Hai, Changemakers!
Pasti kamu udah tahu kabar kalau daya beli di Indonesia semakin menurun akibat deflasi dan sudah 5 bulan berturut-turut Indonesia mengalami deflasi. Buat kamu yang baru tau, tenang-tenang yuk kita bahas sedikit tentang apa yang sedang dialami oleh masyarakat, khususnya kelas pekerja.
Deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut, mulai dari Mei hingga September 2024, menandakan bahwa kelas pekerja di Indonesia semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dilansir dari BBC.com menurut Muhammad Andri Perdana, seorang ekonom dari Bright Institute, deflasi ini adalah tanda jelas bahwa "masyarakat kelas pekerja sudah tidak punya uang lagi untuk berbelanja."
Selama beberapa bulan terakhir, banyak sektor industri mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), yang pastinya berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini semakin memperburuk kondisi ekonomi, sehingga himbauan dari bank sentral agar masyarakat lebih banyak belanja demi mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5% terasa hampir mustahil terwujud.
Salah satu pelaku UMKM yang merasakan langsung dampak dari deflasi ini adalah Eli Kamilah, pemilik kedai kopi di Desa Sukamandijaya, Subang, Jawa Barat. Kedai kopi yang biasanya ramai dengan pelanggan kini sepi. "Pernah yang beli cuma lima orang, padahal biasanya bangku selalu penuh," cerita Eli kepada BBC News Indonesia.
BPS: Deflasi Terparah dalam Lima Tahun Terakhir
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12% pada September 2024, yang merupakan deflasi kelima berturut-turut dan juga yang terparah selama lima tahun terakhir di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa penurunan harga komoditas bergejolak, seperti bensin dan solar, menjadi salah satu penyebab utama deflasi ini.
Harga BBM khusus non-subsidi yang turun pada September turut menyumbang deflasi sebesar 0,72% untuk bensin dan 0,74% untuk solar. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mencatatkan deflasi sebesar 0,59% di bulan yang sama.
Emang Apa yang Sebenarnya Terjadi, sih?
Kalau dilihat-lihat sekilas, penurunan harga mungkin terlihat menguntungkan bagi konsumen, apalagi kamu yang doyan belanja diskon. Tapi kenyataannya, deflasi yang terjadi sekarang menunjukkan hal yang jauh lebih mengkhawatirkan. Dilansir dari BBC.com menurut Muhammad Andri Perdana, deflasi ini mengindikasikan bahwa "pendapatan masyarakat sudah semakin sulit diperoleh." Artinya, uang yang beredar di masyarakat semakin sedikit, bukan karena mereka tidak mau belanja, tetapi karena pendapatannya menurun.
Gelombang PHK yang Kian Meningkat
Pasti kamu bertanya-tanya emang kenapa awal mulanya bisa begini, ya? Nah, kalau ditelisik lebih dalam pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi salah satu faktor utama di balik menurunnya daya beli masyarakat. Hingga Oktober 2024, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sekitar 53.993 pekerja terkena PHK, sebagian besar dari sektor manufaktur. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat, dengan prediksi mencapai lebih dari 70.000 pekerja yang kehilangan pekerjaan sebelum akhir tahun. Gimana kita nggak khawatir, kan?
Bantu UMKM di Jakarta Jadi Lebih Baik bersama Warung Makan Bu Suparti
Emang sih,daya beli masyarakat lagi menurun. Tapi kamu juga bisa ikut membantu UMKM di sekitarmu, loh! Caranya gampang banget! Yuk, bantu Warung Makan Bu Suparti agar semakin berkembang dengan mengikuti Challenge Bantu UMKM di Jakarta Jadi Lebih Baik bersama Warung Makan Bu Suparti. Dengan menyelesaikan Challenge ini kamu udah membuka donasi Rp25 ribu yang didanai oleh Wahyoo Ventures dan Yayasan Dunia Lebih Baik.
Donasi dari Challenge akan digunakan untuk pelatihan digital marketing, sehingga UMKM Warung Makan Bu Suparti bisa hadir di industri online dan memperluas jangkauan pelanggan. Yuk, selesaikan Challengenya dan bantu UMKM! 💙