"Kerja! Kerja! Kerja! Perjuangkan Kebebasanmu! Baru kemudian kalau kau telah bebaskan dirimu sendiri dengan kerja, dapatlah kau menolong yang lain-lain. Kerja! Kerja!" Itulah salah satu kutipan yang menggambarkan semangat Kartini untuk membantu sesama, yang terus berkobar hingga akhir hayatnya. Bahkan semangat itu masih terus digaungkan sampai saat ini, melalui berbagai kegiatan diskusi bertemakan 'Emansipasi Perempuan' hingga parade baju tradisional, yang biasa dirayakan oleh anak-anak. Sebab Kartini memang memperjuangkan Kesetaraan Perempuan dalam bidang pendidikan maupun sosial. Lalu bagaimana dengan perjuangan Kartini zaman now? Semangat Kartini masih berkobar hingga saat ini. Tidak hanya menjelang hari Kartini saja. Tanpa mengenal waktu Perempuan Indonesia terus mengharumkan bangsa Indonesia di rancah dunia. Baru-baru ini Sri Mulyani berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Menteri terbaik dunia di World Government Summit tahun 2018. Saat ini perempuan juga cukup banyak yang menduduki bangku politik. Sebagai wiraswasta maupun di dunia digital sekalipun. Di atas semua itu, perjuangan Kartini masih harus diperjuangkan hingga saat ini, Changemakers. Masih banyak PR kita untuk memperjuangkan berbagai masalah yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah pernikahan anak, yang masih sering terjadi di daerah pedalaman. Dilansir dari Laporan Perkawinan Usia Anak tahun 2010 melaporkan, bahwa lebih dari 700 juta perempuan menikah sebelum berumur 18 tahun. Sepertiga atau sekitar 250juta anak menikah sebelum usia 15 tahun. Melihat hal ini, kita harus terus kobarkan semangat emansipasi perempuan, Changemakers. Ingat, kutipan Kartini: Kerja! Kerja! Perjuangkan Kebebasanmu!. Hari Kartini bukanlah sekedar perayaan setahun sekali. Semangat Kartini harus di tanam dalam diri hingga akhir hayat. Bagaimana pendapatmu sendiri tentang Hari Kartini ini sendiri, Changemakers? Hal apa yang menurut kamu perlu diperjuangkan di zaman now? Tulis di kolom komentar ya 😉