#ProjectSHIFT

Kenal lebih dekat Museum Kebudayaan Tionghoa Bandung

profile

sfcgindonesia

Update

​“Ternyata perjalanannya panjang dan banyak Tokoh-tokoh Tionghoa keturunan Indonesia yang berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.”, ungkap Farhan, Ketika mengikuti kegiatan Tur Museum Kebudayaan Tionghoa di Jl. Nana Rohana No. 37 Kota Bandung. Tiga kilometer dari Masjid Agung Bandung. 

Sabtu siang itu hujan turun cukup deras di kota Bandung. Farhan dan 75 pemuda lainnya berkumpul di lantai 3 yang menjadi Galeri museum. Ko Akiun dan Ko Agun, fasilitator dari Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) Bandung menyiapkan galeri untuk kegiatan Tur. Para peserta kemudian berbaris rapi memasuki ruang museum. Galeri yang dipenuhi foamboard itu menampilkan catatan-catatan sejarah yang dikumpulkan sedemikian rupa. Tur museum kali ini diawali dengan sejarah kedatangan masyarakat Tionghoa di Nusantara. Ko Akiun, lelaki paruh baya itu semangat bercerita dengan suara lantang di Tengah kerumunan.

Di bagian dalam, foamboard menampilkan wajah dan nama-nama tokoh. Beberapa nampak tak asing. Lainnya tidak begitu dikenal. Barangkali karena beda generasi dan masih menggunakan nama Tionghoa. Menariknya di salah satu board, ada kisah walisongo. Siapa yang tidak kenal Walisongo. Sembilan tokoh muslim di Indonesia yang makamnya sering menjadi destinasi ziarah. Rupanya, beberapa wali songo merupakan keturunan Tionghoa. Hal ini menjelaskan bagaimana ornamen-ornamen Tionghoa berupa piring dan kramik ada di makam Sunan Gunung Djati Cirebon.


image

Peserta juga diajak mengenal kebudayaan Tionghoa yang mengalami akulturasi budaya. Kerumunan agak terkejut mengetahui bahwa Becak merupakan kata serapan dari bahasa Hokkien Be Chia yang artinya kereta kuda.

Di sesi kedua, ko Agun mengenalkan tokoh yang akrab dikalangan aktivis. Siapa lagi kalo bukan Soe Hok Gie. Pemuda keturunan Tionghoa yang idealismenya banyak menginspirasi para mahasiswa.

Tidak banyak yang tahu juga bahwa dalam pendirian Institut Teknologi Bandung ada jasa keturunan Tionghoa Bernama Phoa Keng Hek. Meskipun demikian, saya menjadi salah satu generasi Tionghoa yang tidak bisa menikmati Pendidikan Tinggi Negeri. Ungkap ko Hari, menanggapi antusias kami terhadap sejarah ini.

Masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa memang sering dihadapkan dengan diskriminasi rasial pada berbagai sektor di Indonesia. Termasuk perihal administrasi warga negara dan urusan Pendidikan Tinggi. Kontribusi mereka dalam kemerdekaan Indonesia, seringkali diabaikan dalam sejarah negara ini. Untuk itulah, Museum Kebudayaan Tionghoa ini hadir sebagai ikhtiar membangun kesalingan dan kehidupan harmonis masyarakat Indonesia yang beragam.

Melalui museum ini, 76 pemuda belajar memahami kehadiran masyarakat Tionghoa dan kontribusinnya dalam membangun peradaban dan kemerdekaan di Indonesia.



heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone