Ditulis oleh: SMP 1 Jati
Apa tujuan sebenarnya dari pendidikan? Tujuan dari setiap upaya pendidikan sebenarnya adalah memanusiakan manusia agar menjadi pribadi yang sejahtera, bahagia, serta memiliki kehidupan yang penuh makna, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Setiap upaya dan proses pendidikan harus mampu melihat dan menggarap seluruh aspek potensi kemanusiaan, salah satunya adalah kecerdasan sosial emosional.
Pemikiran ini sesuai dengan pendapat Elias, dkk dalam Ghofur (2023) bahwa pembelajaran SES (Social Emotional Skills) atau sering disebut SEL (Social Emotional Learning) mengarah pada proses pengintegrasian perilaku, perasaan, dan pemikiran untuk menjadi sadar akan diri sendiri dan orang lain, membuat keputusan yang bertanggung jawab, serta mengelola perilaku sendiri dan orang lain.
Maka, pendidikan yang gagal dalam mengembangkan kecerdasan sosial emosional seperti yang dimaksudkan di atas, dapat menyebabkan anak-anak tidak memiliki kemampuan untuk meregulasi diri dalam mengembangkan karakter positif.
Pendidikan seharusnya meliputi pengembangan individual dan universal termasuk di dalamnya pengembangan kemampuan reflektif, kapasitas spiritualitas, dan moral individual. Tujuannya, agar setiap individu memiliki karakter tanggung jawab, empati, dan kepedulian pada lingkungan sekitar, yang merupakan bagian dari pembelajaran sosial emosional. Hal ini sesuai dengan visi SMP 1 Jati yang mengarah ke salah satu misi sekolah yaitu mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan bersih, hijau, dan asri oleh warga sekolah. Terlebih pada era sekarang, timbul banyak permasalahan lingkungan, di antaranya penumpukan sampah yang kian meresahkan masyarakat.
Berdasarkan data PPRTH (Pengelolaan Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau) Dinas PKPLH Kabupaten Kudus, total timbunan sampah sebesar 1.776,124 ton sepanjang tahun 2024, sedangkan sampah plastik di SMP 1 Jati sebesar 2.400 kg atau 0.14% dari jumlah sampah Kabupaten Kudus sepanjang tahun 2024.
Berbagai stakeholder telah memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun, masih saja belum tertuntaskan secara maksimal. Salah satu cara yang dilakukan yaitu melalui pengelolaan sampah yang fokus pada pemilahan dan daur ulang yang dianggap bisa mengatasi permasalahan yang ada. Akan tetapi, kapasitas sampah yang tidak tertangani akan menimbulkan permasalahan baru. Pengelolaan sampah haruslah dimulai dari diri sendiri.
Kesadaran diri dapat dimulai dengan melakukan pengurangan produksi sampah yaitu melakukan limitasi sampah plastik, baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah.
Kegiatan ini telah kami sosialisasikan kepada seluruh warga SMP 1 Jati, sebagai bentuk penerapan dari pembelajaran sosial emosional, yaitu dengan memanfaatkan tumbler, kotak makan, dan tote bag yang bisa digunakan berulang kali untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Contoh praktik baiknya adalah setiap Jumat, SMP 1 Jati melaksanakan sarapan sehat bersama dengan membawa bekal makan dan minum dari rumah. Harapan dari kegiatan ini, warga sekolah memiliki pembiasaan positif hidup sehat sekaligus berkomitmen dalam membatasi penggunaan plastik sekali pakai.
Dengan adanya permasalahan tersebut, SMP 1 Jati mencetuskan ide untuk membatasi sampah plastik dengan membawa tumbler dan kotak makan. Kampanye ini bertujuan membentuk generasi peduli sampah (Gen-PS) yang berkarakter dan cerdas secara sosial serta emosional.
Selain memperhatikan permasalahan sampah di lingkungan sekitar, Anda juga dapat mengikuti Challenge Wujudkan Generasi Cerdas Sosial Emosional Melalui Kegiatan Limitasi Plastik di SMP 1 Jati. Challenge yang bertujuan untuk membangun karakter tanggung jawab, empati, dan kepedulian pada lingkungan sekitar.