#ForABetterWorldID

Dari Pemikiran Baudrillard, Bisa Kok Terapin Frugal Living!

profile

campaign

Update

​Hai, Changemakers!

Gimana keuangan di 2024? Aman atau boncos? Kalau boncos, coba refleksikan lagi, uang yang dikeluarkan memang benar buat kebutuhan kenyataan hidup atau untuk kenyataan bukan kenyataan?

KENYATAAN BUKAN KENYATAAN! Gimana maksudnya? Champ coba kasih ilustrasi mengenai kenyataan bukan kenyataan. Psttt, dari fakta ini kamu juga bisa melakukan hidup frugal living, loh. Frugal living secara sederhana sering dimaknai sebagai gaya hidup hemat atau irit terhadap pengeluaran agar dapat menabung lebih banyak.

Dunia yang Tak Nyata

Ilustrasi tentang kenyataan bukan kenyataan ketika kamu bermain game online perang, Kamu merasa berada di permainan itu. Bahkan kamu tersulut emosi. Nggak jarang, kamu rela mengeluarkan uang untuk membeli emblem dan pernak-pernik lainnya agar tokoh permainanmu jadi lebih kuat

Contoh lebih dekat, waktu tahun politik di Indonesia, kita kerap disuguhi politikus yang bersikap religius. Mereka menggunakan ruang ibadah, pakaian agama, dan waktu ibadah untuk menggambarkan dirinya sebagai orang religius. Dengan penggunaan ruang ibadah, pakaian agama, dan waktu ibadah, kita menjadi percaya kalau mereka memang religius.

Pertanyaannya, bagaimana bisa kita masuk ke dunia game online seolah itu adalah kenyataan? Bagaimana bisa kita menganggap para politikus yang berpenampilan religius memang religius? Karena kita terjebak pada kenyataan palsu. Atau dalam pemikiran Jean Baudrillard disebut hiperealitas.

Jean Baudrillard: Pemikir yang Mendobrak Permainan Ekonomi

Bagi sebagian orang, nama Baudrillard masih asing. Laki-laki yang berasal dari Prancis itu memiliki sumbangsih besar bagi ilmu sosial dan humaniora. Baudrillard mengembangkan teori budaya postmodern dengan konsep simulacra dan hiperrealitas.


image

Simulacra dan hiperrealitas menyebabkan manusia modern menjadi konsumtif. Bagaimana bisa terjadi?

Bagi Baudrillard, manusia terjebak pada dunia simulasi. Dunia simulasi dibentuk melalui permainan tanda. Permainan tanda menumbuhkan sikap narsistik (ingin diakui orang lain) pada seseorang. Permainan tanda dibuat dengan sifat yang melebih-lebihkan.

Kamu bisa melihatnya dari iklan rokok. Kebanyakan iklan rokok menggambarkan sosok laki-laki yang kuat, gagah, dan pemberani. Kehadiran penggambaran iklan yang maskulin, menarik minat laki-laki untuk merokok. Dengan sebuah rokok, laki-laki ingin terlihat maskulin.

Biar lebih paham, bisa kamu lihat iklan deodorant. Iklan deodorant menggunakan tanda berupa sosok yang aktif bergerak, tapi ketiak tetap kering dan wangi. Melalui tanda tersebut membuat kita yang melihat iklannya ingin membeli deodorant agar ketika ketemu orang lain lebih percaya diri.

Sehingga menurut Baudrillard, nilai ekonomi bukan lagi sebatas nilai guna dan nilai tukar, tapi juga ada nilai simbol.

Apa perbedaan nilai guna, nilai tukar, dan nilai simbol? Jadi maksudnya gini, nilai guna, aku membeli pulpen untuk menulis. Nilai tukar, untuk bisa membeli pulpen, aku harus membelinya dengan uang Rp2 ribu. Nilai simbol, agar terlihat seperti bos, aku membeli pulpen yang seharga Rp100 ribu.



Nilai simbol itu yang menjadi dasar seseorang membeli sebuah produk saat ini. Kenapa masyarakat lebih senang ngopi di kafe daripada di warung kopi? Bukankah ketika di warung kopi, kita bisa sama-sama minum kopi, bahkan kualitas kopinya sama? Karena yang ingin dikonsumsi bukan sebatas kopi aja, melainkan simbol. Kafe sering dianggap sebagai ruang mewah, sehingga kita bisa dinilai lebih berkelas.


image

Kenapa Kita Terjebak dalam Nilai Simbol?

Tapi gimana kita bisa terjebak pada nilai simbol? Ada dua faktor menurut pemikiran Baudrillard. Pertama, tanda berasal dari objek nyata dan dekat dengan kehidupan, sehingga kita nggak sadar kalau terjadi manipulasi kenyataan di dalamnya.

Coba kamu lihat iklan kafe. Tanda yang digunakan sebagai pemasaran bersifat nyata dan dekat sama kehidupan: orang bawa laptop, orang memainkan HP, menggunakan baju formal, memakai aksesoris mewah, digunakan tempat rapat. Sehingga kita nggak sadar, kalau di balik itu ada manipulasi yang dibentuk.

Kedua, kelas atas yang memiliki kepentingan ekonomi melakukan distribusi informasi melalui media massa dan sosial. Artinya, teknologi membuat masyarakat semakin terpendam pada dunia tanda. Baudrillard mengatakan jika teknologi menghasilkan “massa bungkam” karena membuat rasio menjadi terganggu.

Fenomena seseorang yang “menghamba” pada nilai simbol masif terjadi sekarang. Misal ketika punya uang banyak, lebih memilih liburan ke Korea Selatan dengan pengeluaran besar dibandingkan di dalam negeri. Salah satu penyebabnya karena termakan manipulasi tanda dari drama Korea. Di drakor, kerap menampilkan adegan sisi kemewahan dan keindahan Korea Selatan. Ditambah lagi, wacana di media sosial, kalau udah ke Korea Selatan akan dicap penggemar K-pop sejati. Kembali lagi, apakah sikap memilih liburan ke Korea Selatan benar kebutuhan atau FOMO belaka?



Mengambil Pelajaran dari Pemikiran Baudrillard

Dari pemikiran Baudrillard, apa yang bisa dipetik?

Pertama, jangan mudah dibohongi sama tayangan yang penuh manipulasi tanda. Sehingga kita bisa membedakan mana dunia yang nyata atau palsu.

Kedua, gunakan rasio untuk berpikir. Fahruddin Faiz dalam buku Filsafat Kebahagiaan menjelaskan kalau penggunaan rasio, penting bagi manusia agar terhindar dari nafsu karena nafsu manusia nggak punya batas. Untuk membatasi nafsu, gunakan rasio agar tepat mengambil keputusan.

Ketiga, jangan haus pengakuan orang lain. Sisa uang tinggal Rp5 juta, tapi demi mendapat pengakuan orang lain, rela membeli barang yang harganya di atas Rp5 juta. Lebih baik menjadi manusia otentik, manusia yang tau takaran hidupnya.

Untuk terlepas dari manipulasi tanda, menggunakan rasio, dan menjadi manusia otentik, seolah terlihat gampang. Tapi kalau dipraktekan susah. Butuh kebiasaan untuk melawan budaya mayoritas. Jangan gampang FOMO. Jangan mudah haus prestise.

Meski nggak mudah, coba pelan-pelan agar menjadi manusia yang nggak konsumtif. Kamu bisa melatihnya dengan menumbuhkan nilai sosial. Coba deh ikut berbagai Challenge dari kampanye #BantuSekolahYuk2!



Referensi:

Haryatmoko. 2016. Membongkar Rezim Kepastian: Pemikiran Kritis Post-Strukturalis. Yogyakarta: Kanisius

Baudrillard, J. 2021. Dalam bayang-bayang mayoritas yang bungkam. Yogyakarta: Circa

Faiz, F. 2023. Filsafat Kebahagiaan: Dari Plato, via al-Farabi dan Al-Ghazali, sampai Ki Ageng Suryomentaram. Bandung: Mizan

Oktavianingtyas, Seran, A., Sigit, R.R. 2021. Jean Baudrillard and His Main Thoughts. Propaganda, Volume 1 Nomor 2



heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone