#ForABetterWorldID

Sikap Humanis Gus Dur dan Cak Nun Mengenai Natal

profile

campaign

Update

​Hai, Changemakers!

Selamat merayakan Natal bagi teman-teman yang merayakan. Selamat berkumpul bersama keluarga dan orang tersayang.

Kamu setuju nggak kalau perayaan Natal di Indonesia seharusnya menjadi momentum untuk merefleksikan diri mengenai toleransi? Mengingat, masih masifnya konflik dan penyingkiran kepada umat Kristiani di Indonesia. Bahkan, sampai dari aspek bahasa sekalipun, terjadi konflik. Champ masih sering menemukan larangan umat Islam mengucapkan Selamat Natal.

Di tengah kemelut toleransi, sebenarnya Indonesia punya tokoh yang berpikiran terbuka terhadap Natal. Tokoh itu bernama Abdurrahman Wahid, atau akrab dipanggil Gus Dur.

Sikap Enjoy Gus Dur Mengenai Natal


image

Sumber gambar: Kumparan

Keterbukaan Gus Dur terhadap Natal bisa dilihat ketika beliau menghadiri perayaan Natal nasional pada 27 Desember 1999. Di hadapan ribuan umat Kristen, Presiden keempat Indonesia menyampaikan orasi yang begitu bermakna.

“Saya adalah seorang yang meyakini kebenaran agama saya. Tapi ini nggak menghalangi saya untuk merasa bersaudara dengan orang yang beragama lain di negeri ini, bahkan dengan sesama umat manusia. Sejak kecil itu saya rasakan, walaupun saya tinggal di lingkungan pondok pesantren, hidup di kalangan keluarga Kiai. Tapi nggak pernah sedetik pun saya merasa berbeda dengan yang lain,” ucap Gus Dur mengutip dari Islami.

Gus Dur juga yang memprakarsai tradisi Banser (tentara Nahdliyin) untuk menjaga gereja saat perayaan Natal. Tradisi yang terbentuk pada tahun 1966. Kisah bermula saat salah satu anggota Ansor (organisasi kepemudaan NU) bertanya kepada Gus Dur tentang hukum menjaga gereja.

Gus Dur menjawab, niatkan menjaga Indonesia kalau nggak mau menjaga gereja. Karena gereja ada di Indonesia. Artinya, ia bagian dari tanah air. Nggak boleh ada yang mengganggu tempat ibadah agama apa pun di Indonesia.

Di tahun yang sama, Gus Dur meminta Banser untuk menjaga gereja. Perintah Gus Dur bermula karena adanya konflik massa di Situbondo yang berakibat pada pengrusakan gereja.

Jejak peninggalan toleran Gus Dur terhadap Natal, bisa dilihat dalam tulisannya yang terbit di Suara Pembaruan tahun 2023. Waktu berada di Yerusalem, Gus Dur menulis artikel berjudul Harlah, Maulid, dan Natal. Di dalam tulisannya, Gus Dur menjelaskan jika peristiwa kelahiran Isa al-Masih sebagai cikal perayaan Natal bisa dilihat sebagai peristiwa teologi.

Bagi Gus Dur, jika umat Islam merayakan Natal, merupakan bagian dari perwujudan menghormati utusan Allah, yakni Nabi Isa.

Adem banget ya membaca sikap dan pikiran Gus Dur yang terbuka terhadap Natal.



Sentilan Cak Nun Mengenai Larangan Mengucapkan Natal


image

Sumber gambar: Populis

Keterbukaan pikiran dan sikap terhadap Natal juga diperlihatkan oleh Cak Nun. Mungkin nama Cak Nun ngga sefamiliar Gus Dur. Tapi kalian tau dengan Sabrang, itu loh, vokalis band Letto? Kalau kalian tau, Sabrang merupakan anak dari Cak Nun.

Cak Nun punya nama lengkap Emha Ainun Nadjib. Pada masa Orde Baru, Cak Nun lantang mengkritik Soeharto. Cak Nun dikenal sebagai penulis dan budayawan. Beliau memprakarsai pengajian bernama Sinau Bareng. Pengajian yang bertujuan menciptakan keadilan sosial.

Cak Nun dikenal dengan pemikirannya yang tajam, tapi sederhana dan mudah diterima orang banyak. Beliau juga dikenal dengan sikapnya yang egaliter.

Sikap egaliternya diperlihatkan ketika beliau menjelaskan kalau mengucapkan Natal bagi umat Islam sebagai gambaran hubungan romantis antarumat. Menurut Cak Nun, mengucapkan natal merupakan bentuk dari ibadah muamalah, ibadah sesama manusia. Kalau orang Islam mengucapkan Natal, nggak berarti menjadi bagian dari Kristen.

Beliau memberi logika menyentil, kalau kita menyapa kambing dengan “embek”, apakah kita menjadi kambing? Tidak. Kita hanya menyapa. Menyapa harus dengan bahasa mereka, menurut Cak Nun.

Bukan cuman itu. Cak Nun pernah membuat gebrakan karena melantunkan selawat dengan nada Malam Kudus, lagu yang identik dengan umat Kristen. Apa yang dilakukan Cak Nun memberi pelajaran agar kita menjalani agama pada tataran substansi.

Jadi, apakah masih pantas menilai buruk perayaan Natal? Bukankah sikap toleransi lebih indah untuk dilakukan daripada keinginan menyingkirkan perayaan agama lain?

Kamu bisa belajar arti penting toleransi dengan ikut Challenge dari kampanye #ProjectSHIFT. Ambil Challengenya dan raih manfaat baiknya!



Referensi:

https://nursyamcentre.com/artikel/horizon/gus_dur_natal_dan_masa_depan_beragama

https://news.detik.com/berita/d-3379482/gus-dur-dan-tradisi-banser-amankan-gereja-saat-natal

https://islami.co/gus-dur-dan-penghormatan-terhadap-natal/

https://news.okezone.com/read/2015/12/24/510/1274069/cak-nun-ucapan-selamat-natal-bentuk-kemesraan-umat

https://www.fimela.com/lifestyle/read/2398294/selawat-cak-nun-dengan-nada-malam-kudus



heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone