#ISmile4You
Volunteer Contribution: Kekuranganku Bukanlah Bahan Bullying

ismile4you_org
Update
Tidak ada manusia yang terlahir sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan semata. Dalam dunia ini manusia ada yang terlahir normal dan adapula terlahir dengan keterbatasan fisik yang disebut disabilitas. Banyak orang yang menganggap bahwa penyandang disabilitas tidak mempunyai kemampuan seperti layaknya orang yang mempunyai fisik yang sempurna. Stereotype pun turut mengikuti saya layaknya pada kaum difabel lainnya
Setiap hari saya harus melewati tantangan untuk bisa disamakan statusnya dengan orang-orang yang mempunyai fisik yang sempurna. Berbagai tantangan itu datang dari lingkungan sekitar, dalam dunia pendidikan, dan dunia kerja. Mulai dari saya lahir, hingga dewasa ini.
Terlahir dengan kekurangan fisik yaitu terjadi pada kaki, yang dimana kalau berjalan terlihat pincang dan jinjit. Keadaaan inilah yang membuat saya tidak bisa berjalan normal seperti orang biasa, tidak bisa berlari, tidak bisa jalan dengan cepat.
Teringat masa dimana saya akan masuk SD, yang mana saya harus terlibat test. Ditanya nama lengkap, alamat, no telpon rumah, nama orang tua dan pekerjaan orang tua. Saya menjawab pertanyaan itu dengan pecaya diri. Sayangnya, guru di sekolah tersebut tidak bisa menjanjikan apakah saya lolos atau tidak dengan alasan karena keterbatasan fisik yang saya miliki dan takut tidak bisa mengikuti kegiatan sekolah tersebut. Beruntungnya, berkat doa dan jalan Tuhan akhirnya saya bisa diterima di sekolah yang saya inginkan.
Namun, hal tersebut tidak menyelesaikan masalah. Bullying tetap menghampiri saya terutama dari segi verbal, tetangga saya pun salah satunya. Waktu kecil saya sering dihina oleh tetangga saya, saya dibilang gempor atau lumpuh karena ayah saya sering menggendong saya waktu kecil. Lingkungan sekolah pun juga tidak lepas bullying terhadap saya. Tidak hanya lingkungan rumah, di sekolah pun saya mendapat perlakuan serupa, bahkan tidak hanya berupa verbal bullying.
Bullying yang saya hadapi yang paling parah ketika menduduki bangku SMP, dimana hampir siswa cowok membully saya dengan menirukan cara jalan saya. Hal pertama yang saya lakukan itu pasti diam. Namun, kesabaran pun memiliki batas, suatu hari saya memberanikan diri untuk memberontak. Hal yang saya lakukan untuk teman yang membully saya yaitu dengan mendorongnya, saya tarik kerah bajunya dan mengamuk dengan sangat hebatnya serta saya memaki dia didepan teman-teman sekelas. Teman yang membully saya itupun hanya berkata “gue bercanda”.
Saya yakin perkataan “gue bercanda” adalah alasan klasik dan banyak teman-teman dengan disabilitas mengalami hal serupa. Banyak orang yang berpikir bahwa kaum penyandang disabiltas tidak berani melawan orang berfisik normal. Sayangnya, walaupun keadaan fisik terbatas kami sebagai penyandang disabilitas harus berani melawan, dan tidak sebagai bahan bullying. Tidak hanya di sekolah saja bullying itu terjadi di luar lingkungan sekolah pun saya menjadi bahan pusat perhatian bagi masyarakat diluar sana.
Tidak hanya lingkungan rumah dan sekolah, di jalanan pun kerap menjadi perhatian abang-abang yang sering menggoda orang lalu lalang di depannya. Ketika saya berjalan, saya sampe diliat tidak ada henti-hentinya. pengalaman yang sampai sekarang pun terjadi yaitu ketika ada abang-abang dipinggir jalan menggodain dengan berkata “Neng kakinya sakit”? dan ada lagi “Kok gitu neng jalannya habis jatoh?” atau “Neng kecapean yah makannya jalannya gitu.” Berbeda dengan wanita yang berfisik normal “Neng mau kemana sendirian aja.”
Banyaknya cemooh yang diterima tidak menyurutkan saya untuk meraih impian. Disabilitas bukan berarti seseorang harus dibuang jauh-jauh atau tidak dianggap di lingkungan sosialnya. Walaupun meraih impian juga terdapat rintangan dan keterbatasan yang kerap disudutkan kepada kaum disabilitas Contohnya saja, ketika ada saudara yang menanyakan “cita-cita kamu apa?” jelas saya menjawab “ingin menjadi dokter gigi” dan saudara pun menjawab balik “mana bisa jadi dokter, dokter gigi itu harus cekatan, siap lari dan lincah” dengan perkataan itulah saya cuma bisa membalas senyum. Walaupun cita-cita saya tidak tercapai, itu bukan akhir segalanya bagi saya
Pengalaman ini saya bagikan agar teman-teman di luar sana mengerti bagaimana bullying bisa menyudutkan hidup seseorang, dan berharap teman-teman dengan disabiltas tetap bersemangat.
Mungkin teman-teman tidak merasakan penderitaan yang kami rasakan, tapi menjadi pusat perhatian sekaligus tidak dianggap membuat kami tertekan menjalani hidup dengan nyaman. Kamu pun tidak ingin merasa seperti itu bukan?
ditulis oleh Milla Riauzie Putri, S.Sos
gambar oleh Onique Juniarty

Hearts
Komentar
Bagikan
Untuk menulis komentar, kamu harus masuk ke akunmu terlebih dahulu.
Comment
Done
Baca Juga