#ForABetterWorldID

Viral! Ada “Bendera Merah” dalam Isu Kim Soo Hyun

profile

campaign

Update

​Hai, Changemakers! 

Dua minggu lalu, dunia K-Pop di media sosial diselimuti kosa kata keindahan karena Carmen, perempuan asal Bali itu berhasil debut di SM Entertainment. Eh sekarang malah berputar 360 derajat dengan minggu ini, dunia K-Pop di media sosial berubah menjadi mencekam akibat polemik yang menimpa Kim Soo Hyun. 

Kronologi Kim Soo Hyun Menjadi Sorotan

Sumbu polemik berawal dari Garesero Research Institute mengunggah rekaman suara bibi Kim Sae-ron di Youtube. Dalam rekaman suara itu, bibi Kim Sae-ron mengungkap bahwa Kim Soo Hyun menjadi penyebab kematian Kim Sae-ron pada 16 Februari 2025 lalu. 

Diketahui melalui pemeriksaan polisi, Kim Sae-ron meninggal akibat bunuh diri. Sebelumnya, bibi Kim Sae-ron juga bercerita ada perubahan fisik drastis pada tubuh ponakannya itu yang menunjukkan sedang mengalami tekanan. 

Salah satu tekanan yang terjadi pada Kim Sae-ron berawal pada Mei 2022. Ada sebuah momen, Kim Sae-ron mengemudi dalam keadaan pengaruh alkohol. Akibat berada dalam pengaruh alkohol, mobilnya menabrak kotak listrik yang membuat banyak toko mengalami kerugian. 

Akhirnya, Kim Soo Hyun membantu Kim Sae-ron untuk membayar uang ganti sebesar Rp700 juta won. Kalau dirupiahkan sebesar Rp7,9 miliar. Semenjak kejadian kecelakaan, Kim Sae-ron memutuskan rehat dari panggung entertainment karena mendapat cibiran dari berbagai kalangan yang membuatnya merasa tertekan. 

Tekanan Kim Sae-ron kian menggunung ketika Maret 2024, Kim Soo Hyun meminta ganti atas uang yang udah diberikan untuk membantu Kim Sae-ron. Penagihan tersebut dilakukan oleh agensi miliki Kim Soo Hyun. 

Tentunya, Kim Sae-ron merasa terkejut. Sebelumnya Kim Soo Hyun mengatakan untuk nggak perlu mengganti uang tersebut. Di tengah kejutan yang terjadi, Kim Soo Hyun mencoba komunikatif dengan menghubungi mantannya tersebut. Dia ingin menyampaikan jika akan membayar uang 700 juta won, tapi nggak bisa utuh dalam satu waktu. 



image

Sumber gambar: CNBC Indonesia

Sayangnya, Kim Soo Hyun nggak pernah mengangkat panggilan telepon dari Kim Sae-ron. Kim Sae-ron masih terus mengusahakan agar bisa berkomunikasi dengannya melalui nomor sepupunya. 

Seperti jatuh tertimpa tangga, panggilannya tak direspons, tapi nomor sepupu Kim Sae-ron disebar yang diyakini oleh pihak tim Kim Soo Hyun. Akibatnya, banyak wartawan yang menghubungi nomor tersebut. 

Selain ungkapan korelasi penyebab kematian Kim Sae-ron dengan Kim Soo Hyun–bibi Kim Sae-ron juga mengungkap keduanya pacaran sejak tahun 2015. Artinya, Kim Soo Hyun berpacaran dengan Kim Sae-ron saat usianya masih 15 tahun. Sedangkan usia Kim Soo Hyun udah 27 tahun. 

Ada yang Tetap Mendukung dan Mencibir Kim Soo Hyun

Meskipun Kim Soo Hyun melalui agensinya, yakni Gold Medalist membantah isu yang beredar dan ingin membawanya ke meja hukum. 

Dua sisi isu yang beredar, akhirnya terbentuk juga dua kubu netizen. Ada netizen yang mendukung Kim Soo Hyun. Bahkan, sampai membuat tagar: We stand with #KimSooHyun. 

Kendati begitu, banyak netizen memercayai apa yang dikatakan bibi Kim Sae-ron. Ada yang bilang dia sebagai pedofil. Lebih pedas lagi, mengatakan Kim Soo Hyun sebagai cowok red flag



image

Sumber gambar: tangkapan layar Instagram

Apa yang disampaikan netizen bahwa Kim Soo Hyun red flag, menjadi fakta. Bisa dilihat beberapa indikasinya. Pertama, memacari seorang anak di bawah umur. Kedua, melakukan penekanan untuk mengembalikan uang. Ketiga, nggak punya inisiatif melakukan komunikasi dengan baik. Keempat, menyebarkan nomor orang sembarangan. 

