Ditulis oleh: MIM Al Tanbih
Akhir-akhir ini seringkali kita menemui berita tentang perundungan, tak hanya di lingkungan sekolah tapi sudah merambah hingga ke masyarakat. Kasus perundungan sendiri ini pun masih banyak terjadi di sekolah-sekolah, dengan memberikan dampak negatif bagi korban dan lingkungan sekolah. Padahal tujuan didirikannya sekolah agar menjadi tempat yang ideal bagi seseorang untuk mengasah kemampuan dan minat bakatnya.
Namun, pada kenyataanya sekolah sekarang sudah jauh berbeda dari yang diharapkan. Terlebih jika dalam lingkungan sekolah tersebut terdapat perilaku bullying yang sudah turun temurun. Guru dalam sebuah sekolah memegang peranan yang sangat penting untuk mencegah dan mengatasi perundungan yang terjadi. Akan tetapi, seorang guru terkadang tidak menyadari adanyan tindakan perundungan.
Makanya tak heran banyak orang tua yang membekali ilmu atau trik khusus agar anaknya terhindar dari perundungan. Mulai dari melaporkan ke guru ketika melihat temannya yang jahil, memanggil teman tapi bukan nama sebenarnya, hingga membalas perlakuan yang sama ketika saling bersinggungan, padahal awal mula hanya bercanda tapi lama kelamaan menjadi seperti adu otot.
Hal ini membuktikan bahwa kasus perundungan itu masih ada. Kasus bullying sendiri bisa melalui seksual, verbal, fisik maupun cyber bullying. Namun, yang sering terjadi dilingkungan sekitar yaitu verbal bullying. Apabila bullying verbal ini berlangsung secara continue maka akan mempengaruhi hubungan sosial atau interaksi antar teman. Maka dari itu pihak sekolah harus segera mencari solusi agar hal tersebut tidak terjadi lagi. Jangan sampai sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman untuk siswa malah berubah menjadi tempat yang sebaliknya bagi korban bullying.
Menurut PISA (2022) terdapat sekitar 25% siswa perempuan dan 30% siswa laki-laki menjadi korban perundungan. Hal ini berpengaruh pada rendahnya prestasi pelajar di Indonesia. Perilaku perundungan merupakan perilaku penyalahgunaan kuasa yang dilakukan secara berulang untuk menyakiti orang lain secara psikologis ataupun fisik.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa perundungan tidak hanya secara fisik tapi juga bisa secara verbal, relasional, seksual, dan cyber bullying. Namun, dari sekian banyak kasus bullying, yang sering terjadi di sekolah yaitu bullying secara verbal.
Melalui pertimbangan tersebut kami mengambil challenge ini agar semua tindakan bullying tidak ada lagi, dalam hal ini bukan berarti di sekolah kami ada bullying. Akan tetapi lewat siswa siswi MI Muhammadiyah Al Tanbih mengajak seluruh anak-anak baik di lingkungan sekolah, luar lingkungan sekolah maupun masyarakat untuk tidak melakukan bullying.
Berkaitan dengan kasus bullying sebenarnya banyak ditemui dilingkungan sekitar. Misalnya saja di kelas 5 ada siswa yang bernama Budi. Budi berasal dari Papua yang memiliki rambut keriting dan kulit hitam. Sebagian anak kelas 5 memanggil Budi bukan dengan namanya tapi dengan panggilan lain yaitu Si Hitam. Awalnya Budi hanya menanggapi biasa saja tapi lama kelamaan dia merasa tidak nyaman karena tidak hanya anak kelas 5 yang memanggilnya seperti itu, tapi sampai anak kelas 4 dan 6. Hal seperti ini sudah masuk ke dalam verbal bullying. Jika pihak sekolah tidak segera mengambil tindakan, dampaknya akan semakin besar. Komunikasi Budi dengan teman-temannya akan terganggu dan dia sudah tidak menemukan tempat yang nyaman di sekolah lagi. Biasanya kalau sudah seperti ini akan berujung anak tersebut pindah sekolah atau dampak terburuknya dia putus sekolah.
Kejadian seperti ini bisa dikatakan hampir ada di setiap daerah meskipun lebih banyak korban bullying yang diam dan tidak mau speak up. Maka dari itu, kami mengajak seluruh siswa-siswi MI Muhammadiyah Al Tanbih khususnya untuk mencegah adanya bullying. Pencegahan dimulai dari kesadaran dan kepedulian diri sendiri terlebih dahulu dan diterapkan ke lingkungan sekitarnya.
Kasus perundungan atau bullying seringkali memberatkan si pelaku dan meringankan si korban. Akan tetapi kita harus bisa menjadi penengah dengan cara mempertimbangkan dinamika dibalik perilaku bullying yang terjadi. Alasan si pelaku sampai melakukan tindakan tersebut.
Tak sedikit kasus bullying berawal dari rasa yang tidak aman dan pengaruh negatif dari lingkungan sekitar. Mungkin saja pelaku berasal dari keluarga yang kurang akan dukungan emosional atau bahkan pelaku sebenarnya korban bullying di masa lalu. Bullying juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan teman atau kelompok tertentu. Mungkin saja pelaku bullying sekedar mengikuti perilaku kelompoknya hanya untuk mendapatkan validasi atau pengakuan di kelompok tersebut. Pada kasus ini seharusnya pelaku mendapatkan bimbingan bagaimana mengembangkan empati dan cara berinteraksi yang baik dengan orang lain.
Akan tetapi bagaimanapun perilaku bullying tetap tidak dibenarkan untuk dilakukan. Cara mengatasi akar penyebab bullying seperti menumbuhkan budaya empati, memberikan dukungan bagi siswa-siswi yang merasa sedang berada dalam tahap kesulitan, dan meningkatkan kecerdasan emosional pada diri siswa-siswi. Untuk itu sekolah harus menciptakan lingkungan yang positif dan jauh dari perilaku bullying bagi semua pihak yang terlibat.
Bullying merupakan suatu masalah yang kompleks, tidak hanya memberikan dampak bagi pelaku dan korban tapi seluruh pihak sekolah juga berdampak. Dampak yang didaptkan dari perilaku bullying sangat mendalam terlebih akan berpengaruh ke psikologis dan emosional, karena hal ini akan meninggalkan luka yang tidak hanya sebentar, tapi memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyembuhkannya.
Akan tetapi jika kita memahami akar penyebab terjadinya bullying seperti trauma masa lalu, tekanan dari lingkungan sekitar, dan rasa yang tidak aman, pihak sekolah harus bisa menemukan strategi yang tidak hanya mendukung korban tetapi juga membantu mengatasi perilaku si pelaku bullying.
Solusi mengatasi bullying sendiri sangat beragam mulai dari menumbuhkan budaya empati, saling berkomunikasi secara terbuka, dan dukungan emosional. Maka dari itu, pentingnya para pendidik membekali siswa-siswi dengan berbagai macam cara alat untuk mengidentifikasi, mencegah dan mengintervensi bullying sejak dini. Apabila sekolah fokus pada pencegahan, pendidikan dan pemahaman maka akan terciptak lingkungan sekolah yang yang aman dan ideal bagi siswa-siswi tanpa adanya rasa takut bullying.
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama untuk memerangi bullying yang ada di sekolah. Memerangi bullying bukan hanya sekedar menghentikan perilakunya tetapi juga bagaimana kita membangun budaya sekolah dengan lingkungan positif, yang saling berempati dan cerdas emosionalnya. Mari dukung program ini melalui Challenge di bawah ini. 💙