Dear Penduduk Bumi,
Kenalin aku Hutan, begitulah orang-orang memanggilku.
Aku adalah penopang kehidupan sejak dulu. Sekarang, sudah beda cerita.
Sekitar 70 persen spesies hewan bernaung padaku, dan aku menguasai 30 persen permukaan tanah bumi, sekitar 4 miliar hektar aku terhampar.
Ditambah, aku juga berperan sebagai siklus air dan menyerapnya. Sehingga air hujan tidak jatuh seluruhnya ke daerah permukiman dengan begitu bencana longsor dan banjir tidak menghantui orang-orang yang berada di bawah.
Namun, hari ini aku sudah semakin menyusut, melihat kejadian aku yang terbakar di Brazil, Australia, dan juga Indonesia tahun lalu seakan menamparku. Mungkin kalian sudah tidak membutuhkan oksigen dariku?
Dari kebakaran hutan Indonesia tahun lalu saja, aku kehilangan diriku seluas 328 ribu hektar. Belum lagi di negara lainnya, membayangkannya saja sudah membuatku sedih. Kerusakan yang marak seperti penebangan liar, alih fungsi hutan, kebakaran, dan lain-lain membuatku terpaksa harus mengeluarkan karbon dioksida ke atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca, padahal aku enggak mau seperti itu, karena semua kejadian mengerikan tadi sangat membahayakan Bumi dan seisinya.
Tapi, aku tidak boleh berlarut-larut dalam kekecewaan. Karena mungkin saja kamu yang membaca surat dari aku ini membawa dampak yang baik untuk kehidupan kedepannya.
Aku dengar, sudah banyak anak-anak muda menerapkan gaya hidup ramah lingkungan sekarang. Dari mengurangi plastik sekali pakai, membawa tempat minum kemana-mana, menggunakan transportasi publik, sampai ada yang memulihkan aku kembali!
Semoga semua itu tidak hanya menjadi sebuah tren sementara, tapi menjadi gaya hidup yang dilestarikan karena aku dan kamu butuh tempat bernaung untuk pulang.
Salam Manja,
Hutan