Hai, Changemakers!
Selamat Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia! Sebuah perayaan penting agar kita merefleksikan kembali esensi buku yang wajahnya kini memar dan lebam.
Buku yang seharusnya menjadi latar peradaban, justru dijadikan modal penipuan.
Kaget? Kok bisa buku dijadikan modal penipuan? Barangkali rasa kaget yang mencuat di perasaan kalian tercipta karena buku belum dianggap barang mewah, layaknya perhiasan. Sehingga isu penipuan di dunia buku tak punya arti yang “waw…”
Buku Dijadikan untuk Meraup Untung
Champ kasih tahu kasus yang jarang disoroti, yakni penipuan oleh penerbitan buku. Kasus penipuan berkedok penerbitan buku, bukan barang langka yang terjadi. Ini terjadi karena merebaknya penerbit buku indie–tentu tak semua penerbit indie adalah penipu, tapi oknum lah yang mencoreng nama baik penerbit indie.
Salah satu korbannya dialami oleh inisial HBA yang bercerita pada Harian Jogja. Ia mengaku ingin menerbitkan naskah novelnya ke salah satu penerbit indie. Ia diminta membayar Rp1,5 juta agar naskahnya diterbitkan. Setelah uang dibayarkan, penerbit bersikap abai atas komunikasi yang HBA lakukan. Ternyata setelah ditelusuri oleh HBA, korbannya bukan hanya ia, tapi juga ada belasan orang.
Belum lagi dengan penipuan buku yang jarang disadari, bahkan dianggap normal! Emangnya ada?
Coba sekarang buku aplikasi toko online kalian, lalu cari buku bajakan. Di sana, berserakan toko yang menjual buku bajakan. Herannya, ada yang membeli bukunya.
Biasanya, mereka yang membeli ada dua alasan. Pertama, menormalisasikan pedagang buku bajakan, sehingga acuh meski mereka menipu penulis dan penerbit buku.
Kedua, ketidaktahuan karena toko buku nggak jujur. Tak jarang toko buku nggak mau bilang kalau buku yang dijual adalah bajakan. Champ sendiri pernah jadi korban. Di foto bukunya bagus seperti asli, eh pas datang ternyata buku bajakan.
Penipuan Donasi Berkedok Rumah Literasi
Tapi, ada yang lebih parah, loh! Baru-baru ini ramai dugaan komunitas literasi di Garut, bernama Rumah Literasi, melakukan penipuan berkedok donasi untuk rumah literasi yang biaya sewanya udah mau habis. Pembukaan donasi itu juga dibagikan di media sosialnya.
Sumber gambar: tangkapan layar Instagram rumahliterasiofficial
Akhirnya, banyak orang melakukan donasi. Tapi nih, netizen mulai curiga karena Rumah Literasi nggak pernah ngasih rincian penggunaan donasi. Kecurigaan semakin bertambah soalnya ketika netizen tanya lokasi pasti Rumah Literasi, tak pernah diberikan secara rinci oleh pendirinya. Jawabannya hanya ada di Garut.
Mengutip dari Instagram @geraldvincentt, ada netizen yang nyamperin ke Garut. Setelah ditelusuri, ternyata rumah baca yang katanya sewa sebenarnya rumah pribadi.
Sebagai orang yang berkecimpung di dunia komunitas literasi, Champ sedih saat tau ada komunitas literasi diduga melakukan penipuan dengan berkedok donasi literasi. Soalnya di luar sana, ada komunitas baca yang berusaha menjalankan kegiatan literasi dengan jerih payah–seperti berjualan buku atau sumbangan sukarela antaranggota.
Hi… Dampaknya Seram
Apa pun jenis penipuan yang menggunakan buku sebagai bahannya adalah bentuk dari penistaan martabat manusia. Sebab, buku dihasilkan oleh pikiran untuk membangun pemikiran masyarakat yang baik.
Kalau justru buku dijadikan sebagai pembohongan publik, bukan tak mungkin ke depannya literasi akan mengalami kemacetan. Kok bisa?
