#MulaiBicara
Di Indonesia, Perempuan Berjuang Melawan Aksi Pelecehan Seksual di Jalanan

lentera-id
Update
(Tulisan ini hasil terjemahan dari artikel The New York Times dengan judul ‘In Indonesia, Women Begin to Fight ‘Epidemic’ of Street Harassment’ dipublikasi pada Sabtu, 9 Desember 2017.)
Jakarta, Indonesia – Tunggal Prawestri mengatakan dirinya pernah mengalami pelecehan seksual di usia 14 tahun. Saat itu, dirinya diraba-raba di bus publik oleh oknum tidak bertanggung jawab saat dalam perjalanan menuju sekolah.
Sementara itu, Tunggal bercerita bahwa dirinya telah terbiasa mengalami pelecehan seksual sehari-hari dalam perjalanan ke dan dari kelas – kebanyakan catcalls hingga aksi seronok lainnya saat seorang pria tiba-tiba menguasai dirinya dari belakang seraya berkata, “Saya membeku.”
“Saya tidak tau apa yang saya harus lakukan – bahkan saya pun tidak memiliki keberanian untuk berteriak saat itu,” ujar Tunggal yang saat ini bekerja untuk Organisasi Perempuan.
Dua decade setelah kejadian menggangu itu, semakin banyak kelompok aktivis dan relawan seperti Ibu Tunggal muncul untuk menjelaskan secara tepat apa yang harus dilakukan: mengungkapkan masalah pelecehan yang telah berlangsung lama di jalan, trotoar, kereta api dan bus di seluruh Indonesia, negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia.
“Kejadian seperti ini sudah menjadi wabah yang menyebar, dan sayangnya saat ini Indonesia tidak memiliki perlindungan legal untuk aksi pelecehan seksual semacam itu,” jelas Yuniyanti Chuzaifah, Wakil Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, yang mengatakan bahwa dia pernah diraba-raba setelah tertidur di bus.
Berdasarkan Report Thomson Reuters Foundation tahun 2014 menemukan bahwa Jakarta menjadi negara kelima di dunia dengan sistem transportasi public terburuk untuk perempuan, dan posisi kedua adalah New Delhi.
Wulan Danoekoesoemo, Psikologis dan pendiri dari Lentera Sintas Indonesia yang aktif memberi konsultasi untuk para korban kekerasan seksual, mengatakan bahwa aksi kekerasan seksual di jalan di Indonesia berasal dari masyarakat patriarchal, dimana pria secara tradisional merasa dirinya memegang otoritas atas wanita.
Baca selengkapnya di: https://mobile.nytimes.com/2017/12/09/world/asia/indonesia-sexual-harassment.html

Hearts
Komentar
Bagikan
Untuk menulis komentar, kamu harus masuk ke akunmu terlebih dahulu.
Comment
Done
Baca Juga