Hai Changemakers!
Apakah kamu seorang relawan sosial dari sebuah komunitas, atau yayasan? Kalau iya, pasti kamu familiar dong dengan seberapa pentingnya mengukur dampak sosial dari sebuah project atau inisiatif yang kamu laksanakan dengan teman-teman? Atau mungkin kamu seseorang yang terhitung “baru” di dunia sosial ini dan kamu sering merasa kesusahan untuk memulai perubahan sosial?
Di mana pun kamu berada di perjalanan sosialmu, Champ mau ngasih tau nih dua hal yang akan membuka pikiranmu lebih luas lagi tentang perubahan. Yuk, cari posisi duduk yang enak, ambil buku catatan dan pulpen, dan brainstorm bareng!
Theory of Change vs. Logical Framework
Dunia pengembangan komunitas (community development) internasional seringkali memperdebatkan kedua pendekatan atau metodologi yang biasa digunakan untuk memulai sebuah perubahan sosial, yaitu Theory of Change dan Logical Framework.
Penggunaan theory of change sendiri menekankan pada deskripsi dan ilustrasi yang komprehensif tentang bagaimana dan mengapa perubahan itu terjadi. Berawal menggunakan pohon masalah sebab dan akibat.
Sedangkan logical framework adalah alat untuk memperkuat desain, implementasi proyek, serta alat monitoring dan evaluasi. Itu semua membantu kinerja tim, alokasi tanggung jawab, dan juga berkomunikasi secara efektif.
Kenapa emang harus menggunakan kedua alat itu ya?
Pastinya, saat kamu memulai proyek sosial, banyak sekali hal yang harus dilakukan, dari pemetaan masalah, hasil yang ingin dicapai, isu yang menjadi persoalan utama sampai dampak yang berkelanjutan dan pertanggungjawaban kepada donatur yang mendanai proyek tersebut.
Nah, kedua metodologi ini akan mempermudah pekerjaan sosialmu bersama teman-teman lainnya. Agar meminimalisir resiko-resiko yang akan terjadi kedepannya.
Dengan Theory of Change, kamu bisa:
Mendapatkan gambaran besar perubahan yang ingin kamu capai dari isu dan juga lingkungan sekitar bahkan sesuatu yang nggak bisa kamu kontrol,
Menjelaskan bagaimana dan kenapa perubahan itu harus terjadi,
Menjelaskan kenapa kamu harus berfikir dari satu kotak diagram ke kotak diagram lainnya. (Contoh: Jika kamu berpikir bahwa meningkatkan pengetahuan akan menuntun ke sebuah kebiasaan yang baik, apakah itu asumsi atau kamu memiliki bukti lainnya untuk menunjukan kalau itu adalah sebuah kasus bukan asumsi),
Biasa digunakan untuk sebuah program dan alat evaluasi, dan
Menggunakan pemikiran “Jika kita melakukan X lalu Y akan berubah karena…”


Sampai bertemu di A Better World Prize!
Referensi:
https://www.thinknpc.org/wp-content/uploads/2018/07/Creating-your-theory-of-change1.pdf
https://wedc-knowledge.lboro.ac.uk/resources/booklets/G006-The-Logical-Framework-booklet.pdf
https://beamexchange.org/guidance/vision/theory-change/

Itu dia perbedaan kedua metodologi untuk mengukur dampak sosialmu! Semua alat tersebut sama pentingnya untuk membuat dunia menjadi lebih baik lagi. Sekarang Champ mau nanya, kalau komunitasmu sudah mengenal pengukuran dampak sosial yang mana nih?
Oh iya, selain membantu menjalankan sebuah program dan proyek. Kedua alat ini juga memiliki keunggulan sebagai alat monitoring dan evaluasi. Hah, apalagi tuh? Kalau kamu penasaran, tenang! Komunitas kamu sudah mendaftar di A Better World Prize? kita akan bertemu di kelas:
Dengan Logical Framework, kamu bisa:
Memberikan gambaran detail mengenai program yang sedang berjalan. Bagaimana kegiatan program akan mengarah pada outputs, outcomes, dan goals,
Memberikan penjelasan untuk resiko dan asumsi,
Memonitor hasil,
Menggunakan pemikiran “kita merencanakan X yang akan memberikan hasil Y,”