#Friendship4Peace

Sarasehan KOPI: Ikhtiar membangun Bina Damai di Tasikmalaya

profile

peacegenid

Update

Changemakers, apakah kalian tahu kompas iman? Iya, itu loh komunitas orang muda yang konsen mengajak teman-teman muda untuk menjadi bagian dari gerakan bina damai. Loh-loh, kok bina damai? Memang sedang berperang. Jadi begini, Bina damai yang di pelopori Kompas Iman merupakan ikhtiar membangun kesetaraan antar sesama dan atau memanusiakan antar manusia tidak memandang perbedaan Ras, Keyakinan, Agama, Suku, Bahasa dan entitas perbedaan yang melekat pada diri, komunitas dan budaya. Perbedaan ini harus menjadi rahmat, bukan laknat (serem banget kate nya. Hehe) sehingga ada kesadaran organik atau an-organik (melalui pelatihan) yang dapat menciptakan kesadaran saling menerima, menghormati dan menghargai. So sekecil apapun perbedaan tidak akan memunculkan konflik atau perseteruan bahkan sampai terjadi peperangan kalau kita ikut terlibat dalam membangun bina damai di Tasikmalaya. Ini kita ada contoh dimana orang tidak saling menerima perbedaan atau orang melakukan kesewenang-wenangan atas nama keyakinan dan hukum yang mereka yakini :


image

Perlu gak yah dijelasin potongan berita di atas? Kalau perlu, okelah akan dijelasin dikit aja yah, Dari enam potongan tersebut.

Berita pertama

Kejadian sweeping ke tempat hiburan malam yang terjadi pada akhir tahun 2022 yang dilakukan oleh ormas agama yang dikenal dengan nama almumtaz, saya jadi ingat, di antara tahun 2010-2015 an di Kota Tasikmalaya marak-maraknya sweeping oleh ormas mengatasnamakan agama dengan dalih penegakan Perda Tata Nilai (Perda Syariat Islam). Prilaku kesewenang-wenangan ini sangat sering terjadi dan yang paling lucu di kawal juga oleh Aparat, padahal yang punya kewenangan untuk sweeping adalah aparat penegak hukum. Kok ini, malah ormas. Memang di tasikmalaya ini ngeri-ngeri sedap.

Berita kedua

Siapa yang gak tahu peristiwa 1996 di Tasikmalaya? Kejadian ini awalnya dilatarnbelakangi karena adanya penganiayaan santri oleh oknum aparat. Sebagai respon santri di tasikmalaya turun demonstrasi di jalan KHZ Mustofa. Akhirnya di picu masalah sepele, meluas menjadi isu anti Kristen, anti tionghoa sehingga banyak gereja di bakar, took orang tionghoa di bakar sehingga terjadilah kerusuhan masal yang tak terkontrol. Terlepas masalahnya apa, kesadaran masyarat dalam menciptakan suasana damai dan harmoni menjadi kewajiban setiap orang. Dengan kata lain, apapun masalahnya selesaikan dengan cara-cara yang baik. Bukan menggunakan SARA untuk memantik konflik dikalangan masyarakat.

Berita ketiga

Ini adalah kejadian di tahun 2023 dimana Jemaah muhamadiyah akan melaksanakan sholat ID di masjid yang mayoritas NU sehingga mendapatkan penolakan dari pengurus Mesjid karena takut mengundang reaksi yang tidak diharapkan, walaupun akhirnya di perbolehkan di gunakan oleh Jemaah muhamadiyah. Tetapi menurut pengurus muhamadiyah waktunya mepet saat mendapatkan izin dari pengurus masjid tersebut. Pengurus muhamadiyah Rajapolah, saat di tolak memang sudah dipersiapkan alternative menjid lain yang akan digunakan Sholat ID yaitu di Mesjid Arrahman perumahan BCR Rajapolah. Menurut kami, penolakan seperti ini tak seharusnya terjadi karena perbedaan pandangan dan praktek ibadah apabila antar pengurus/ Jemaah masing-masing memiliki kesadaran akan perbedaan karena perbedaan adalah sebagian dari rahmat Allah SWT.

Berita keempat

Berita ini terbit di tahun 2015 setelah diterbitkannya revisi perda Tata Nilai No. 7 Tahun 2014 tentang Tata Nilai Kehidupan Masyarakat Yang Religius di Kota Tasikmalaya. Masyarakat pada umumnya mengenal dengan perda syariah islam. Penegakan syariah islam ini tentu bersipat diskriminatif bagi kelompok minoritas agama dan masyarakat lain. Dimana atas dasar penegakan perda syariah orang/ kelompok melakukan sweeping sana sini, orang yang sedang ngopi dibubarkan, orang yang sedang hiburan di tempat karoke dibubarkan, orang yang berboncengan lawan jenis di sweeping, pelajar non-muslim harus memakai baju seragam hampir sama dengan muslim/muslimah apabila tidak sesuai dipanggil BK karena dianggap tidak mentaati aturan, dan peristiwa-peristiwa lain yang hampir serupa dengan yang saya jelaskan di atas. Maka bayangkan saja, apabila perda syariah ini di tegakan, apakah tidak akan menimbulkan konflik di masyarakat?

