#SekolahLingkungan
Upaya untuk mengurangi sampah di Sulawesi Barat

fatmawati-arisuddin
Update
Sampah merupakan hasil buangan dari aktivitas atau proses produksi dalam kegiatan sehari-hari yang pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan apabila tidak ditangani dengan tepat. Hal ini diperlukan suatu solusi tepat yang bukan hanya mengurangi penggunaan anorganik, karena selama masih diijinkan untuk digunakan maka sampah anorganik itu akan terus ada dan bertambah. Salah satu solusi yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan pemahaman sejak dini kepada anak-anak agar sadar dan peduli lingkungan serta dengan mendaur ulang sampah anorganik dengan cara membuat kerajinan yang bahan dasarnya berasal dari sampah anorganik yang dapat mendatangkan keuntungan dan dapat mengurangi polusi akibat sampah anorganik.
Di semua wilayah/daerah pun, masalah sampah menjadi perhatian masyarakat terutama menyangkut kebersihan lingkungan. Menurut perkiraan, volume sampah yang dihasilkan masyarakat rata-rata 0,5 kg/kapita/hari. Tidak tersedia data secara pasti, berapa persisnya jumlah timbulan sampah di Indonesia, namun berdasarkan hasil perhitungan Bappenas sebagaimana tercantum dalam Buku Infrastruktur Indonesia, pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan diprediksi akan meningkat lebih dua kali lipat pada tahun 2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar Indonesia diperkirakan timbulan sampah perkapita berkisar antara 600-830 gram per hari.
Sebagai ilustrasi betapa besarnya timbulan sampah yang dihasilkan, data beberapa kota besar di Indonesia dapat menjadi rujukan. Kota Jakarta setiap hari menghasilkan sampah sebesar 6,2 ribu ton, Kota Bandung sebesar 2,1 ribu ton, Kota Surabaya sebesar 1,7 ribu ton, dan Kota Mamuju 0,8 ribu ton (Damanhuri, 2007). Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak sedikit dalam penanganannya. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan kebutuhan lahan untuk TPA di Indonesia pada tahun 1995 yaitu seluas 675 ha, dan diprediksi akan meningkat menjadi 1,610 ha pada tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar dan memperhatikan karena semakin terbatasnya lahan kosong khususnya di perkotaan.
Memperhatikan fakta tersebut, maka diperlukan sebuah model pengelolaan persampahan yang menyeluruh mulai dari sumber sampah, Tempat Penampungan Sementara (TPS), Pengolahan/daur ulang sampah anorganik, sampai kepada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang mana didalamnya melibatkan semua pihak terkait termasuk seluruh masyarakat. Diharapkan dengan model tersebut bisa mengurangi dampak yang diakibatkan oleh masalah persampahan, terutama dampak kesehatan masyarakat. Dengan kualitas kesehatan masyarakat yang meningkat maka pada akhirnya meningkatkan pula produktifitas mereka.
Project Islamic Environment School ini skalanya masi sangat kecil hanya di Desa Barakkang, Kabupaten Mamuju Tengah. Kami berencana untuk replikasi project ini di seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Barat dan bahkan keseluruh daerah yang ada di Indonesia.
Kami berharap dampak dengan adanya Project Islamic Environment School dapat menjadi wadah anak-anak belajar lingkungan khususnya mengetahui dampak sampah bagi lingkungan, pentingnya menggunakan prodak ramah lingkungan dan mendaur ulang sampah yang masih bisa di daur sebagai solusi atas permasalahan sampah yang ada di Indonesia, khususnya di Desa Barakkang sebagai tempat project dilaksanakan. Selain itu, dengan adanya program Islamic Environment School, masyarakat khususnya ibu-ibu yang mengikuti program kelas kewirausahaan Islamic Environment School dapat merasakan manfaat yang sangat luar biasa. Dengan adanya program pelatihan membuat kerajinan dari bahan dasar sampah, ibu-ibu mendaptkan penghasilan tambahan dengan menjual hasil prodak yang mereka buat. Sehingga dengan kehadiran Islamic Environment School secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan baru bagi ibu-ibu dan membantu perekenomian keluarga.
Harapan kami dengan adanya dukungan dari SDG PIPE dan para jejaringnya, kami bisa memberikan dampak yang lebih luas terhadap masyarakat yang ada di Desa Barakkang, Kabupaten Mamuju Tengah dan Sulawesi Barat.
Dengan bekal pengalaman yang telah kami dapatkan selama melaksanakan project ini, kami sangat yakin project yang akan kami replikasi di daerah lain akan berhasil seperti yang telah kami laksanakan dalam skala kecil di Desa Barakkang, Kabupaten Mamuju Tengah.
Selain mereplikasi project Islamic Environment School kami juga akan membuat PAP Area yang berkolaborasi dengan pemerintah desa setempat yaitu suatu kawasan yang didalamnya terdapat Bank Sampah, Sekolah Lingkungan, Cafe Zero Waste, dan Mini Garden yang akan dikeloah sendir per siswa.
Kami menganggarkan untuk project yang akan kami laksanakan, dukungan yang dibutuhkan sekitar 50 juta rupiah untuk merealisasikan project Islamic Environment School berdasarkan perhitungan yang telah kami hitung.
Semoga dengan adanya dukungan dari banyak pihak tujuan kami untuk memberikan solusi terhadap permasalahan sampah di Desa Barakkang, Kabupaten Mamuju Tengah secara khusus dan Sulawesi Barat secara umum dapat menyeluruh dan terlaksana dengan baik.

Hearts
Komentar
Bagikan
Untuk menulis komentar, kamu harus masuk ke akunmu terlebih dahulu.
Comment
Done
Baca Juga