#DemiBumiTercinta

How to Write a Storytelling for Social Cause ft. campaign,com x Qaris Tajudin (Wartawan Tempo)

profile

wemakechangeindonesia

Update

Kita bisa memakai cerita untuk “meneriakkan” hal-hal yang menurut kita penting. Bisa menjual baik itu produk atau values (nilai-nilai) kepada pembaca/viewers yang lebih luas dengan impact yang lebih dalam. 


Memang storytelling tidak sesederhana menulis berita/pesan namun ini menjadi sangat penting karena kalau dilihat, terlepas dari agama, semua menggunakan cerita untuk menyampaikan pesan. 


Cerita berbeda dengan pesan, karena pesan hanya memiliki informasi, yang ditransfer adalah data (informasi saja). Cerita itu ada engagement, bila diceritakan dengan “indah” mampu menarik orang maka dari situ kita sudah melibatkan emosi (Mis. cerita soal tempat makan, orang jadi “ngiler” maka di situ sudah melibatkan emosi). 


Bagaimana cerita (storytelling) diterapkan dalam kehidupan saat ini (modern)?

Humans of New York → contoh bagaimana bercerita yang sederhana sekali dan mudah, namun impactful. Kini kita tidak perlu lagi membuat cerita pajang, namun juga bisa memanfaatkan kolom di media sosial


Walaupun berbeda latar belakang, pesan disampaikan lewat cerita dengan hanya melihatnya efeknya sangat besar.

Website: https://www.humansofnewyork.com/

a. Kisah cinta seorang suami di https://www.instagram.com/p/CEkGuicHnnh/

b. Kisah ayah yang pemadat di https://www.instagram.com/p/B9XQTtandi9/

Puan Indonesia

Website: https://puanindonesia.com/en/

Instagram: https://www.instagram.com/chamimmardiyah/

Menjadi Manusia

Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCJ6JnLmidOIP1sFeK8hRspA

Website: https://menjadimanusia.id/

Exposure

Blog komunitas: https://featured.exposure.co/



Bagaimana cara membuat cerita? 

Tokoh 


→ Perlu mencari tokohnya. Membuat tulisan yang ada tokohnya. Perlu ada karakternya, harus dilakukan. (Mis. siapa yang membuat, bagaimana membuatnya, dsb.) Tokoh dalam cerita akan menggerakan dan menghidupkan cerita

→ Ibaratkan diri kita sebagai GEPPETTO yang harus menghidupkan produk yang mati.

→ Contoh: bagaimana menceritakan benda mati? (baju, bangunan, dll)

Mis. baju Punk, diciptakan oleh X menjadi ciri khas punk.


Alur (runtutan kejadian)


→ Ceritakan kejadiannya, bukan kesimpulannya. 

→ Penting membawa pembaca ke tempat di mana cerita itu terjadi/berlatar

→ Show don’t tell; detailkan ceritanya (Dalam artian ketika kita menceriakan, gambaran tsb adalah interpretasi terhadap tokoh. Jangan semua diceritakan di awal, jangan semua yang “manis” di awal di spill)

→ Alur cerita harus memikirkan apa yang sebagai konflik, karena semua cerita ada konfliknya. (Semua kisah yang menarik selalu ada konflik; Kurawa-Pandawa, Musa-Firaun, benar-salah, Game of Thrones (ada konflik, selalu ada musuhnya di setiap season). Konflik menandakan bahwa ada yang berubah.

→ Konflik adalah benturan internal dari diri sendiri dengan realitas.




Dialog  


→ Mendapatkan kutipan yang baik harus wawancara 

→ Dialog; kutipan menarik dari tokoh yang ada.Untuk mendapatkan kutipan yang baik,wawancaranya harus panjang.

→ Contoh: wawancara yang lumayan panjang, jangan begitu serius agar yang diwawancarai bisa nyaman saat bercerita dan sharing. 

→ Harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

→ Cara membuat wawancara nyaman: 

Jangan mengeluarkan alat perekam atau menulis; Saat door stop, jangan sodorkan microphone langsung ke narasumber. (jangan obvious karena akan membuat pembicara terintimidasi)


Deskripsi  

→  Deskripsi untuk menjelaskan dan menggambarkan cerita serta suasana

→ Jangan memakai kata sifat. (karena hal ini subjektif)

→ Perlu menuliskan detail-detail tertentu (Misal: tokoh sedang mengangkat kaki)

→ Informasi bisa memasukkan beberapa hal yang penting.



Sesi QnA:

Bagaimana cara membuat storytelling sampai di taraf orang mencari (Mis. video YouTube di Thailand sponsor asuransi dll)

→ Tangkap ekspresi tokohnya seperti apa 

→ Pilih salah satu orang, perlu beberapa kali datang, sampai bisa membuat cerita yang menggugah. (ini kalau life experience tidak fiksi)


Apakah menggunakan karakter fiksi punya impact yang besar juga?

→ Prefer menggunakan cerita asli (karakter asli), banyak orang yang memiliki beragam cerita menarik.

→ Paling tidak, punya cerita untuk komunitas kita sendiri, untuk dibagikan ke orang lain.

→ Ketika kita terus berlatih untuk bercerita. Kita bisa tahu mana hal yang bisa menyentuh orang lain.


Apakah dalam setiap storytelling harus di dramatisir untuk menarik perhatian audiens?

→ Cerita harus diceritakan apa adanya, jangan di dramatisir (jangan seakan-akan dilebihkan)

→ Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian. Tapi jangan diniatkan untuk menguras air mata orang lain. Kisah yang baik adalah kisah yang jujur. Jika kisah itu touchy, berarti memiliki unsur kemanusiaan--yang tidak perlu dilebih-lebihkan juga sudah touchy.


Bagaimana cara menceritakan pengalaman hidup yang tidak bertele-tele namun tetap menarik?

→ Tendensi seperti Wikipedia karena kita ingin memasukkan semuanya.

    → Fokuslah ke salah satu kejadian hidup yang relevan. Perlu dipertimbangkan 

               space untuk tulisan atau video. Jangan terlalu panjang atau durasinya terlalu 

                lama.

    

Bagaimana cara melakukan penulisan untuk dua konten berbeda melalui tema storytelling yang sama agar keduanya tetap memiliki keunikan tersendiri?

→ Lakukan cara berbeda untuk kedua post tersebut. Tidak perlu semuanya 

    Storytelling, kecuali fokus media/komunitasnya memang di cerita.Tetap 

    Pertahankan cara biasa bila instagramnya masih memiliki konten-konten lain.

    (Mis. pengumuman)

→ Lakukan metode/tools sesuai kebutuhan kontennya.


Bagaimana cara terbaik untuk mengangkat isu sensitif?Berita

→ Etika menceritakan sesuatu adalah mendapatkan izin dari orang tersebut.

→ Cara yang bisa dilakukan; (1) minta mereka bercerita dan tidak dipublikasikan

     Yang bertujuan agar mereka bisa bercerita pada diri sendiri, (2) cerita 

     dilakukan secara anonim, tanpa menyebut nama atau detail dengan syarat 

     juga harus mendapat persetujuannya terlebih dahulu.

→ Alasan orang tidak mau dipublikasikan; bukan hanya tidak mau terekspos, tapi tidak terbiasa bercerita.


Bagaimana cara menggali pengalaman narasumber ketika wawancara agar pegalamannya bisa diceritakan secara menarik?

    → Pewawancara harus aktif bertanya bila ada detail yang belum diceritakan

    → Lebih baik biarkan narasumber bercerita sendiri agar hasilnya lebih powerfull

    

Biasanya, sebelum kita turun ke lapangan ketika mau wawancara, kita ada asumsi dulu karena sudah terdistract oleh berita-berita tentang penyerbuan misalnya dll. Perlu tidak sebelum kita turun ke lapangan asumsi-asumsi tersebut bisa kita bawa sendiri dari rumah, mempertajam apa yang ingin kita lakukan di lapangan?

→ Cari bukti sebelum wawancara ke lapangan. Dalam mencari bukti, harus selalu skeptis.

→ Jangan menulis dengan memasukkan asumsi dan opini kita

→ Harus netral, tidak hanya mengobservasi tapi kita mendata dulu agar tidak ada asumsi-asumsi terhadap narasumber.


Notes: 

Jangan takut dibilang jelek. Kendala utama dari penulis adalah takut. Rumusnya: menulislah seperti orang mabuk. Ketika sedang mengedit, barulah kembali menjadi orang sadar. Jadi, ngawur dulu baru dibetulkan saat diedit. Karena ketika kita memperhatikan teori saat menulis, tulisan itu tidak akan jadi-jadi.

Tulis saja, it’s okay kalau ngawur. Yang penting menulis terlebih dahulu jangan terlalu memperhatikan teori. Tulisan bisa dibenarkan ketika mengedit.

Teknik boleh dilihat tapi jangan terlalu dipikirkan

heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone