Hai, Changemakers!
Kemarin, makan malamnya udah empat sehat lima-satu, nggak? Empat sehat di sajian piring, lima-satu menggerogoti hati. Angka lima-satu, tiba-tiba aja menjadi angka yang bikin suporter Indonesia gundah gulana. Soalnya, Indonesia harus takluk melawan Australia dengan skor 5-1 dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kaki “sang kanguru” begitu kuat, hingga membuat pemain Indonesia kesulitan membobol gawang Australia. Kekalahan ini menjadi kejutan yang tak terduga. Pasalnya, masyarakat merasa optimis jika Indonesia akan mendapatkan tiga poin di Australia.
Tapi, fakta yang terjadi adalah Indonesia mengalami kekalahan telak. Kekalahan yang menurut pengamat sepak bola, Bruce Djite, menyimpan rasa heran. Menurutnya, sebenarnya permainan pemain Australia nggak impresif. Bisa dilihat dari data statistik, Indonesia lebih dominan dalam penguasaan bola.
Indonesia Kalah, #KluivertOut Menyeruak
Pada akhirnya, kekalahan telak yang menghantam Indonesia, membuat para suporter meluapkan kemarahannya di media sosial. Bahkan, muncul tagar #KluivertOut di media sosial X.
Ketika Champ menyelami tagar #KluivertOut, isinya penuh luapan kesal, marah, dan kekecewaan atas performa timnas di bawah asuhan Kluivert. Bahkan, ada gambar yang menggelitik dengan tulisan: STY bangun timnas dalam 5 tahun, namun Patrick menghancurkannya dalam 2x45 menit.
Sumber gambar: X (Ghindo_Koto)
Gambar menggelitik lainnya, muncul berupa gambar Shin Tae-yong, kemudian diberi tulisan “piye kabare? penak jamanku to?” Artinya, “gimana kabarnya? enak jamanku, kan?”
Sumber gambar: X (Abid.49)
Bukan cuman itu, netizen turut membandingkan performa Shin Tae-yong dengan Kluivert saat pertandingan berlangsung. Menurut netizen, ketika para pemain bertanding, Shin Tae-yong punya semangat berdiri di pinggir lapangan untuk memberikan arahan kepada pemainnya.
Tanggapan Shin Tae-yong dan Pengamat
Kritik netizen yang membandingkan antara Kluivert dengan Shin Tae-yong adalah kewajaran. Soalnya, pria asal Korea Selatan itu membangun timnas Indonesia dari bawah, hingga bisa menempuh babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Bahkan, bisa dibilang, Shin Tae-yong masih punya rasa memiliki kepada timnas Indonesia.
Buktinya, kemarin ketika laga melawan Australia, Shin Tae-yong ikut nobar di Universitas Atma Jaya, Jakarta. Mengutip dari Kompas, dia mengatakan, “Selalu ada Indonesia dan masyarakat Indonesia di hati.”
Mantan pelatih Indonesia itu, bukan sekadar menyaksikan jalannya permainan. Shin Tae-yong turut memberikan respons atas permainan Sang Garuda. Menurutnya, kekalahan Indonesia disebabkan oleh waktu persiapan yang minim. Kata Shin Tae-yong, pemain Indonesia udah bekerja dengan baik. Pressing depan juga baik. Cuman karena waktu latihan nggak banyak, man to man menjadi lepas.
Harus diakui, dalam pertandingan sepak bola, intensitas latihan menjadi modal penting untuk membangun chemistry antarpemain. Seperti yang disampaikan oleh M. Kusnaeni selaku pengamat bola yang menilai kekalahan Indonesia terjadi karena ketiadaan chemistry setelah adanya pergantian pelatih.
Kekalahan Indonesia, sebenarnya udah diprediksi oleh Rasiman, mantan pelatih Persis Solo. Dia menilai kalau Indonesia akan kesulitan melawan Australia. Soalnya, dari segi kedewasaan dan pengalaman, Indonesia tertinggal dengan tim Australia. Apalagi, Kluivert harus butuh adaptasi dengan tim. Kluivert juga dinilai baru memahami pertandingan sepak bola di kancah Asia.
Media Vietnam Turut Mengkritik Performa Indonesia
Bahkan, sorotan atas kekalahan Indonesia juga datang dari media asing Vietnam. Bongda.com menyebutkan jika kesalahan Kluivert harus dibayar mahal oleh Indonesia. Pasalnya, taktik dan pertahanan yang lemah, menjadikan Indonesia harus tumbang.
Sorotan media Vietnam lainnya, datang dari Tuoitre. Tuoitre berfokus pada kegagalan Indonesia mencetak gol saat mendapatkan hadiah penalti.
Di tengah kekalahan Indonesia, masyarakat bersikap pesimis bahwa Garuda bisa terbang ke Piala Dunia. Meskipun Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI menyikapi dengan optimis kalau Indonesia masih punya peluang lolos.
Tentu, Indonesia masih punya peluang untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Tapi ibaratnya, seperti lomba panjat pinang yang penuh dengan oli–untuk sampai ke puncak, tentu bisa–hanya saja kekompakan harus dibenahi dan butuh taktik yang taktis.
Masyarakat Indonesia akan selalu mendukung dan berdoa agar Garuda bisa terbang ke Piala Dunia 2026. Yuk, jaga terus kekompakan!
Kunci dari kekompakan adalah solidaritas. Kunci dari solidaritas adalah empati. Kunci dari empati adalah kepekaan terhadap sesama. Biar punya kepekaan terhadap sesama,kemampuan sosial dan emosional harus dibentuk sejak dini.
Yuk, dukung pembentukan sosial dan emosional anak Kudus dengan menyelesaikan Challenge Dukung Pembelajaran Berbasis SES Sosial Emosional Skills bagi Siswa di SD 4 Bulungcangkring. Nantinya, kamu akan membuka donasi sebesar Rp20 ribu yang didanai Bakti Djarum Foundation. Donasi akan digunakan SD 4 Bulungcangkring untuk pembelajaran yang terintegrasi dengan keterampilan sosial dan emosional.
Referensi:
https://www.metrotvnews.com/play/KZmCVxr7-pengamat-sebut-kekalahan-timnas-indonesia-gegara-chemistry-belum-terbentuk
https://www.liputan6.com/hot/read/5969560/sesuai-prediksi-pengamat-timnas-indonesia-kalah-besar-di-kandang-australia-dalam-kualifikasi-piala-dunia-2026?page=3
https://www.poskota.co.id/2025/03/21/shin-tae-yong-analisis-kekalahan-timnas-indonesia-dari-australia-minimnya-persiapan-jadi-faktor-utama
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20250320174406-142-1211232/pengamat-timnas-indonesia-pasti-heran-bisa-kalah-1-5-dari-australia
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20250321065042-142-1211360/media-vietnam-sorot-momen-indonesia-kalah-dari-australia