Pada tahun 2011, Magda mengalami tahun duka cita mendalam karena kehilangan sang suami tercinta, Asmara Nababan. Suaminya selama ini digambarkan sebagai sosok yang bukan saja melengkapi kekurangannya, tapi sekaligus memenuhi seluruh kebutuhannya tentang sosok pendamping. Kehilangan sang suami membuatnya harus berusaha berdiri meskipun kemudian jatuh, bangun dan jatuh lagi. Perasaan hampa dan tak bermakna dalam menjalani kehidupan, mewarnai hari-hari Magda. Dia seperti kehilangan tujuan dan tak tahu akan melakukan apalagi.Hari-harinya dijalani seperti Lingkaran Masa yang tak mampu dihentikannya. Dia hanya menghabiskan hari-harinya, semampunya, sekuatnya, sebisanya.Yang menarik, diantara situasi yang serba sedih dan terpuruk, Magda menuliskan semua perasaan dan kenangannya tanpa kita sangka justru dia menuliskan banyak hal di sekitar kita,mulai dari soal tetangga, teman-temanya, kasus-kasus intoleransi, masalah-masalah kekerasan terhadap perempuan, rahasia dari beberapa public figure, cerita masa lalu, hingga narasi tentang tempat-tempat dia singgah. Anda akan menemukan informasi, argumentasi, hingga tentu saja, rasa empati yang disajikan dalam catatan harian. Catatan yang memang ditulis Magda setiap hari.