“Kak, memangnya kalau siul-siul ke perempuan itu termasuk kekerasan seksual ya?” atau “Kak memangnya memungkinkan ya kalau orang tua ataupun orang terdekat bisa jadi pelaku kekerasan seksual?”. Ternyata ada banyak pertanyaan seperti itu yang muncul ketika kita berkunjung ke sekolah di hari kedua. Dan pertanyaan tersebut bisa jadi bukti bahwa isu mengenai kekerasan seksual masih sangat tabu untuk dibicarakan. Padahal, setiap tahunnya angka mengenai kekerasan seksual selalu meningkat. Terlebih, sebagian besar pelaku adalah orang terdekat korban. Termasuk orang tua, saudara, bahkan pasangan sendiri. Maka dari itu, besar sekali harapan kami pada program MPLS tahun ini untuk membantu menyebarkan pesan tentang pentingnya isu kekerasan seksual. Mengejutkannya, di hari ini, di salah satu sekolah menengah kejuruan daerah Jakarta Pusat, ada murid yang mengungkapkan bahwa : “Sexual abuse selalu dipandang sebelah mata di masyarakat. Para korban banyak yang enggan membahasnya karena victim blaming. Persepsi masyarakat terhadap kekerasan seksual dianggap hal yang "biasa." Terlebih rasa insecure karena pandangan masyarakat terhadap korban abuse dianggap rendah, filthy. Gerakan awal untuk memulai keterbukaan korban sexual abuse sebaiknya meniadakan victim blaming dan pengecapan buruk di masyarakat bagi para korbannya.” - @axeljoseph Jadi menurut kalian, apakah kekerasan seksual masih tabu untuk dibicarakan? Dan kira-kira hal apa lagi yang akan kita temukan di hari terakhir besok? Nantikan ceritanya ya!