Saya lahir dan besar di Kabupaten Pandeglang, 25 Mei 2000. Hidup dalam keluarga sederhana dan keadaan ekonomi yang lemah. Namun, kedua orang tua saya selalu mendukung saya untuk sekolah. Pada akhirnya saya selalu mempunyai semangat untuk sekolah walaupun teman – teman saya tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. Awal cerita saat saya harus bersekolah ke SMPN 1 Mandalawangi yang berjarak sekitar dua kilometer, terlihat dekat namun saya harus berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena Cuma saya yangmeeruskan sekolah ke SMP dari kampung. Setelah lulus SMP saya melanjutkan sekolah ke SMAN 1 Pandeglang, merupakan sekolah favorit di Kabupaten Pandeglang akan tetapi jarak dari rumah saya itu 20 km. setiap hari saya harus berangakat jam 5.30 WIB dan pulang jam 17.30 WIB dengan keadaan naik kendaraan umum kadang pula saya jalan kaki karena tidak ada kendaraan umum yang beroprasi. SMAN 1 merupakan sekolah paling mahal di Pandeglang, dengan keadaan ekonomi keluarga yang kurang saya tetap semangat menjalan sekolah di sana, dan Alhamdulillah saya mendapatkan Beasiswa dari Sekolah karena menjadi seorang aktivis dan saya juga pada kelas 11 menginap di mushola sekolah karena mengejar prestasi yang lebih tinggi. dengan perjalan kisah yang saya alami saya ingin seklai menularkan semangat kepada adik – adik saya masyarakat Pandeglang untuk mempunyai motivasi pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu, termasuk dalam hal ini masyarakat di Indonesia, termaktub dalam pasal 31 ayat 1-2 UUD 1945 bahwasannya, “Setiap warga Negara berhak mendapat dan mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Sehingga, sudah menjadi kewajiban bagi saya sebagai putera Pandeglang untuk turut membantu masyarakat di desa – desa terpencil, tertinggal dan terluar di kabupaten Pandeglang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Masalah yang sering adalah kesulitan untuk mendapat informasi tentang pendidikan karena sarana serta tenaga kependidikan yang belum memadai sehingga masyarakat terdoktrin dengan pemahaman bahwasannya “sekolah itu tidak penting”. Hingga banyak siswa yang terpaksa putus sekolah dengan dalih keterbatasan ekonomi, diperparah dengan kurangnya motivasi untuk meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya, serta minimnya informasi yang sampai kepada orang tua mengenai pendidikan gratis serta nilai-nilai positif yang pasti didapat daripada proses pendidikan. Banyak orang tua memilih untuk mengarahkan anaknya bekerja. Beberapa mengatakan “untuk apa sekolah akhirnya perempuan ke dapur juga” , “ untuk apa sekolah mendingan langsung kerja” , “ untuk apa sekolah nanti urusan agama nya tidak dapat”. Masih banyak anggapan negatif yang ada di masyarakat, terlebih di daerah pelosok, bukan salah mereka akan tetapi memang keadaan yang membentuk pemikiran sebaian masyarakat seperti itu. Oleh karenanya saya membentuk Sabtu Mengajar Pandeglang hadir untuk memecahkan masalah pendidikan di kabupaten Pandeglang. Sebagai langkah awal, kami akan memfokuskan seluruh rangkaian kegiatan di Kp. Sukanagri. Kami memberikan tempat belajar serta memfasilitasi buku secara gratis tanpa memungut biaya sepeserpun kepada anak – anak. Sabtu Mengajar berupaya memberikan pemahaman kepada orangtua serta masyarakat sekitar akan pentingnya pendidikan, memberikan motivasi kepada para siswa sekolah SD, SMP maupun SMA untuk terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, serta memberikan informasi seluas – luasnya mengenai beasiswa dan berbagai kemudahan yang lain dan dapat diusahakan dalam dunia pendidikan. Mengikuti #SDGPIPE merupakan anugerah untuk saya karena dengan program yang saya buat, saya ingun bertemu dengan perubah masa depan indoensia. Bertemu dengan mentor yang akan membimbing saya untuk menjalakan kegiatan saya di tanah kelahiran saya. demi memajukan dunia pendidikan di daerah pelosok terutama di tanah kelahiran tercinta.