Hai, Changemakers!
Kehadiran ekstrakurikuler di sekolah bagai buah simalakama. Fungsinya penting agar peserta didik bisa menajamkan potensinya. Tapi, di satu sisi, kehadiran ekstrakurikuler hanya dijadikan formalitas oleh peserta didik. Ada yang pernah ngalamin hal ini?Tak sedikit anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler hanya untuk memenuhi nilai rapor.
Awalnya Champ mengira formalitas ekstrakurikuler hanya terjadi di sekitaran pendidikan Champ, ternyata hal serupa juga terjadi di SMP 2 Kaliwungu, Kudus. Kepala Sekolah SMP 2 Kaliwungu, Dra. Fitriani, menceritakan kondisi ekstrakurikuler di sekolahnya. Dari hasil temuan sekolah melalui laporan wali kelas, ditemukan pada tahun 2024 ada 227 murid nggak punya nilai ekstrakurikuler karena kehadirannya masih kurang.
Kurang dalam artian, mereka hanya datang ke kegiatan ekstrakurikuler hanya satu kali–paling banyak adalah tiga kali.
Data lainnya, ditemukan ada sekitar 30 persen murid masih belum yakin untuk menunjukkan empati mereka. Temuan lainnya, ternyata empati murid di SMP 2 Kaliwungu masih dinilai kurang. Misalnya adalah ketika guru memberi contoh, murid-murid sekadar melihatnya.
Dengan ceceran persoalan pelik yang terjadi, maka SMP 2 Kaliwungu mengambil inisiatif agar masalah nggak berlarut-larut. SMP 2 Kaliwungu melakukan program: Spendaka Chagiya.
Mungkin dari kamu mengira Chagiya adalah singkatan. Jawabannya, bukan. Chagiya adalah istilah asing yang berasal dari bahasa Korea. Arti dari Chagiya adalah sayang.
Ada banyak tujuan fundamental dalam kegiatan Spendaka Chagiya, yakni membimbing murid untuk mengenal potensinya. Dengan begitu, diharapkan para peserta didik dapat menumbuhkan potensinya dengan lingkungan yang nyaman dan gembira.
Bukan hanya tujuannya yang keren, tapi SMP 2 Kaliwungu membangun berbagai program yang kece abis. Pertama, melakukan metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis pengalaman, seperti diskusi kelompok, bermain peran, dan proyek kolaboratif.
Kedua, menggagas ekstrakurikuler yang mengintegrasikan kerja sama tim, empat, dan komunikasi yang efektif.
Ketiga, melakukan monitoring dan konseling agar bisa membantu permasalahan yang dihadapi murid, serta mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.
Keempat, memberikan pelatihan kepada guru dan staf tentang cara mengintegrasikan PSE ke pembelajaran, serta menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan sosial emosional siswa.
Kelima, membangun komunikasi yang terbuka antara pihak sekolah dengan orang tua.
Keenam, menerapkan kebijakan antiperundungan dan edukasi perilaku positif.
Enam serangkaian kegiatan yang tentunya tak mudah dan butuh biaya. Kalau kalian bertanya, gimana dengan sumber dananya? Sumber dana peningkatan potensi SMP 2 Kaliwungu nantinya berasal dari hasil donasi kampanye #TumbuhBersama–sebuah kampanye hasil kolaborasi antara Djarum dengan Campaign.
Selama mengikuti kampanye #TumbuhBersama, SMP 2 Kaliwungu memperlihatkan atensi yang serius. Tim Challenge SMP 2 Kaliwungu bergerak untuk mencari Supporter dengan membentuk grup bersama orang tua, memberi informasi kepada para guru. Selain itu, para wali kelas mengajak murid-muridnya untuk menyelesaikan Challenge.
Keseriusan SMP 2 Kaliwungu, bukan tentang uang donasi yang dihasilkan–mereka ingin agar peserta didiknya punya pemahaman akan potensinya untuk kebaikan jalan masa depannya.
Kamu bisa membantu SMP 2 Kaliwungu untuk mengarahkan dan meningkatkan potensi murid-muridnya dengan ikut Challenge Spendaka Chagiya Bantu Murid SMP 2 Kaliwungu Menemukan Potensi Diri untuk Meraih Prestasi. Melalui penyelesaian tiga aksi, kamu membuka donasi sebesar Rp20 ribu yang didanai Bakti Djarum Foundation. Donasi akan digunakan untuk rangkaian program Spendaka Chagiya. Yuk, bersama-sama mengarahkan potensi yang baik untuk murid SMP 2 Kaliwungu!
Location