Berita kelima

Berita penyegelan masjid ahmadiyah yang diterbitkan oleh Pikiran Rakyat di tahun 2020 adalah rangkaian kejadian yang sering terjadi di Tasikmalaya. Terutama saat ada SKB 3 Menteri yang menjadi tumpuan hukum kelompok yang tidak suka kepada ahmadiyah. Penyegelan ini di tolak oleh masyarakat sipil karena tindakan kesewenangwenangan pemkab dan Bakorpakem yang menilai renovasi masjid tersebut di anggap menyalahi SKB 3 Meenteri. Coba bayangkan oleh kita, setiap kelompok/ organisasi dilindungi oleh UU apalagi Ahmadiyah memiliki SK Pendirian sebagai sebuah yayasan tetapi hak nya sebagai sebuah lembaga tidak diakui. Yah walaupun, kita tahu bahwa ada sebagaian orang yang menganggap ajarannya menyimpang, tetapi sebagaimana yang diamanatkan oleh Gusdur “Mari Kita Wujudkan peradaban dimana manusia saling mencintai, saling mengerti, dan saling menghidupi” (Fatwa dan Canda Gusdur: Maman Imanul Haq (2010)) amanat gusdur harus menjadi pijakan dalam mencermati perbedaan karena diatas perbedaan ada kemanusiaan yang perlu dijungjung tinggi.

Berita keenam

Trageda kelam dalam berita yang diterbitkan kompasiana pada januari 2022 adalah refleksi terhadap kerusuhan tahun 1996 di Tasikmalaya. Kerusuhan 96’ adalah kerusuhan yang merusak toko-toko minorits, membakar gereja-gereja dari asalnya masalah yang sepele menjadi kerusuhan. Hal ini disebabkan, bahwa masayarakat belum memiliki kesadaran dalam membangun Bina damai.


Penjelasan terkait 6 berita diatas adalah sebagian kecil peristiwa intoleran dan diskriminatif yang diangkat oleh kami. Walaupun tentunya masih banyak peristiwa seperti itu di kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, Kompas Iman mengajak teman-teman individu ataupun komunitas untuk sama-sama bergerak dan berperan dalam membangun bina damai di Tasikmalaya.

Di Tasikmalaya terdapat komunitas/ organisasi kepemudaan/ agama yang telah lama tumbuh dan berkembang. Menurut Kompas Iman, terdapat dua katagori komunitas, yaitu :

Kategori pertama adalah Komunitas yang Fokus kegiatan di internal komunitas/ lembaganya. Jarang bersedia apabila diajak aktivitas bareng dengan alasan ada kegiatan di lembaganya.

Kategori kedua adalah komunitas yang interaksinya internal dan eksternal sehingga apabila diajak kegiatan bareng selalu siap bahkan apabila kegiatan itu harus dilaksanakan secara bergotong royong. Hal ini sering terjadi di kami, Karena secara sumberdaya Kompas Iman tidak memiliki materi tetapi memiliki semangat yang besar untuk membangun bina damai yang teraktualisasi dalam kegiatan, seperti saat pengobatan gratis tim kesehatannya di bantu Ahmadiyah, di saat berbagi takjil teman-teman lintas iman patungan untuk membeli takjil yang akan dibagikan. Begitupun kegiatan lainnya. Ini loh kegiatannya…..



image

image

Apakah membangun Bina Damai bisa sendiri?

Jawabannya, Tidak. Tetapi harus bergerak bersama-sama.

Bagaimana caranya? Yuk ikuti “Sarasehan Kopi” yang di inisiasi Kompas Iman bersama Campaign dan Peacegen. Kegiatan ini adalah ikhtiar kami dalam menciptakan Bina Damai antar sesama di Tasikmalaya. Siapa yang boleh ikut? Siapapun boleh ikut, termasuk individu dan atau komunitas yang sama-sama memiliki pandangan dan tujuan yang sama. Individu dan komunitas yang peduli Tasikmalaya, yuk gabung di “Sarasehan KOPI”.

Keuntungan ikutan Sarasehan KOPI, apa yah :

1. Sarana belajar dan saling memahami pandangan;

2. Mendapatkan teman baru

3. Menggali kegiatan bersama yang inklusif dan sosial;

4. Dapat mengekspresian potensi diri

5. Belajar isu-isu yang dapat memecah belah dan cara memediasi atau cipta damai

6. Akn menjadi manusia yang merdeka dan toleran

7. Dan masih banyak lagi.

Selain dari keuntungan diatas, kalian dapat kebermanfaatan yang lain sebagaimana yang dijelaskan Aly Nashir (2013, hal.94) yaitu :

1. Membuat orang terbuka untuk mengenal orang lain;

2. Mengembangkan kemampuan untuk menerima kehadiran orang lain yang berbeda-beda dengan tujuan dapat hidup secara damai;

3. Mengakui individualitas keberagaman;

4. Mudah menghilangkan topeng-topeng kepalsuan yang memecah belah dan mengatasi ketegangan akibat kemasabodohan;

5. Memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengenyahkan prasangka negatif dan stigma mengenai orang- orang yang berbeda bangsa, agama, budaya maupun warisan etniknya.

Apabla kalian tidak mau berita diatas menimpa komunitas kalian atau kota ini. Maka kita perlu bergerak bersama untuk menjaga harmoni dan damai di Tasikmalaya dengan mengikuti rangkaian kegiatan di Sarasehan Kopi Tasikmalaya.

Kamu serius ikut Sarasehan KOPI? Kalau kamu serius, maka ada Challenge yang perlu diikuti dulu oleh kalian. Challenge nya adalah Bantu Kompas Iman Membangun Bina Damai di Tasikmalaya yang dapat di akses di Aplikasi “Campaign”. Disana ada 3 Aksi yang perlu kalian lalui, apabila kalian mengikuti 3 aksi ini sampai selesai maka kami akan menyeleksi kalian yang sudah mengikuti challenge untuk mengikuti “Sarasehan KOPI”.



heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone