Kehadiran virus Covid-19 membawa banyak perubahan gaya hidup pada masyarakat salah satunya adalah pada bidang pendidikan dimana banyak sekolah ditutup dan mengharuskan siswa belajar dari jarak jauh sehingga memunculkan asumsi bahwa siswa tidak akan mendapatkan hasil pendidikan yang maksimal.
Pendidikan yang dilaksanakan dari jarak jauh mengurangi intensitas interaksi antara pengajar dan pelajar sehingga hal ini menimbulkan ancaman terjadinya learning loss. Learning loss merupakan penurunan keterampilan atau pengetahuan pada anak secara akademis. Learning loss merupakan fenomena kehilangan motivasi belajar karena sedikitnya interaksi antara siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung.
Kami menyadari bahwa terdapat beberapa dampak yang dapat disebabkan dari fenomena learning loss pada pelajar, yaitu: 1) Penurunan kesejahteraan sosial emosional pelajar. Kurangnya interaksi sosial antara pelajar dan lingkungan sekitar karena terjadinya pembatasan ruang gerak selama pandemi mengurangi kemampuan pelajar dalam membangun hubungan sosial, mengambil keputusan, dan berempati terhadap sesama. Hal tersebut diperburuk dengan hadirnya fenomena learning loss dimana pelajar yang seharusnya diajarkan hal – hal tersebut di institusi pendidikan namun menjadi tidak mendapatkannya karena perubahan sistem belajar. 2) Penurunan motivasi belajar. Kemudahan yang didapatkan oleh pelajar selama pembelajaran jarak jauh mengurangi motivasi belajar pada diri pelajar karena tidak adanya dorongan untuk bertindak lebih dalam meraih penghargaan dalam belajar dan kurangnya kemampuan pelajar dalam berprestasi. 3) Penurunan interaksi dengan kawan sebaya.
Dampak dari pada learning loss itu sendiri masih nyata sampai hari ini. Di MIN Kudus Banyak kita jumpai peserta didik yang kehilangan motivasi belajar. Fenomena peserta didik yang datang di kelas tidak tahu apa yang sudah ia capai. Mereka tidak mengetahui apa yang menjadi kesulitannya selama pembelajaran. Mereka tidak paham apa yang seharusnya ditindak-lanjuti untuk pembelajaran berikutnya.
Tidak hanya itu, learning loss juga merambah kepada kerusakan tatanan emosi dan sosial. Hal ini bisa kita saksikan beberapa diantara peserta didik yang menormalisasi sikap moody, mood swing bahkan bullying. Kami melihat semua itu bermula dari buruknya kemampuan peserta didik dalam meregulasi emosi dan menata hubungan sosial yang baik.
Dalam bukunya Revelations in Education, Lori Desautels memberikan alternatif solusi atas maraknya fenomena learning loss ini dengan mengatakan; “we can’t address learning loss untill we meet our student in their emotional loss”. Bahwa pendidik tidak akan bisa mengentaskan permasalahan learning loss kecuali permasalahan emosi terselesaikan terlebih dahulu.
Inilah argumen paling rasional untuk kami membangun santri MIN Kudus dalam menggali potensi mereka dengan terlebih dahulu membangun kekuatan emosional dan sosial yang baik.
Ayo bergabung dengan kami. Sukseskan challenge #TumbuhBersama, Dukung Santri MIN Kudus Menggali Potensi, Mengelola Emosi dan Membangun Hubungan Sosial yang Baik.