Red Flag: dari Kepribadian sampai Hubungan

Kalau becermin pada kenyataan, ada banyak orang lain yang bersikap red flag. Doktor Wendy Walsh, psikolog klinis, mengkategorikan orang red flag dengan ciri sulit mengontrol emosionalnya. Peneliti Gottman dan Silver mengidentifikasi tindakan red flag dicerminkan dari sikap ketiadaan rasa hormat pada orang lain dan nggak punya komunikasi baik. 

Pertanyaannya, kenapa bisa terbentuk kepribadian red flag pada seseorang? Mengutip dari Biro Psikologi Lestari, kepribadian red flag seseorang muncul dari lingkungan keluarga. 

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Meilinda Sutanto seorang family constellation. Dia menjelaskan jika seorang anak akan mencontoh perilaku dari ayah dan ibunya. Jika ayah dan ibunya punya tindakan dan ucapan yang toxic, maka si anak akan menirukan dan mempraktikkannya dalam hubungan.  



Bersumber dari Four Seasons Counseling melalui kacamata psikologi, menelaah penyebab seseorang menjadi red flag karena ketidakmampuan untuk keluar dari konstruksi budaya yang salah. Pemikiran kritis untuk meragukan sesuatu terlebih dahulu, menjadi modal penting agar nggak terjebak pada normalisasi budaya yang keliru. 

Apa yang akan terjadi kalau si red flag menjalin hubungan? Pastinya bisa membuat stres, kecemasan, dan depresi dalam sebuah hubungan. 

Tapi anehnya, kenapa ada orang yang merasa baik-baik aja, meski berada dalam relasi red flag? Jawaban menarik Champ dapatkan dari artikel Intuitive Healing, media yang membahas tentang psikoterapi. Dalam artikel itu menjelaskan, seseorang merasa nyaman dengan hubungan red flag karena rasa sakit yang ada terasa seperti keamanan. 

Ketika keluar dari hubungan yang “sakit” dan pergi menuju ke hubungan “sehat”, mereka khawatir merasa terasing. Karena penderitaan dan kesakitan yang dilumuri oleh manipulasi cinta, menciptakan fantasi kenikmatan, aman, dan nyaman. 

Artinya, untuk keluar dari hubungan red flag, tak semudah meneguk minuman dalam gelas. Kalau menurut psikolog klinis bernama Jennifer Kromberg, cara utamanya ada pada diri sendiri. Sebagai individu, kita harus percaya pada potensi yang dimiliki dan nggak boleh berbohong pada apa yang diinginkan. 

Setali dua tali, hubungan red flag sama membahayakannya dengan rokok. Keduanya sama-sama memberi racun pada kehidupan yang bisa membuat tubuh lunglai tak berdaya jika terus-menerus dirasakan. 

Biar bisa terhindari dari sikap red flag sejak dini, kita harus meningkatkan keterampilan sosial dan emosional. Keterampilan yang penting dibentuk di rumah dan juga sekolah. 

Yuk, bantu sekolah di Kudus untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosional. Kamu bisa ikut dan selesaikan Challenge Dukung Pembelajaran Berbasis SES Sosial Emosional Skills bagi Siswa di SD 4 Bulungcangkring. Dengan menyelesaikan Challenge, kamu membuka donasi Rp20 ribu yang didanai Bakti Djarum Foundation. Donasi digunakan untuk pembelajaran yang terintegrasi pada pengembangan sosial dan emosional. Yuk, ciptakan individu berkualitas! 



Referensi

https://trends.tribunnews.com/2025/03/12/4-bukti-perilaku-red-flag-kim-soo-hyun-yang-buat-netizen-kecewa-beda-jauh-dari-peran-di-dramanya?page=4 

https://tirto.id/cerita-lengkap-kim-sae-ron-dan-kim-soo-hyun-dari-awal-kasus-g9k4

https://biropsikologilestari.com/red-flag-dan-green-flag-dalam-relationship-panduan-psikologis-untuk-membangun-hubungan-sehat/#:~:text=Beberapa%20faktor%20psikologis%20yang%20dapat,dapat%20menjadi%20pemicu%20red%20flags. 

https://www.suaramerdeka.com/gaya-hidup/0413696008/faktor-keluarga-bisa-jadi-pemicu-seseorang-bertindak-red-flag-mengapa-demikian-begini-penjelasannya 

https://www.fourseasonscounselling.com/the-psychology-behind-missing-red-flags-in-relationships/ 

https://www.intuitivehealingnyc.com/blog/2020/9/23/the-science-behind-toxic-relationships-and-breaking-free#:~:text=Because%20the%20familiarity%20of%20the,they%20were%20entangled%20with%20love. 

https://www.psychologytoday.com/us/blog/inside-out/201308/relationship-red-flags-what-to-look-for-early-on




heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone