Hayo, siapa yang masih suka julid di bulan Ramadan? Sering komentar penampilan temen sendiri dari atas sampe bawah? Hm, bercanda boleh, tapi jangan julid hehe Mulai kurang-kurangin yuk julid-nya! 'Emang kenapa, Champ? Kalau aku kasih komentar kan berarti aku peduli ☹️' Ya, peduli sih. Tapi jangan komentarin negatif di depan orang banyak juga, Changemakers. Kalau enggak, nanti sikap peduli kamu justru berbalik jadi perundungan. Sebab kamu melakukan itu di depan umum, yang justru bisa membuat dia menjadi gak percaya diri dengan penampilannya. Baiknya, bisa ajak ngobrol berdua sambil bercanda gitu, ya, kan? Biar sama-sama happy 😁☺️ Berawal dari julid, yang keseringan, bisa memicu perundungan, dan biasanya akan merembet ke hal-hal lain. Misal, gosipin dia atau malah jadi bahan 'cengan' se-geng. Efek dari perundungan ini bisa berdampak pada jiwa dan kesehatannya lho. Dia jadi enggak percaya diri, anti sosial, krisis identitas, dan depresi. Jelas, hal tersebut bisa memengaruhi hidupnya dan membuatnya merasa terpuruk. Uniknya, menurut seorang Psikolog, Intan Erlita, orang yang sering julid ataupun berkomentar negatif itu adalah orang yang enggak percaya sama dirinya sendiri lho. Iya, korban dan pelaku sama-sama merasa enggak percaya diri. Bedanya, orang yang julid melampiaskan rasa enggak percaya dirinya dengan berkomentar ataupun julid. Nah, setelah tahu dampak dan perspektif dari kedua sisi, di bulan Ramadan ini waktu yang tepat nih untuk mengurangi julid. Biar sama-sama akur dengan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Setuju gak, Changemakers? Kalau masih ada yang julid, coba kita saling mengingatkan biar enggak kelepasan ngomongnya 😂