Pertengahan Januari 2025, masyarakat Kudus dikejutkan dengan tindakan penyegelan TPA Tanjungtejo, kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Beberapa hari setelah tindakan penyegelan, terlihat tumpukan sampah di ruas-ruas jalan kota yang biasanya rapi dan bersih. Tukang sampah yang biasanya mengangkut sampah rumah tangga tidak bekerja seperti biasanya. Berhari-hari tak kunjung ada kejelasan solusi penanganan sampah yang makin menggunung dan berbau, masyarakat mulai melakukan aksi membakar sampah mereka. Masalah baru muncul, asap dimana-mana menambah masalah baru.
Sabtu, 15 Maret 2025 melalui media Bupati Kudus, Sam'ani Intakoris, menjelaskan sampah yang masuk TPA Tanjungrejo saat ini berkisar antara 125 sampai 175 ton per hari. Padahal, TPA itu sudah kelebihan. Dia mengatakan Pemkab Kudus belum memiliki anggaran untuk melakukan pelebaran. Fakta ini mengejutkan, sekaligus menjadi bentuk penyadaran masyarakat Kudus. Ternyata selama ini kenyamanan dan keindahan suasana kota Kudus, menyimpan “bom” yang ditekan, ditahan, dan dipendam oleh warga di sekitar TPA Tanjungrejo. Air sumur dan sungai mereka tercemar. Dampaknya masyarakat sekitar menderita penyakit kulit dan ISPA.
Dimana kita, warga Kudus selama ini? Kita hanya tahu setelah merapikan dan membersihkan rumah, letakkan sampah di tempat sampah, bayar iuran sampah, maka selesai. Tukang sampah akan mengambil sampah kita, rumah kita bersih dan wangi.
Slogan “buang sampah pada tempatnya” ternyata sudah tidak cukup relevan dengan kondisi lingkungan kita saat ini. Dibutuhkan tindakan yang lebih berempati terhadap sesama warga kudus. Tindakan bertanggung jawab hingga kita yakin sampah kita tidak merugikan lingkungan. Dibutuhkan kolaborasi dan kerjasama semua warga Kudus untuk lebih bijak mengelola sampah. Apa tindakan nyata yang bisa kita lakukan, selain hanya menunggu dan menuntut pemerintah?
Bersama SDIT Al Islam Kudus, Hadirkan Generasi Cerdas Sosial Emosional melalui Prinsip Zero Waste. Salah satu aksi yang bisa kita lakukan bersama untuk membantu mengurangi sampah harian sekaligus menjadi proses pembentukan karakter siswa Cerdas Sosial Emosional.
Wanibulandari & Ardianti (2018) mengungkapkan bahwa seorang peserta didik dapat ditanamkan karakter tanggung jawab jika terbiasa bertindak bertanggung jawab, terutama terhadap lingkungannya. Menurut Zero Waste International Alliance, zero waste adalah konservasi semua sumber daya dengan cara produksi, konsumsi, penggunaan kembali dan pemulihan produk, pengemasan tanpa pembakaran dan tanpa pembuangan ke tanah, air atau udara yang dapat mengancam lingkungan maupun kesehatan manusia itu sendiri. Membudayakan zero waste merupakan bentuk tanggung jawab kita terhadap lingkungan.
Setiap hari, ada dua budaya lingkungan yang sudah kita gaungkan di SDIT Al Islam Kudus, yaitu LISA (Lihat Sampah Ambil) dan LIBRA (Lihat Berantakan Rapikan). Melalui pembiasaan ini, siswa diharapkan memiliki kepekaan terhadap lingkungannya. Bertanggung jawab dengan sampah dan memiliki empati kepada sesama warga sekolah, juga tenaga kebersihan sekolah. SDIT Al Islam Kudus juga bekerja sama dengan Bakti Djarum Foundation dalam pengolahan sampah dapur sekolah.
Bersama SDIT Al Islam Kudus, Hadirkan Generasi Cerdas Sosial Emosional melalui Prinsip Zero Waste. Kami mengajak seluruh warga sekolah dan orang tua siswa SDIT Al Islam untuk bersama membentuk keterampilan sosial emosional siswa. Yuk dukung kami untuk membudayakan sikap tanggung jawab melalui prinsip Zero Waste, dengan mengikuti Challenge kami di Bersama SDIT Al Islam Hadirkan Generasi Cerdas SosialEmosional melalui Prinsip Zero Waste.
Referensi:
"Pelebaran TPA Tanggungrejo Kudus Terkendala Anggaran", https://www.detik.com/jateng/berita/d-7824621/pelebaran-tpa-tanggungrejo-kudus-terkendala-anggaran. Sabtu, 15 Mar 2025
Wanabuliandari, S., & Ardianti, S.D. (2018). Pengaruh modul e-jas edutainment terhadap karakter peduli lingkungan dan tanggung jawab. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(1), 70 – 79.
https://www.gramedia.com/best-seller/zero-waste/. Zero Waste: Pengertian, Prinsip, Manfaat, dan Strategi