Champ bawa kalian berimajinasi tentang masa depan. Bayangkan kalau ada penulis baru ingin menerbitkan buku, tapi para penulis baru ini banyak yang kena tipu oleh penerbitan buku–ada potensi para penulis baru akan malas untuk menuliskan karya-karyanya.
Sedangkan di sisi lain, para penulis senior sebagai manusia akan mencapai titik nadirnya. Jika ini terjadi, maka rantai penulis akan macet, bahkan bisa berada pada kondisi krisis.
Tak jauh seram efeknya dengan penipuan oleh pembajak buku. Bayangkan jika para pembajak buku semakin “tumbuh subur”, penerbit buku hingga penulis akan mengalami kerugian ekonomi. Jika mereka terus mengalami kerugian ekonomi, potensi untuk memilih “hengkang” dari dunia kepenulisan tentu hal yang logis, bukan?
Atau risiko terkecilnya, tapi membahayakan juga adalah efek kepada pembaca. Bayangkan jika ada seseorang yang baru senang membaca buku, kemudian ia tertipu oleh toko bajakan, potensi kecewa yang membuat keinginannya untuk membaca menurun menjadi hal logis, bukan?
Tak kalah gentingnya, ketika ada oknum komunitas literasi melakukan pembohongan publik atas nama program literasi, rasa percaya masyarakat untuk berdonasi akan menurun. Padahal, di luar sana ada banyak komunitas literasi yang membutuhkan donasi agar menghidupkan aktivitas literasi.
Jika mereka membuka donasi, tapi masyarakat kepalang udah tak percaya, apa dampaknya? Geliat literasi mereka bisa meredup. Padahal, komunitas literasi punya peran penting untuk menyadarkan baca dan menulis kepada masyarakat.
Aduh… betapa mengerikannya dampak dari kebohongan yang mengatasnamakan sebuah buku! Para oknum dapat untung, masyarakat menjadi rumpang.
Jadikan Buku Sebagai Ruang Kebaikan
Itu sebabnya, kita yang sadar akan pentingnya bacaan harus benar-benar tulus dan jujur untuk menghidupkan literasi. Seperti yang kamu lakukan di aplikasi Campaign #ForABetterWorld. Aplikasi Campaign #ForABetterWorld sering menjadi wadah kampanye sosial literasi agar para Organizer bisa mendapatkan donasi untuk kegiatan literasi.
Coba kamu buka web atau aplikasi Campaign #ForABetterWorld. Kemudian, cari di pencarian dengan kata kunci “literasi” atau “buku”. Nantinya akan muncul banyak Challenge yang tujuannya untuk menghidupkan geliat literasi.
Champ senang karena bisa menjadi wadah teman-teman penggiat literasi mendapatkan donasi tanpa uang untuk kegiatan literasinya. Perusahaanmu ingin membantu para Organizer menghidupkan literasi dengan tepercaya? Mari berkolaborasi bersama Campaign. Informasi lebih lanjut: https://campaign.com/funder . Mari bersama bangun literasi dengan tepat dan pasti!
Referensi:
https://tirto.id/mengenal-rumah-literasi-garut-dan-kenapa-viral-di-x-haoX
https://economy.okezone.com/read/2020/11/17/320/2311150/catut-kemnaker-ada-penipuan-penjual-buku-rp300-ribu-di-perkantoran-jakpus?page=all
https://kumparan.com/pandangan-jogja/kelewat-nafsu-menerbitkan-buku-jadi-celah-tipu-tipu-di-dunia-penerbitan-buku-1zDo2Wa1IEe
https://timeskaltim.com/diduga-lakukan-penipuan-penjual-buku-berkedok-cuci-gudang-panti-asuhan-laporkan-ke-pihak-berwajib/#google_vignette
https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2022/11/09/510/1117162/penerbit-indie-di-jogja-diduga-tipu-belasan-penulis-pemula-puluhan-juta-melayang