Di era yang penuh tantangan ini, kecerdasan akademik saja tidak cukup untuk membentuk individu yang sukses dan berkarakter. Keterampilan sosial dan emosional menjadi faktor penting yang membantu anak-anak menghadapi dunia dengan baik di masa mendatang. Beberapa ahli menyatakan bahwa kecerdasan emosional lebih menentukan kesuksesan seseorang dibandingkan kecerdasan intelektual (IQ). Anak-anak yang memiliki keterampilan sosial-emosional yang baik cenderung lebih mampu mengelola stres, berinteraksi dengan baik, serta memiliki empati dan daya juang yang tinggi. Selain itu, pendidikan sosial-emosional (SEL) dapat berperan penting dalam meningkatkan prestasi akademik, mengurangi perilaku negatif, serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Namun, siapa saja yang berperan dalam mendukung pengembangan keterampilan sosial-emosional anak-anak? Apakah mungkin membangun generasi emas sosial-emosional tanpa keterlibatan berbagai pihak? Jawabannya adalah tidak! Sinergi antara guru, siswa, dan orang tua adalah kunci dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan sosial-emosional anak. Melalui Challenge Bersama SDIT UBK Membangun Sinergi Guru, Siswa, & Orang Tua untuk Generasi Emas Sosial-Emosional sekolah kami mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam mendukung tumbuh kembang anak secara holistik.
Membangun generasi emas yang unggul secara sosial-emosional memerlukan sinergi dari tiga elemen penting, yakni guru, orang tua, dan siswa atau anak (pribadinya). Guru sebagai Fasilitator, bukan hanya pengajar, tetapi juga fasilitator yang membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, kesadaran diri, dan empati melalui berbagai metode pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Studi dari The Aspen Institute (2019) menyebutkan bahwa sekolah yang mengintegrasikan pendidikan sosial-emosional ke dalam kurikulumnya mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis, motivasi belajar, dan hubungan sosial yang lebih positif di antara siswa.
Orang Tua sebagai Role Model, keluarga adalah tempat pertama anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Dengan komunikasi yang baik dan contoh nyata, orang tua bisa menjadi teladan bagi anak dalam menghadapi berbagai situasi sosial. Menurut penelitian Harvard University (2016) keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dapat meningkatkan prestasi akademik hingga 30% lebih baik dibandingkan anak-anak yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga.
Siswa sebagai Pelaku Utama, siswa yang diberikan pemahaman dan kesempatan untuk mengasah keterampilan sosial-emosional akan lebih siap dalam menghadapi tantangan kehidupan, baik di sekolah maupun di masa depan.
Di SDIT UBK, kami telah mencoba menerapkan berbagai program yang melibatkan guru, siswa, dan orang tua, seperti:
a. Kegiatan "Sharing Time" – Siswa berbagi pengalaman dan perasaan mereka untuk melatih empati dan komunikasi yang sehat.
b. Kolaborasi Orang Tua & Guru – Workshop parenting bersama untuk menyamakan visi pendidikan karakter di rumah dan sekolah.
c. Proyek Sosial Bersama – Program kerja bakti, kunjungan ke panti asuhan, dan penggalangan dana sebagai bentuk empati nyata yang dilakukan oleh guru, siswa, dan orang tua.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat membantu anak-anak untuk tumbuh dengan lebih bahagia, percaya diri, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Dengan kata lain, keterampilan sosial-emosional pada diri anak dapat terfasilitasi untuk berkembang.
Sebagian mungkin berpikir bahwa pendidikan sosial-emosional adalah tanggung jawab utama sekolah. Namun, tanpa dukungan keluarga dan keterlibatan aktif orang tua, penguatan karakter di sekolah tidak akan optimal. Oleh karena itu, kampanye ini menegaskan bahwa kolaborasi semua pihak adalah keharusan untuk membentuk generasi yang lebih baik.
Membangun generasi emas yang cerdas secara sosial-emosional bukan hanya tugas guru atau orang tua saja, tetapi merupakan tanggung jawab bersama. Dengan sinergi yang kuat antara guru, siswa, dan orang tua, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih harmonis dan bermakna bagi anak-anak kita. Sekarang giliran Anda! Mari bergabung dalam Challenge kami: Bersama SDIT UBK Membangun Sinergi Guru, Siswa, & Orang Tua untuk Generasi Emas Sosial-Emosional.
Bagaimana caranya?
1. Ikuti challenge ini dengan bergabung di aplikasi Campaign
2. Bagikan pengalaman Anda dalam membangun sinergi sosial-emosional dengan melakukan 3 aksi, yakni: umpan balik yang diberikan guru terhadap murid, berbagi kirim surat persahabatan, dan kolaborasi antara orang tua dan anak di lingkungan rumah maupun di masyarakat
3. Ajak lebih banyak orang untuk berpartisipasi dan menciptakan perubahan positif!
Bersama, kita bisa membangun masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita!
Referensi:
Husnaini, M, Eni Sarmiati, Shubhi M. H. “Pembelajaran Sosial Emosional: Tinjauan Filsafat Humanisme terhadap Kebahagiaan dalam Pembelajaran”. Journal of Education Research, 5(2), 2024, Pages 1026-1036
Chintya, Risma dan Masganti Sit.”Analisis Teori Daniel Goleman dalam Perkembangan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini”. Absorbent Mind: Journal of Psychology and Child Development. Volume 4 Number 1 (2024)
Husnunnisa, Intan Aulia.” Pentingnya Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional) di Dunia Kerja. https://www.ruangkerja.id/blog/pentingnya-emotional-intelligence-di-dunia-pekerjaan
Souza, Jessica. “What is Social and Emotional Learning?”. https://childmind.org.
https://www.youtube.com/@KuarkTV/search?query=ses