#ForABetterWorldID

Dari Sastra, Perempuan Indonesia Bersuara

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers!

Kalau lagi suntuk, sumpek, dan capek, bawaannya pengen baca novel, cerpen, atau puisi. Kalian juga gitu, nggak? Setiap membacanya, pikiran yang awalnya jenuh dan suntuk, jadi lebih tenang. Emosi yang awalnya sesak dan bergejolak, menjadi rileks. Seolah sastra punya kekuatan magis untuk menghibur manusia.

Ketika ikut webinar “SASTRA(WAN) & KEDARURATAN” dari Odyssey, Champ jadi tau kenapa sastra punya kekuatan magis untuk menghibur manusia. Menurut Ilham Rabbani, selaku pemateri, bahasa sastra memiliki berbagai unsur, seperti diciptakan dari diksi dan majas yang menghasilkan keindahan bahasa dan menyimpan keterkejutan.

Selain bisa menghibur manusia dari kekalutan hidup, sastra berguna untuk menyampaikan pengetahuan. Bagi Aristoteles, sastra menjadi kerangka untuk memahami fenomena yang ada di kehidupan.

Champ jadi ingat sama karya Pramoedya, Perawan Dalam Cengkeraman Militer. Di novel itu, Pramoedya membuka mata kepada masyarakat, bagaimana liciknya Jepang dalam menindas remaja perempuan Indonesia.

Karya Pramoedya kalau Champ interpretasikan ulang, mengajarkan ke masyarakat untuk nggak merendahkan harkat dan martabat perempuan. Perempuan sebagai seorang manusia, sama dengan laki-laki, punya hak yang sama untuk hidup nyaman, aman, dan berdaulat.

Perempuan yang Melawan dari Kata-kata

Artinya, sebuah sastra bukan sebatas tulisan, diksi, dan tanda baca. Lebih dari itu, sastra menjadi ruang untuk menyuarakan ketertindasan perempuan. Laura Andri, dosen FIB Undip, menjelaskan kalau sastra punya peran untuk memperjuangkan sosok perempuan. Melalui sastra, bisa mengubah cara pandang masyarakat.

Dengan pentingnya sastra sebagai alat perjuangan perempuan, lahir lah perempuan-perempuan hebat. Di era reformasi, banyak penulis sastra perempuan. Kali ini Champ mau kenalkan Changemakers sastrawan perempuan dari Indonesia.


1. Muna Masyari



image

Sumber gambar: Dunia Santri

Muna Masyari merupakan nama pena dari Munawaroh Masyari. Perempuan yang berprofesi sebagai tukang jahit ini, lahir di Pamekasan, 26 Desember 1985. Muna Masyari telah melahirkan banyak karya sastra, terutama cerpen. Salah satu cerpennya berjudul Kasur Tanah mendapat penghargaan sebagai cerpen terbaik kompas tahun 2017.

Karya besar lain Muna Masyari, sebuah novel berjudul Damar Kambang. Sebagai perempuan Madura, di Damar Kambang mengisahkan tentang ketertindasan perempuan Madura. Ia mengisahkan, tentang perempuan Madura yang tak punya kesempatan untuk bersuara. Padahal ia memiliki keinginan untuk menentukan hidupnya.

2. Leila S. Chudori



image

Sumber gambar: The Jakarta Post

Ingat Leila, ingat Laut Bercerita. Betul, nggak? Masalah kualitas tulisan, Leila S. Chudori nggak usah diragukan lagi, deh. Perempuan yang lahir di Jakarta 12 Desember 1962, udah malang melintang di dunia kepenulisan. Bahkan, ketika usianya baru 11 tahun, cerpen Leila berhasil dipublikasikan di sebuah majalah.

Keren banget! Dulu Champ umur 11 tahun masih suka main layangan atau kelereng, hehehe.

Setelah kuliah, cerpen-cerpen Leila berhasil terbit di media-media besar, seperti Kompas dan Horison. Di tahun 2011, Leila mendapatkan penghargaan sastra dari Badan Bahasa.

Selain Laut Bercerita, karya lain yang bikin Champ kagum adalah buku kumpulan cerpen berjudul Malam Terakhir. Ada 9 cerpen di dalamnya. Ada banyak nilai yang bisa Champ dapatkan dari Malam Terakhir. Salah satunya, nilai tentang perempuan yang memiliki keberanian untuk bertindak dan mampu berpikir kritis. Penggambaran yang mengkritik kondisi sosial di masyarakat yang menganggap perempuan makhluk irasional dan lemah.

