Hai, Changemakers!
Apa yang kamu tanam adalah apa yang akan kamu dapat di masa depan. Apakah kamu setuju? Kalau Champ setuju banget. Dari apa yang biasa kita lakukan hari ini, dampaknya akan terasa di masa depan. Sama seperti pengalaman Champ yang bisa menulis karena lima tahun sebelumnya memaksakan diri buat menulis dan membaca.
Begitu juga di tingkat anak-anak, pembiasaan positif perlu dilakukan. Orang tua tak harus memaksakan anak melakukan tindakan positif. Cukup berangkat dari diri orang tua. Kalau mau anaknya suka membaca, orang tua juga harus rajin membaca atau membacakan buku pada anaknya.
Ironi Orang Tua dalam Literasi
Ironisnya, orang tua di Indonesia masih acuh buat membacakan buku kepada anaknya.
Sesuai dengan riset Tanoto Foundation yang bekerja sama dengan School of Parenting dari Februari sampai Maret 2023 di Jakarta, Pandeglang, dan Kupang. Riset berfokus tentang bagaimana praktik orang tua dalam mengasuh anak.
Salah satu hasilnya: sebesar 56,6 persen orang tua nggak pernah membacakan buku pada anaknya. Hanya 21,4 persen responden yang membacakan buku pada anaknya.
Sama halnya dengan laporan Badan Pusat Statistik tahun 2023, persentase orang tua membacakan buku masih 11,12 persen dan 17,21 persen anak dibacakan buku cerita/dongeng. Orang tua lebih sering mengajarkan anaknya belajar makan dengan angka 90,59 persen.
Dari angka itu, kita nggak perlu kaget kalau anak-anak malas membaca. Soalnya rasa suka anak-anak pada sebuah objek, berasal dari pembiasaan. Mengutip Detik, Ratih Zulhaqqi, Pengasuh Konsultasi Psikologi Anak dan Remaja, mengatakan orang tua kerap memaksa anak untuk suka baca. Tapi di satu sisi, orang tuanya malas membaca. Idealnya, anak-anak mengenal buku bersama orang tuanya.
Selain membatasi anak untuk membuka diri pada buku, ada dampak negatif lainnya dari sikap orang tua acuh membacakan buku pada anaknya. Anak bisa mengalami keterbatasan imajinasi. Bersumber dari Olenka, Vera Itabiliana Hadiwidjojo seorang Psikolog Anak dan Remaja, menjelaskan kalau orang tua membaca buku bersama anak, bisa merangsang imajinasi.
Lebih lanjut, masih banyak manfaat lainnya. Seperti, memperkaya kosa kata, menambah wawasan, sampai membangun kehangatan.
Pengalaman dari Mendengarkan Dongeng
Argumen Vera Itabiliana Hadiwidjojo benar banget. Champ jadi ingat pas dulu dibacakan dongeng Si Kancil.Diceritakan si kancil adalah binatang yang cerdas dengan seribu cara untuk mendapatkan tujuannya.
Suatu waktu, si kancil memanggil buaya. Si kancil mengatakan kalau ia punya banyak daging. Mendengar si kancil, buaya memanggil teman-temannya. Ketika buaya membentuk barisan untuk mendapat daging, si kancil malah menjadikan tubuh buaya buat menyebrang. Setelah menyebrang, si kancil mengatakan kalau hanya mau nyebrang saja.
Setelah mendengarkan dongeng Si Kancil, Champ jadi berimajinasi, betapa sakitnya dibohongi; betapa jahatnya seorang pembohong.
Sumber gambar: Tirto
Champ juga belajar tentang pentingnya menghargai dan menjaga orang lain dari dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih. Awal kisah, ibu bawang putih meninggal dunia. Lalu ayah Bawang Putih nggak tega meninggalkan anaknya untuk berdagang. Akhirnya ayah bawang putih memutuskan untuk menikah dengan perempuan yang udah punya anak dan suaminya meninggal. Anak itu bernama Bawang Merah.
Setelah ayah Bawang Putih menikah dengan ibu Bawang Merah, Bawang Putih diperlakukan kejam. oleh ibu tiri dan Bawang Merah. Kalau ayahnya datang, Bawang Putih diperlakukan baik. Hal itu dilakukan terus sampai ayahnya meninggal dunia. Waktu ayahnya meninggal, Bawang Putih semakin diperlakukan kejam dan nggak adil.
Setelah mendengarkan dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih, Champ jadi mikir, betapa nggak enaknya diperlakukan nggak adil.
Alasan Orang Tua Nggak Membacakan Buku
Dengan pentingnya membacakan buku buat anak, tapi kenapa orang tua malas buat membacakan buku pada anaknya?
Faktor terbesarnya, nggak punya waktu. Di era industri dan serba tak pasti, orang tua lebih fokus untuk memenuhi ekonomi keluarga. Sehingga lebih memilih untuk bekerja jor-joran yang berakibat pada energi terkuras dan waktu bersama anak terbatas.
Nggak seutuhnya salah! Dalam keluarga, ekonomi memang menjadi modal penting menyambung hidup. Tapi alangkah lebih baik kalau orang tua tak boleh lalai untuk meluangkan waktu untuk membacakan buku pada anaknya. Bisa sebelum tidur. Atau jika memang nggak ada waktu, bisa menyempatkan sekali dalam seminggu.
Alasan lain, orang tua menjadi korban dari budaya populer dengan asyik menghabiskan sisa waktunya bermain media sosial. Lalu anak ikut “dirawat” oleh teknologi, bernama HP dan televisi. Jika teknologi telah memberangus kehangatan hubungan orang tua, maka di sana literasi hanya menjadi semu belaka.
Jika keadaan udah begitu, sekolah sudah saatnya menjadi agen agar anak-anak tak kehilangan spirit membaca sepenuhnya.
Sekolah yang mendorong literasi anak dilakukan oleh TK Hidayatul Firdaus, Jakarta Timur. Kamu bisa membantu program literasi dari TK Hidayatul Firdaus dengan ikut Challenge Tingkatkan Minat Baca Anak dengan Bantu TK Islam Hidayatul Firdaus Jakarta Timur Mendapatkan Buku Gratis. Dengan menyelesaikan 3 aksi, kamu akan membuka donasi Rp25 ribu yang didanai Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang terkumpul akan digunakan memberikan buku gratis kepada murid TK Islam Hidayatul Firdaus. Yuk, bantu anak-anak gemar membaca!
Referensi:
https://www.antaranews.com/berita/4374839/512-persen-balita-indonesia-belum-memiliki-buku-cerita
https://www.tribunnews.com/nasional/2024/04/07/566-persen-orang-tua-di-indonesia-tidak-pernah-bacakan-buku-ke-anaknya
https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-2856709/ketika-anak-harus-cinta-buku-padahal-orang-tua-tak-suka-membaca
https://olenka.id/psikolog-sebut-membacakan-buku-efektif-perkuat-bonding-orang-tua-dan-anak-cek-5-tipsnya-berikut-ini/all
https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/23779/orang-tua-jarang-bacakan-buku-pada-anak-literasi-ri-rendah