Nila setitik, rusak susu sebelanga, karena kesalahan kecil akan membawa dampak yang besar. Kamu pasti tahu kan pribahasa itu?
Siapapun pasti pernah berbuat baik dan buruk dalam hidupnya. Tetapi bayangin deh Changemakers, misalnya kamu membuat suatu kesalahan. Terus kamu selalu di cap sebagai anak yang nakal atau “enggak benar” oleh beberapa orang sekitarmu. Seolah-olah, kamu enggak pernah melakukan hal baik dalam hidupmu. Padahal, di satu sisi, kamu ingin memperbaiki kesalahan itu.
Inilah yang disebut stigma. Menurut seorang sosiolog Edwin Lemert, stigma tercipta karena adanya primary deviance dan secondary deviance. Jadi kalau ada seseorang yang dicap atau dijuluki sebutan tertentu oleh masyarakat sekitar (primary deviance), maka suatu saat bisa menjadi kenyataan karena dicap demikian (secondary deviance)
Nah, ngeri banget enggak sih Changemakers bahaya dari stigma ini? Stigma sendiri memang ada stigma positif dan negatif, tapi dominan stigma mengarah kepada hal yang negatif. Kebayang enggak kalau cap-cap negatif yang pernah kamu lontarkan pada seseorang, suatu saat akan menjadi identitas orang tersebut yang tidak bisa hilang? Mungkin di pikiran kita itu hanya bahan bercandaan. Tapi bagi orang lain faktor ini bisa melekat seumur hidupnya.
Kamu bisa loh melawan stigma ini dengan selalu berpikiran terbuka dan mencoba diskusi dua arah secara objektif dari seseorang yang sangat berbeda latar belakangnya dengan kamu! Dengan begitu, kamu punya pemikiran sendiri dengan melawan stigma tersebut.
Karena bahaya dari stigma juga bisa mengakibatkan hal-hal diskriminatif yang bisa terjadi pada orang yang terkena stigma. Dengan membuka kesempatan kepada siapapun untuk memperjuangkan nasibnya, kamu sudah berhasil menjadi Agen 007 anti diskriminasi untuk sesama:
Kini aksimu akan membuat perubahan untuk dunia yang lebih baik tanpa stigma dan diskriminasi. 💙
Memperjuangkan hak yang setara juga membutuhkan kerja keras yang dilakukan bersama nih Changemakers. Dengan melawan stigma, ini waktunya kita memberikan kesempatan kepada napi dan ex-napi untuk kembali berkarya memperoleh kesempatan yang sama dengan masyarakat lainnya.