Hai, Changemakers!
Di Jumat sore ketika langit sedang mendung, Champ mengobrol dengan Yogi Riyanto yang menjabat sebagai Project Leader Pengabdian Masyarakat Indonesian Youth Action (IYA). Yogi udah 3 bulan di IYA. Tugasnya menjalankan berbagai program kerja yang berkaitan dengan dalam negeri.
Perbincangan Champ dengan Yogi bukan sekadar basa-basi. Champ penasaran seputar kampanye #CegahStunting yang dijalankan oleh IYA. Soalnya performa Challenge dan kegiatan screening film mengenai isu stunting berjalan baik.
Alasan IYA Tertarik Ikut Kampanye
Di awal cerita, Yogi menjelaskan alasan IYA tertarik mengikuti kampanye #CegahStunting. Pertama, IYA udah sering berkontribusi terhadap persoalan stunting ke masyarakat.
Kedua, IYA melihat ada kesempatan bagus terkait penyebaran isu stunting dengan mengikuti kampanye #CegahStunting. Karena di kampanye tersebut, target audiensnya adalah anak muda, khususnya mahasiswa. Sehingga bisa memperluas pengetahuan stunting ke berbagai usia di masyarakat.
Dua alasan besar yang membuat IYA punya komitmen menjalankan kampanye. Dengan komitmen untuk berkontribusi pada masalah stunting, IYA aktif mempromosikan Challengenya. Caranya dengan menyebarkan ke tim internal dulu. Kemudian dibagikan ke alumni yang pernah bergabung ke kegiatan IYA.
Nggak lupa juga, kata Yogi, promosi melalui media sosial dengan konten IG, seperti membuat story dua hari sekali.
Mengatasi Kesibukan Tiap Anggotanya
Kelihatannya yang dilakukan IYA, terlihat mudah. Tapi, realitanya tak seindah itu. Soalnya, tim IYA kebanyakan mahasiswa yang punya kesibukan masing-masing.
Kata Kak Yogi untuk menghadapi tantangan kesibukan, setiap orang harus punya kesadaran akan komitmennya. Sadar atas tanggung jawab dan tujuan yang ingin dicapai.
Kak Yogi juga sadar kalau manusia punya batasnya. Kalau sedang capek, anggota IYA bisa rehat. Soalnya kalau capek, terus dipaksakan, nggak maksimal juga. Kalau ingin rehat, harus dikomunikasikan terlebih dahulu.
Riuh Redam Kegiatan Screening Film
Tantangan lain yang harus dihadapi IYA, ada di kegiatan screening film. Soalnya waktunya mepet dan anggotanya sedikit. Untuk menghadapi tantangan waktu yang mepet, tim rajin untuk rapat. Kemudian melakukan analisis masalah untuk menemukan solusi. Beruntungnya, IYA didukung oleh founder dengan aktif memberikan masukan.
Kerja keras IYA membuahkan hasil. Karena kegiatan screening film berjalan baik dan sesuai target. Meskipun ada rasa ketar-ketir. Yogi bercerita kalau, di hari H, diguyur hujan. Sempat ada keresahan, khawatir peserta sedikit yang datang. Kekhawatiran lainnya, masalah tempat. Soalnya tempat yang digunakan kecil. Khawatir membuat peserta nggak nyaman.
Pada pelaksanaannya, rasa khawatir yang ditakutkan, nggak terjadi. Ketika waktu dimulai, peserta berdatangan. Peserta juga merasa puas dari hasil feedback.
Di obrolan terakhir, Champ mengajukan dua pertanyaan ke Yogi, terkait penggunaan donasi dan harapan kepada pemerintah dalam penyelesaian stunting.
Terkait donasi, uang akan digunakan untuk program Indonesian Youth Action. Besar kemungkinan akan difokuskan pada masalah stunting, seperti tujuan awal. Tapi nggak menutup kemungkinan juga digunakan untuk permasalahan sosial lainnya. Sesuai dengan kondisi di lapangan.
Sedangkan harapan Indonesian Youth Action kepada pemerintah, agar bisa memperhatikan masalah stunting di wilayah 3T. Pemerintah bisa membantu dari segi ilmu atau mater. Memang nggak mudah. Meski begitu, pemerintah bisa kolaborasi dengan lembaga/NGO yang punya fokus pada isu stunting.
Semangat IYA, bisa kamu tiru untuk ikut berkontribusi menyelesaikan stunting di daerahmu. Tapi kamu harus paham dulu mengenai stunting. Caranya dengan ikut Challenge AYO BANTU INDONESIA BEBAS DARI STUNTING.