3. Laviaminora



image

Sumber gambar: Linktree

Laviaminora selain aktif menjadi penulis, ia merupakan seorang seniman. Karya utamanya, sebuah buku cerpen berjudul Kelam Kelamin. Kalau ditanya, “Bagaimana buku Kelam Kelamin?” Champ akan menjawab satu kata, BERANI!

Cerita di dalamnya banyak membahas tentang kekerasan seksual. Laviaminora, tak segan menggunakan bahasa yang vulgar dan sarkas. Secara keseluruhan, isi Kelam Kelamin menyuarakan isu kesetaraan di tengah kebudayaan patriarki masyarakat.

4. Noviana Kusumawardhani



image

image

Sumber gambar: BaliSpirit Festival 2018

Noviana Kusumawardhani seorang perempuan yang bekerja di bidang media kreatif. Tulisannya, udah melalang buana di media ternama, seperti Kompas dan Femina. Cerpennya berjudul Lelaki yang Membelah Bulan dipentaskan untuk tari di GEOK pada tahun 2010. Di tahun 2011, cerpennya berjudul Rongga terpilih sebagai cerpen pilihan pembaca Kompas.

Champ pernah membaca cerpen Noviana Kusumawardhani berjudul Pemanggil Bidadari. Ceritanya begitu imajinatif, mengisahkan seorang bidadari yang akan memberikan harapan pada masyarakat di sebuah desa. Bidadari akan datang saat melakukan ritual pemanggil bidadari. Nggak semua orang bisa memanggil bidadari, hanya Simba Ibu dan si aku (perempuan).

Membaca cerpen itu, Champ melihat besarnya ketulusan perempuan yang rela berkorban untuk kebahagiaan orang lain.



Ginvoice, Mendukung Perlawanan Terhadap Penindasan Perempuan

Dari karya-karya sastrawan perempuan Indonesia, kita melihat jika perempuan punya peranan penting untuk perubahan hidup yang lebih baik. Perempuan punya seribu cara untuk menciptakan perubahan hidup yang lebih baik. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ginvoice.

Pada 8 Oktober kemarin, Ginvoice mengadakan acara Women of Faith and Culture Fair. Acara yang diadakan untuk meneruskan semangat api perjauangan perempuan dalam membangun negeri.

Women of Faith and Culture diisi dengan berbagai acara, mulai diskusi, penampilan seni, dan pameran seni & budaya. Diskusi yang dilakukan mengangkat tema Menjaga Iman, Melestarikan Budaya: Potret Perempuan Masa Kini. Seni yang ditampilkan berupa akustik, tari kontemporer, dan puisi perjuangan perempuan. Sedangkan pameran seni dan budaya memperlihatkan tantangan, perjuangan, dan kekuatan perempuan lintas iman & budaya dalam membangun negeri.

Nggak berhenti di sana, Ginvoice meluncurkan Challenge Perempuan Berdaya Series. Challenge yang mengajak kamu untuk melawan kekerasan terhadap perempuan. Akibat kekerasan, kreativitas perempuan mengalami pembungkaman.

Yuk, ikut dan selesaikan Challenge Perempuan Berdaya Series. Mari lawan kekerasan terhadap perempuan. Dengan menyelesaikan Challenge, kamu akan membuka donasi sebesar Rp20 ribu yang didanai Search for Common Ground. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk event Women of Faith and Culture Fair 2024. Yuk, ikut dan selesaikan sekarang juga!



Referensi:

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/tokoh-detail/3354/leila-s.-chudori

Masyari, M. 2020. Damar Kambang. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Chudor, L.S. 2024. Malam Terakhir. Jakarta: kepustakaan Populer Gramedia

Laviaminora. 2020. Kelam Kelamin. 2020. Yogyakarta: Interlude

Bisri, A.M., Noor, A.,Atmowiloto, A., Darma, B., Utari, D.R., Dwicipta, Amir, E., Sudarta GM., Alam, G., Tranggono, I., Adnyana, K., Christanty, L., Aleida, M., Zainal, M., Pasaribu, N.E., Kusumawardhani, N., firly, S., Ajidarma, S.G., Triwikromo, T. 2014. Laki-laki Pemanggul Goni. Jakarta: Kompas

https://suluhperempuan.org/2024/10/13/sitti-anira-kanaha-sastra-dan-perlawanan-perempuan.html

https://www.rri.co.id/hobi/646578/wajah-perempuan-dalam-karya-sastra


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone