejarah-lomba-balap-karung?page=all
https://gaya.tempo.co/read/1670079/asal-usul-permainan-tarik-tambang-pernah-menjadi-cabang-olahraga-olimpiade
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220812153415-246-833935/sejarah-tarik-tambang-olahraga-yang-dilombakan-setiap-17-agustus
https://www.cna.id/lifestyle/sejarah-panjat-pinang-dari-hiburan-penjajah-belanda-menjadi-lomba-17-agustus-yang-dinantikan-19811
Adisaputra, A.K.dkk. 2021. Antologi Literasi Merdeka: Opini dan Puisi. Banjar: Yayasan Ruang Baca Komunitas
https://www.liputan6.com/regional/read/5044275/fakta-lomba-panjat-pinang-yang-selalu-digelar-setiap-hari-kemerdekaan?page=2
https://www.idntimes.com/science/discovery/izza-namira-1/sejarah-kelam-asal-usul-panjat-pinang?page=all